Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ketika Diri Lupa Hakikat Seorang Teman

Ketika Diri Lupa Hakikat Seorang Teman

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Teman, satu kata yang sangat bermakna dalam hidup kita. Apakah itu karena kita adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain ataupun sekadar tempat sandar hidup yang amat singkat ini. Kehadirannya sangat di penting tapi kadang terabaikan.

Teman ibarat makanan, ketika tubuh tidak mendapatkan asupan makanan ia akan jatuh lemah, ketika kita memakan makanan yang tidak sehat maka tubuh akan mengalami penurunan stamina. Seperti halnya seorang teman dia akan berada pada garis terdepan mengingatkan kita ketika khilaf dan salah.dia akan menyemangati ketika obor semangat yang tadinya redup menjadi menyala. Atau seorang teman adalah seseorang yang pertama kali meninggalkan kita ketika jatuh terpuruk, dia adalah seseorang yang akan menentang ketika kita berdiri di garis kebenaran. Seorang teman terkadang menjadi barometer temannya, karena kesamaan pemikiran, ideologis ataupun selera dalam berbagai hal.

Sering kali diri ini harus banyak bercermin dari orang lain, karena banyaknya kekurangan, rasa kekecewaan kadang menjadi penghalang untuk bisa berbuat ikhlas. Tapi kali ini ada pelajaran penting dari seorang sahabat.

Memang tidak selalu terucap sebuah pelajaran, bisa jadi ia berada di belakang sebuah kisah yang sangat panjang. Keinginannya untuk bisa melanjutkan pendidikan untuk menjadi seorang dokter memang tidak bisa dibayar murah, sebagian waktu harus dia habiskan dengan belajar mata pelajaran biologi, yang notabene tidak ku sukai, walaupun kami memiliki perbedaan yang amat banyak tapi pertemanan ini selalu saja terasa menyenangkan.aku lebih menyukai pelajaran logika dan matematis.

Tetapi suratan Tuhan siapa yang tahu? Ia diterima pada jurusan teknik arsitektur dan aku diterima pada jurusan Psikologi, rasa-rasanya aku bermimpi ketika kami diterima dengan jurusan yang amat terbalik dengan harapan kami. Yang jelas lalui saja suratan ini…

Satu semester sudah berlalu dan aku masih saja belum ikhlas menerima suratan, sedangkan sahabatku, dia lalui dengan senang semua tugas-tugas yang menurutku hampir sebagian besar bukan kebiasaannya. Menggambar, mewarnai berdasarkan tebal garis, semua dia lalui. Bahkan ketika hasil IPK-nya tidak cukup bagus dia tetap bersemangat untuk melanjutkan studinya pada jurusan itu.

Di kampus sendiri, aku tidak terlalu mendapatkan masalah dengan tugas-tugas yang diberikan, tetapi kenapa diri ini masih belum saja bersyukur? Bukankah bersyukur merupakan salah satu tanda iman.

Allah… harusnya hamba banyak bersyukur, dengan nikmatMu, jika aku memilih ditempat lain belum tentu aku akan mendapatkan teman-teman yang senantiasa mengingatkanku, sahabat yang senantiasa berada di sisi, Allahummaghfirli…

Ia mencintai takdirnya, sekalipun ia tidak menyukai takdirnya.

Ia menerima suratanNya ketika yang lain mungkin ingkar atas nikmatNya, Allahummaghfirli.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lifetime Learner Sarjana Psikologi Universitas Andalas, Alumni Perguruan Islam Ar-Risalah Padang

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization