Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Masakan Tetangga

Masakan Tetangga

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – ‘Mas, saya ingin masakan istimewa. Yuk ke pasar beli ikan emas atau munjahir’. Ajak Sang istri kepada suaminya. Ia ingin membuat pepes ikan yang spesial dalam beberapa pepesan sehingga bisa menjadi lauk untuk beberapa hari. ‘Saya akan lengkapi bumbunya seenak mungkin, dengan cabe merah yang menyala, dan daun kemangi yang harum khas pahit-pahit gimana gitu’, kata Sang istri kepada suaminya. Suami istri ini, sejak putra putrinya sekolah di pondok pesantren, memang jarang masak secara teratur. Maklum, karena kebutuhan di rumah hanya untuk berdua.

Bahkan suaminya sering kali merasa cukup makan dengan goreng tempe atau tahu, plus, sambal terasi dan lalapan. Bila ada tempe bungkus yang digoreng sesaat sebelum makan, kedua suami istri ini sangat menikmatinya. Terkadang Sang istri mengeluh, karena pas menjelang makan pasti capek, yaitu karena seringkali masak secara dadakan. Goreng tempe dadakan, oseng-oseng bayam dadakan, menyambal juga dadakan. Masih untung suaminya asli Jawa, yang sering membantu masak, nguleg sambel, cuci piring, cuci baju dll.

Sang istri sering tertawa sendiri, bila ingat komentar Tante Rasuna beberapa saat sebelum nikah dulu. ‘Enak lho dik punya suami orang Jawa. Tetangga Tante, orang Jawa, suaminya beda benar dengan orang kita’ Kata Tante Rasuna. ‘Bagaimana Tante?’. ‘Orang Jawa bila makan, biasa banar kam’. Jawab Tante dengan logat kedaerahan. ‘Suami Jawa itu mau kerja di dapur. Bandingkan dengan adat kita. Laki-laki haram kan masuk dapur. Coba nanti buktikan’.

Sang tante memang Tante angkat, karena bukan Tante secara hubungan nasab. Namun sejak dulu keluarga Tante Rasuna sangat dekat dengan Abah – Mamaknya. Lebih dari itu karena sama-sama tinggal di Bandung, maka hubungan ini menjadi lebih kuat dan menurun ke generasi berikutnya.

***

‘Mau membuat pepes ikan? Apakah masih ada yang berdagang ikan di Ciroyom?’ Tanya sang suami. ‘Jam sudah mendekati pukul 6 pagi. Para pedagang ikan tentu sudah hampir bubar dan sisa ikan sudah dibungkusi’ Kata suaminya yang berlagak sok tahu. ‘Pokoknya, kita segera keluar saja mas. Naik motor akan lebih cepat dan simple’. Balas sang istri seraya meneguhkan penggunaan akal pikirannya. Dia sengaja mengeluarkan argument logis, karena dia sudah hafal betul bahwa Masnya sangat mengandalkan logika berpikir.

Sang suami merenungkan ajakan istri yang sudah menjadi belahan jiwanya. Benar logika istriku ini. Waktu injury time pasar malam, yaitu jam 6:00 – 7:00 adalah saatnya para pedagang mengobral harga. Pembeli yang mencoba menawar pasti tidak mendapat barang. Karena bersamaan dengan itu para pedagang langsung mengepak barang dagangannya. Misalkan tidak menawar. Begitu berdiri di depan lapak, seorang pembeli menanyakan harganya, dan tidak langsung membeli, karena masih hendak mencari harga yang lebih murah, kemudian bergerak ke lapak yang lain. Bila ternyata lapak pertamalah yang harganya bagus, dan pembeli tersebut kembali, maka biasanya lapak pertama sudah tutup dan barangnya sudah dipak. Yaah gigit jari. Begitu ia kembali ke pedagang yang lain, ia akan mendapati hal yang sama. Bak, lebai malang dalam kisah minang.

Mencari ikan murah ya di Ciroyom. Bisa dijamin lebih murah dari pada di Pangandaran. Mengapa? Karena ternyata Pangandaran banyak disuplai dari Cirebon dan Tegal. Sama halnya sumber ikan di pasar Ciroyom. Saat yang paling ‘menyenangkan’ belanja di Ciroyom adalah sesudah Subuh. Itulah saat paling ramai. Dan jangan lupa membawa sapu tangan, kalau bisa pakai sepatu boot, sepatu pak tani, serta jangan mengenakan pakaian yang bersih dan bagus.

Struktur bangunan pasar sebenarnya bagus dengan arsitektur modern. Dalam rencana, lantai dasar berupa los terbuka untuk ikan dan sayuran, lantai 2 untuk pakaian dan lantai atas sebagai lahan parkir. Di dinding terpampang tulisan besar ‘Bandung Bermartabat’. Faktanya pasar Ciroyom amburadul, kotor, becek di musim kemarau sekalipun. Mengapa? Pedagang ikan banyak menggunakan air untuk menjamin segarnya dagangan tersebut dan sekaligus mungkin berharap bisa memperberat timbangan.

Saluran air di antara los di dalam pasar tersumbat di mana-mana. Jalan air yang paling lancar adalah di lajur antar los yang menjadi jalur jalan para pembeli. Akibatnya kaki para pelanggan pasar rela berkotor-kotor dengan aneka sisa siraman ikan, kotoran bekas buangan ayam dll. Sementara para pedagang bisa nangkring di atas meja. Tragisnya, muara pembuangan air tersebut ternyata di teras dan halaman pasar. Bayangkan baunya lingkungan pasar seperti apa. Itulah manfaat membawa sapu tangan untuk menutup hidung dan juga sepatu boot.

***

Belanjaan sudah dibawa pulang. Istri dan Suami menyingsingkan lengan baju untuk mengolah masakan. Bayangkan mengolah 3 kg ikan semuanya akan dipepes. Sang istri menyiapkan bumbu-bumbu. Masnya membersihkan Ikan kemudian mengambil uleg dan cobek untuk nguleg cabe sampai halus, bawang merah, kemiri secukupnya dan beberapa potong lengkuas. Kemangi dibersihkan. Daun pisang dipanaskan di atas kompor agar menjadi layu dan lebih kuat untuk menjadi pembungkus.

Begitu kerja besar selesai, masnya ke ruang duduk, membaca apa saja. Tinggallah Sang istri sendirian merajut keindahan dengan memepes ikan. Bayangkan pepes ikan 3 kg. Menjadi pepesan untuk berhari-hari makan enak dalam suasana merdeka karena tidak lagi repot membuat lauk. Ya, setidaknya merdeka selama 7 hari, diselingi lauk lain, dan beberapa hari selanjutnya menikmati pepesan ikan lagi.

***

Dengan senyum di kulum, Sang istri berjalan menuju ruang duduk, membawa secangkir kopi di tangan kanan, dan segelas teh di tangan kiri. Asap mengepul ke udara, tanda airnya benar-benar mendidih. Sudah pasti kopinya nikmat, tehnya sedap. ‘Sudah mandi mas?’ Sang istri pura-pura bertanya, tentu dia sudah paham bahwa masnya belum mandi, buktinya masih Nampak kotor dan tidak rapi. Pertanyaan Sang istri adalah perintah dengan lembut agar masnya segera mandi sehingga nampak segar dan bersih, membuat suasana nyaman bercengkerama.

Kedua suami istri segera menuju kamar mandi. Sang istri ke km depan, suaminya ke belakang. Usai kerja di dapur, masnya bersemangat untuk bersih-bersih kamar mandi juga. Ia ambil sikat crop, dengan kaki menyikat dan menggosok lantai kamar mandi, closet, dinding ceramik digosok-gosok agar bersih. Kerja seperti ini ibarat olahraga yang member manfaat ganda. Badan segar, kamar mandi bersih. Tak terasa sudah 30 menit lebih membersihkan kamar mandi.

Tiba-tiba terdengar suara Sang istri yang merdu bak sedang bernyanyi dengan nada tinggi, ‘Mas, kopinya diingin’. Masnya langsung mandi dengan cepat, ganti baju dan duduk di ruang tamu. Minum kopi yang sudah lenyap panasnya. Alhamdulillah. Lho kok di ruang tamu? Tadi minuman di tata di ruang duduk? Ya ruang tamu, ya ruang duduk, tidak ada spesialisasi, pokoknya satu-satunya ruangan untuk santai ya memang ruang itu. Boleh disebut ruang tamu bila ada tamu. Atau disebut sebagai ruang duduk karena yang paling sering duduk di situ memang tuan rumah.

Duduk berdua di ruang duduk, kedua suami – istri asyik dengan bacaannya. Buku dibolak balik, nampaknya ada kajian yang sedang dipikirkan oleh sang suami. Ia ambil buku Sirah Nabi, ia buka daftar isinya, dibacanya. Kemudian buka lagi soal jawab ‘Yas’aluunaka fid diin wal hayaah’ karya Prof Asy-Syurbasi. Ia asyik meneliti kajian yang siap ditelan. Benar, ia siap menelan pendapat yang sudah dilengkapi dengan aneka argumentasi. Mengapa? Karena bukan kapasitasnya untuk meneliti secara langsung dari kitab-kitab hadits. Ilmu Hadits yang ia kuasai hanya sebatas Mushthalah Hadits tidak lebih.

Sang istri, juga asyik, ia buka Tafsir Departemen Agama terbitan UII. Ia telusuri kajian tafsir Surah al-Baqarah di akhir juz 2 yang membahas tentang proses munculnya raja Thalut di kalangan Yahudi. Sejatinya orang-orang Bani Israil ingin berperang menegakkan kebenaran di jalan Allah, karena itu mereka meminta kepada Nabi mereka agar ada Raja yang memimpin mereka. Sang Nabi memastikan bahwa nanti bila ternyata ada perintah perang di Jalan Allah pasti hanya sedikit di antara mereka yang mau melaksanakannya.

Ngeyelnya Bani Israil sungguh keterlaluan. Ketika diberitahu bahwa Thalut diangkat oleh Allah untuk menjadi Raja mereka, mereka menolak mentah mentah dengan berkata ‘Bagaimana ia yang kerempeng dan miskin akan menjadi raja, bukankah kami lebih berhak?’ Kemudian mereka diberitahu bahwa Thalut akan menjadi orang kuat secara fisik dan menjadi pintar, bahkan pengangkatan ini sudah didukung dengan datangnya Tabuut yang berisi peninggalan keluarga Nabi Musa dan keluarga Nabi Harun yang dibawa para malaikat kepada Thalut.

Ketika Thalut mengajak berperang menghadapi Jalut. Mereka sudah diwanti-wanti agar jangan minum air sungai yang akan mereka seberangi, kecuali sedikit yang menciduk dengan tangannya sendiri. Eh, sebagian besar mereka bahkan minum air sungai sepuasnya. Habislah daya kekuatan mereka. Cerita ini mendeskripsikan betapa perilaku Bani Israil yang selalu tidak mau mengikuti perintah kebenaran, dan berperilaku seenak mereka sendiri.

***

‘Mas, saya baru ngeh, demikian ya perilaku Bani Israil terhadap para Nabi. Terhadap kekejaman mereka sampai Al-Quran menyebut mereka sebagai pembunuh para Nabi’. Masnya menegaskan: ‘Mereka tidak hanya membunuh para Nabi, bahkan mengarang-ngarang bahan tulisan, kemudian mereka klaim bahwa hasil tulisan tangan mereka itu adalah firman Allah’.
Coba baca al-Baqarah 79: Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.

‘Kok harum ya, bau masakan apa ini. Diik! Masak apa di dapur?’ ‘Nggak ada, masakan bu Lilis, mungkin’ sanggah sang Istri. Bu Lilis adalah tetangga dekat. Rumahnya bersebelahan. Sang istri kemudian tenggelam lagi menekuni kalimat demi kalimat tentang perilaku Bani Israil setelah berhasil mengalahkan Jalut. Dan Dawud sudah menjadi Raja sekaligus Nabi yang diutus terhadap umatnya. Sementara sang suami, mengambil lagi buku Sirah karya al-Mubarakfury, Ar-Rahiiq al-Mahtuum.

‘Wah beruntung Pak Dani, dimasakkan yang istimewa. Ini pasti pepesan, sedapnya ke mana-mana, lebih lebih bau harum daun, karena pepesannya dibakar juga’. ‘Memang lezat Mas! Pepes yang dikukus kemudian dibakar, ikannya mengering, dan bumbunya meresap ke dalam daging ikan pepesan tersebut’.

Masnya bertanya: ‘Diik! Tahukah Tarikh Nabi ini?’ ‘Ingatkan dulu, ketika hamil anak kita yang pertama, saya menerjemahkan buku Tarikh Nabi juga, karya Dr. Madjid Ali Khan. Itu adalah buku pemenang kedua yang mendapat penghargaan dari al-Malik Faisal award. Sedang juara pertamanya adalah karya al-Mubarakfury, ar -Rahiiq al-Mahtuum ini, yang berarti tanda kenabian di punggung bagian atas’.

‘Wah kasihan bu Lilis, ikan pepesnya terbakar. Sungguh kasihan, tadi harum nikmat, sampai hangus padahal belum dinikmati’. ‘Diik! Kok ada asap, ini apa?’.

Sang istri bangkit, buku tafsir ia letakkan dan segera lari ke dapur, buka pintu dapur. ‘Maas! ASAP mengepul. Ikan pepesnya hangus. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’.

قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (التوبة 51)

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”. 30 Des 2012. Kudus.

(Ini kisah sebenarnya kira-kira 11 tahun yang lalu, seperti yang dikisahkan kepada saya. Anak ke1 saat ini sudah lulus S1 ITB, S2 UniMap Malaysia. Anak ke2 lulus S1 ITB. Anak ke3 dokter lulus dari FKIK UIN. Anak ke4, S Ked FKIK UIN, saat ini sebagai dokter muda, Coass di RSF).

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 8.33 out of 5)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Bukan Mau tapi Siap, Inilah 4 Hal yang Wajib Dilakukan Muslimah Sebelum Menikah

Figure
Organization