Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Siapa yang Tidak Ingin Bahagia?

Siapa yang Tidak Ingin Bahagia?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (phombo.com)
Ilustrasi. (phombo.com)

dakwatuna.com –  Hidup bahagia dan gembira merupakan karunia Allah SWT yang sangat berharga, lebih berharga dari harta dan kekayaan yang bertumpuk-tumpuk. Bagaimana menurut sahabat, apakah kebahagiaan hakiki itu? Misalnya, apakah dengan memiliki harta melimpah? Memiliki jabatan? Merasa aman dengan sistem persenjataan yang mutakhir? Memiliki istri yang berwajah cantik? Atau ada yang lain?

Mungkin ada, orang yang dititipi harta demikian melimpah tetapi hidupnya tidak bahagia. Mungkin ada orang yang kebingungan atas kesanggupan kapasitasnya apakah ia mampu mengatasi persoalan yang ada disebabkan amanah barunya. Israel didukung dengan kekuatan militernya yang canggih tetapi masih merasa was-was terhadap serangan roket Hamas. Mungkin ada, orang yang memiliki istri cantik tetapi hidupnya tetap tidak bahagia. Pertanyaannya adalah, kenapa? Barangkali uraian singkat ini dapat menjawabnya…

Allah SWT berfirman,

Wahai anak cucu Adam! Jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang menceritakan ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Qs Al-A’raf 35.

Maka orang-orang yang patuh dan taat terhadap ajaran yang dibawa rasul-rasul itu, bertaqwa kepada Allah dan senantiasa memperbaiki dirinya dan mengerjakan amal-amal saleh, orang-orang itu akan berbahagia dan gembira. Tidak ada baginya rasa takut dan sedih, baik ketika hidup di dunia atau pun di akhirat kelak. Hidup berbahagia dan gembira adalah merupakan karunia Allah yang sangat berharga, lebih berharga dari harta dan kekayaan yang bertumpuk-tumpuk (Tafsir Depag).

Kebahagiaan sejati itu jika seseorang tidak lagi merasakan takut. Tidak takut hartanya berkurang, percaya bahwa ia mampu mengemban amanah barunya, tidak takut pertahanan militernya di serang. Jika ia masih takut bagaimana cara mengamankan hartanya, maka sesungguhnya ia masih lebih mencintai dunia. Ia benar-benar berserah diri terhadap apa yang akan menimpanya, tidak lagi takut akan nasibnya di masa yang akan datang.

Begitu juga dengan realita permasalahan umat ini. Kemiskinan, rendahnya kejujuran, praktek makar, anak terlantar, dsb. Kondisi demikian sudah tidak perlu kita takutkan lagi, jika umat ini senantiasa mengadakan perbaikan. Betul bukan?

Allah SWT berfirman,

Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Qs Al-A’raf 42.

Ia berserah diri dan optimis atas kapasitas yang dimilikinya untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Maka yang perlu kita lakukan adalah beriman serta mengerjakan kebajikan. Allah sendiri yang menjamin bahwa bagi orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan tidak akan mendapat beban di luar kesanggupannya. Maka bagi mereka, yakinlah, berserah dirilah bahwa semua amanah itu akan mampu diatasi!

Allah SWT berfirman,

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Qs Ar-Rum 21

Sudah barang fitrah manusia mempunyai perasaan tertentu terhadap lawan jenisnya. Islam telah menempatkan hubungan ini sebagai hubungan spesial, hubungan itu berupa ikatan, ikatan itu bernama pernikahan. Bagi suami, hanya istrinya yang paling cantik dan baik, bagi istri hanya suaminya yang paling menarik hatinya. Masing-masing merasa tenteram hatinya terhadap satu sama lain. Ini semua merupakan modal yang paling berharga dalam membina rumah tangga bahagia. Dengan kebahagiaan itu jiwa dan pikiran menjadi tenteram, tubuh dan hati menjadi tenang, keduanya mantap menjalani bahtera kehidupan dengan penuh kegairahan, dan ketenteraman bagi suami dan istri secara menyeluruh akan tercapai.

Allah SWT berfirman,

dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka, di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka berkata “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sesungguhnya rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.” Diserukan kepada mereka, “Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan.” Qs Al-A’raf 43

Ini adalah ciri penghuni surga di mana Allah SWT membuang rasa dendam dan dengki dari dalam dadanya. Mereka memuji, bersyukur bahwa Allah SWT telah memberinya petunjuk selama hidup hingga menjadi orang yang giat beramal saleh hingga menghantarkannya ke surga. Tempat itu sudah diwariskan Allah untuk mereka sebagai balasan amal saleh yang dikerjakan dengan ridha dan rahmat-Nya.

Demikianlah dari beberapa firman Allah SWT di atas, maka di antara ciri orang yang berbahagia dan penghuni surga: bertaqwa, mengadakan perbaikan, beriman, mengerjakan kebajikan, merasa tenteram terhadap pasangan, mencabut rasa dendam, dan senantiasa bersyukur atas petunjukNya. Semoga kita senantiasa dipermudah untuk mencapainya. Aamiin Ya Arhamarrahimiin…

terinspirasi dari taujih seorang sahabat

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 8.00 out of 5)
Loading...
Penulis adalah mahasiswa teknik informatika di Institut Teknologi Telkom.

Lihat Juga

Palestina Tolak Rekonsiliasi Tanpa Kemerdekaan

Figure
Organization