Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Menikah, Memuliakan Sunnah

Menikah, Memuliakan Sunnah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

buku-menikah-memuliakan-sunnah

Judul : Menikah Memuliakan Sunnah
Penulis : Mohammad Fauzil Adhim, Salim A. Fillah, dkk
Penerbit : Proumedia – Yogyakarta
Cetakan : I ; 2013
Tebal : 184 Halaman

dakwatuna.com – Tema tentang pernikahan merupakan perbincangan hangat yang tak lekang oleh zaman. Ia selalu menarik untuk ditilik dari berbagai macam sudut pandang. Saking menariknya, tema ini bukan hanya dikonsumsi oleh mereka yang sudah menikah, melainkan juga oleh mereka yang belum dan akan memasuki gerbang rumah tanggah.

Disamping keseksian tema, menikah merupakan sebuah fase yang hampir pasti dialami oleh semua manusia, atas ijin Allah. Ia sama pentingnya dengan proses kelahiran dan kematian seseorang. Dari segi Islam, tema ini merupakan titik sentral yang tidak bias ditawar. Bahkan, al-Qur’an menyebut ikatan pernikahan dengan istilah Mitsaqon Gholidhoh- perjanjian yang berat. Dimana istilah itu hanya dipakai tiga kali dalam al-Qur’an. Ketika membahas nikah, ketika membahas perjanjian dengan para Nabi dan ketika Allah menyuruh Bani Israil bersumpah. Maka menikah, bukanlah permainan sebagaimana diperagakan oleh para artis di negeri ini. Melainkan sebuah ikatan suci yang diharapkan bisa melahirkan banyak generasi pejuang Islam di muka bumi.

Oleh karena pentingnya masalah nikah ini, Penerbit Proumedia mengambil posisi yang tepat dalam rangka menyosialisasikan pernikahan Islami. Penerbit asal Kota Pelajar ini sejak awal berdirinya selalu menyajikan tema menikah Islami dari berbagai penulis yang sudah pakar dan melakukan praktek. Sehinngga apa yang diterbitkan, bukan hanya pemikiran. Melainkan hasil praktek yang kemudian diformulasikan, dipadukan dengan ayat-ayat Suci al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

Salah satu buku yang membahas pernikahan dari penerbit yang digawangi oleh M Fanni Rahman ini adalah buku setebal 184 halaman berjudul Menikah Memuliakan Sunnah. Beberapa hal yang membuat buku ini bernilai lebih, setidaknya ada dua.

Pertama, ini merupakan buku antologi pertama Proumedia dengan tema pernikahan. Di dalamnya berkumpul penulis-penulis best seller yang telah malang melintang di dunia perbukuan. Sebut saja M Fauzil Adhim. Pria lulusan UGM ini merupakan penulis papan atas dengan spesialisasi tema nikah dan keluarga. Akhir-akhir ini, beliau juga menulis tentang parenting. Salah satu buku yang best seller dalam tema ini adalah Saat Berharga untuk Anak Kita.

Nama lain dalam buku ini adalah penulis muda lulusan UGM juga. Beliau sudah menulis delapan buku dan semuanya best seller. Ustadz beranak satu yang mengasuh Majelsi Jejak Nabi dan pernah menginjakkan langkahnya di Gaza ini terkenal dengan kepiawaiannya dalam mengolah kata. Diksi yang dipilihnya berisisi. Cara bertuturnya runut, lembut dan tidak ada kesan menggurui sedikitpun. Beliau adalah Salim A Fillah.

Selain dua nama besar itu, dalam buku yang terbit tahun 2013 ini menghimpun juga nama besar lain. Seperti Muhaimin Iqbal sang Pendiri Gerai Dinar, Solikhin Abu Izzuddin yang telah menulis lebih dari 35 judul buku, Rh Fitriadi sang novelis asal Aceh yang sudah melahirkan tiga novel, Jauhar al-Zanki yang telah menulis banyak buku tentang pernikahan, Mas Udik Abdullah, Fatan Fantastik, dan seterusnya.

Kelebihan kedua, seluruh royalti buku ini akan diinfaqkan untuk saudara-saudara kita di Palestina. Sehingga ketika membeli, disamping mendapat jutaan ilmu yang barokah, secara otomatis kita telah menyumbangkan saham jihad di bumi para nabi itu. Tentang buku untuk infaq, Proumedia bukan sekali ini melaksanakannya. Sebelumnya sudah ada Pengantin-pengantin Al-Quds dan Menyimak Kicau Merajut Makna. Harapannya, ke depan akan semakin banyak penerbit yang mengikuti langkah ini. Semoga.

Buku ini dibuka dengan pengantar oleh CEO Proumedia yang juga relawan Sahabat al-Aqsha, M Fanni Rahman. Dengan haru biru, penulis menceritakan pengalamannya ketika menghadiri pernikahan massal yang diinisiasi oleh Hamas di Palestina. Beliau dan kawan-kawan yang hadir sempat ditawari jika hendak menikah dengan akhwat Gaza. Asalkan harus memenuhi dua syarat : hafal al-Qur’an dan mau menetap di Palestina. Sampai di sini, kita sudah dibuat terharu. Bahwa ternyata, di negeri sejuta konflik itu, tersimpaan puluhan juta harapan yang tidak dimiliki oleh negeri-negeri lain.

Disusul dengan khutbah nikah oleh Sang Maestro Nikah, M fauzil Adhim. Beliau menceritakan tentang suci dan kokohnya ikatan pernikahan sehingga harus disiapkan dan dijalani dengan baik. Selain menjelaskan tentang makna Mitsaqon Gholidhoh dalam pernikahan, beliau menggaris bawahi tentang dua hal : pentingnya meluruskan niat dan ilmu sebelum, ketika dan setelah pernikahan. Dalam artikel berikutnya, penulis juga mengingatkan tentang pentingnya Zuhud dan Qona’ah dalam mengarungi samudera bernama rumah tangga.

Giliran berikutnya diberikan kepada Sang Salim. Beliau membincang tentang bagaimana agar tidak salah pilih. Karena barokah dan tidaknya sebuah ikatan pernikahan, erat kaitannya dengan pilihan yang diambil ketika memutuskan hendak menikah. Dalam tulisannya, beliau membahas tentang sholat istikharoh yang berarati minta petunjuk kepada Allah, dilanjutkan dengan meminta pendapat kepada orang tua, ustadz dan orang-orang bijak terkait pilihannya tersebut. Di akhir tulisan, beliau membahas tentang gairah yang ditimbulkan ketika sebuah pernikahan barokah mengutip penjelasan Sayyid Quthb dalam Fi Dzilalil Qur’an dan ‘Aidh Al Qarni dalam Laa Tahzaan.

Penjelasan Salim seakan lengkap dengan taujih dari ustadz Sholikhin di artikel berikutnya. Beliau memahamkan pembaca tentang sakralnya peran orang tua dalam menentukan kebahagiaan setelah pernikahan. Ketika kemudian orang tua tidak sepakat dengan pilihan anak atau jama’ah, penulis asal Sragen ini menyediakan kiat praktis agar lobi berjalan dengan sempurna. Yang terpenting, sebagaimana dijelaskan oleh lulusan FK UNS ini, bahwa pilihan kita haruslah sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dalam Qur’an dan Rasulullah dalam Sunnahnya. Dalam tulisan kedua, beliau membahas tentang pentingnya tarbiyah dalam rumah tangga hingga pasangan suami istri bias ber-reuni sampai di surgaNya.

Setelah memilih dan menjalankan ikatan suci akad nikah, rumah tangga terbagi dalam enam potret. Sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Umar Hidayat, meliputi : Keluarga Kuburan, Keluarga Pasar, Keluarga Arena Silat, Keluarga Rumah Sakit, Keluarga Sekolah dan Keluarga Masjid. Beliau juga menjelaskan tentang kiat sebuah keluarga bisa mencapai Sakinah, Mawaddah wa Rahmah. Diantara kiatnya adalah : visi yang sama dan adanya keteladanan dalam keluarga.

Buku ini tidak hanya menyajikan manfaat menikah dari sudut pandang Islam. Dengan cerdas, dr. Egha Zainur Ramadhani membincang segundang manfaat nikah berdasarkan riset kesehatan terkini. Sehingga beliau yang kini bertugas di RSUD Bangka Belitung menyimpulkan bahwa menikah merupakan solusi atas berbagai masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia dan berbagai belahan bumi. Menikah bisa menurunkan resiko terkena penyakit jantung, mengurangi stress dan aneka manfaat kesehatan lainnya. Penulis best seller Super Health ini menjelaskan, “Orang yang sudah menikah cenderung mudah bersikap dewasa; mengurangi gaya hidup beresiko, seperti kebiasaan tak sehat dan hobi yang terlalu ekstrem.” (Hal 80).

Buku ini semakin lengkap dengan turun tangannya Muhaimin Iqbal. Pendiri Gerai Dinar yang telah menjalani pernikahan selama 25 tahun. Sebuah angka yang tidak bisa disepelehkan dalam proses berumah tangga. Beliau membeberkan kiat rumah tangga bahagianya dengan Tujuh Bukan : Suasana bukan benda, berbagi bukan memberi, kini bukan nanti, win-win bukan menang-menangan, ke depan bukan ke belakang, dibuang bukan dipendam dan usaha bukan hasil. Amat menarik. Karena kiat ini merupakan kombinasi anatara pengalaman dan undang-undang Qur’ani.

Dalam menjalani bahtera rumah tangga, kebosanan pastilah kerap terjadi. Hal ini terjadi karena berbagai macam faktor. Bahagia yang kerap diimpikan sejak sebelum nikah pun seakan nihil. Dan di sinilah, ujian pernikahan dimulai. Maka, bijaklah apa yang dituturkan oleh Rh Fitriadi dalam buku ini. Penulis kelahiran Tanah Rencong ini membeberkan pengalaman berumah tangganya terkait bagaimana mencapai bahagia. Beliau menjelaskan bahagia dengan berbagi, memberikan perhatian penuh kepada pasangan. Maka, pengalaman beliau ketika mengantar istri berdua dengan sepeda motor untuk bersilaturahim kepada teman-teman istrinya sangat layak untuk diikuti. Meskipun endingnya lelah, tapi ada kepuasaan ketika seseorang bisa menuruti apa yang diinginkan oleh pasangannya.

Masih banyak ilmu lain yang bisa didapatkan dalam buku ini. Dan, tidak mungkin saya ceritakan semuanya. Akhirnya, semoga buku ini menjadi sebuah ‘guide’ yang bisa membimbing kaum muslimin untuk memuliakan sunnah dengan menikah. Selamat membaca.

 

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Penulis, Pedagang dan Pembelajar

Lihat Juga

ICMI Rusia Gelar Workshop Penulisan Bersama Asma Nadia

Figure
Organization