Topic
Home / Berita / Opini / Apakah Kita Harus Ganti Kurikulum Lagi??

Apakah Kita Harus Ganti Kurikulum Lagi??

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(Dok Fahmi Zainal)
(Dok Fahmi Zainal)

dakwatuna.com – Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, tidak hanya unggul secara intelektual tetapi juga secara emosional dan spiritual. Karena efek dari pendidikan akan menyerang semua lini dan otomatis akan mempengaruhi kondisi Negara tersebut.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa hari ini kondisi pendidikan Indonesia masih sangatlah jauh dari harapan. Padahal pemerintah mempunyai tugas wajib untuk mencerdaskan anak bangsa, tidak hanya yang di Jakarta dan kota-kota besar saja tetapi juga daerah pedalaman dan pelosok yang terkadang pemerintah terkesan tutup mata untuk melihatnya.

Dirilis United Nations Development Program (UNDP), IPM (indeks pembangunan manusia) alias kualitas SDM Indonesia tahun 2011 di urutan 124 dari 187 negara yang disurvey, dengan skor 0,617. Peringkat ini turun dari peringkat 108 pada tahun 2010. Di kawasan ASEAN, Indonesia hanya unggul dari Vietnam yang memiliki nilai IPM 0,593, Laos dengan nilai IPM 0,524, Kamboja dengan nilai IPM 0,523, dan Myanmar dengan nilai IPM 0,483. Dari data tersebut membuktikan bahwa pendidikan Indonesia belum mampu mewujudkan SDM yang unggul dan bersaing lebih baik lagi.

Berbagai permasalahan pendidikan Indonesia yang muncul, mulai dari sarana pra sarana, kualitas guru, ujian nasional, pemerataan pendidikan hingga penggantian kurikulum yang nampaknya akan diganti tahun ini.

Menurut hemat saya, pergantian kurikulum bukanlah menjadi solusi yang tepat saat ini untuk pendidikan Indonesia dan kurikulum KTSP 2006 masih relevan untuk saat ini. Apalagi kurikulum baru ini atau yang lebih di kenal dengan kurikulum 2013 terkesan di paksakan sehingga banyak menimbulkan spekulasi dari berbagai pihak terutama praktisi pendidikan.

Berbagai kejanggalan pun terjadi dalam kurikulum 2013 ini, di antaranya belum adanya telaah akademik evaluative atas kurikulum yang lama, disediakannya buku babon/pegangan untuk guru ini yang berarti menutup kreativitas guru, dihapuskannya pelajaran TIK, buku disusun mepet, sosialisasi begitu singkat. Dana yang di keluarkan pun tidaklah sedikit, angka yang semula sebesar RP. 680 milyar kini membengkak menjadi Rp. 2,4 Trilyun. Berbagai kalangan menilai kebijakan kurikulum ini tidak pro rakyat dan berorientasi pada proyek.

Selain itu, dampak yang di timbulkan jika akhirnya kurikulum ini di terapkan adalah beberapa guru akan kehilangan pekerjaan, terhambat karir, tidak bisa mengembangkan ilmunya, para mahasiswa kampus pendidikan juga terancam kehilangan peluang pekerjaan karena ada mata pelajaran yang di hilangkan, dan berbagai dampak lainnya.

Oleh karena itu dengan tegas saya sebagai mahasiswa pendidikan menolak kurikulum 2013, karena sebetulnya masih banyak masalah pendidikan Indonesia yang perlu dengan cepat untuk segera di perbaiki, seperti kualitas guru, kualitas LPTK dan sarana pra sarana di seluruh pelosok sekolah Indonesia. Semoga seluruh stake holder di Negara ini segera sadar untuk memperbaiki pendidikan Indonesia agar lebih arif lagi, karena pemuda saat ini adalah pemimpin hari esok.

Hidup Pendidikan Indonesia!!!

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa UNJ. Sekarang aktif di BEM FE UNJ.

Lihat Juga

Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Figure
Organization