Topic
Home / Pemuda / Essay / Pacaran Seh[s]at

Pacaran Seh[s]at

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (kawanimut)
Ilustrasi (kawanimut)

dakwatuna.com – Seperti hari minggu biasa nya, salah satu surat kabar di daerah saya selalu menyediakan halaman khusus remaja untuk mewadahi remaja-remaja dan mahasiswa khususnya dalam menyalurkan hobi serta bakat menulis mereka. Ketika membuka halaman tersebut, sebuah judul artikel membuat saya tergelitik dan menarik minat saya untuk membacanya. “PACARAN SEHAT”, begitu judul artikel yang ditulis oleh seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi di daerah saya tersebut.

Bagi sebagian orang, kalimat tersebut mungkin menjadi hal biasa, dan bagi sebagian lagi mungkin menjadi hal yang menarik yang patut untuk dibaca, termasuk saya. Menarik kenapa? Saya penasaran terhadap pandangan penulis tersebut terhadap pacaran sehat yang ia gadang-gadangkan sebagai judul artikelnya. Bagaimana betul sih bentuk pacaran sehat yang ia maksud? Apakah memang ada istilah “pacaran sehat” tersebut??? Apakah memang diperbolehkan PACARAN seh[s]at ituu??

Jujur, saya sendiri bukanlah seorang muslimah yang sempurna, yang banyak tau tentang agama ataupun konsep nya secara mendalam, bukan… tapi saat ini saya sedang menuju ke arah sana, mencoba menjadi seorang muslimah sejati yang tidak harus tau tentang semua seluk beluk agama, tapi HARUS paham tentang konsep dasar agama itu sendiri, yaa konsep dasar agama ISLAM yang setahu saya, tak pernah ada istilah dan tak pernah ada kebolehan untuk yang namanya “pacaran”.

Lalu pacaran sehat tadi? Itulah yang membuat saya tergelitik.

Setahu saya, tak pernah ada kata baik, apalagi sehat untuk yang namanya pacaran. Pacaran seh[s]at itu baru masuk di akal saya… Pacaran menurut banyak sumber yang saya dapat ujung-ujungnya [maaf] lebih banyak memberikan mudharat dibandingkan dengan manfaat. Contoh, ketika sepasang kekasih yang masih pelajar menjalin hubungan, berkomitmen abal-abal dengan istilah pacaran, yang katanya tujuan baik, untuk menunjang aktivitas belajar, membuat niat untuk pergi ke sekolah semakin tinggi, tapi benarkah demikian? Yakin kalau sebuah hubungan akan selalu baik dan akur-akur saja? Tidak bukan? Sepasang suami istri yang HALAL, sudah dewasa, dan sudah lama menjalani biduk rumah tangga saja masih punya masalah antar mereka, masa’ yang baru berstatus pelajar dan masih labil tidak punya masalah? Dan ketika ada satu masalah dengan pasangan itulah, yakin aktivitas belajar nya tidak terganggu? Yakin masih mau pergi ke sekolah?? Masih yakin pacaran nya yang tadi disebut untuk menunjang aktivitas belajar masih bisa menunjang atau malah jadi pengganggu konsentrasi belajar??????? (Yang pernah dan sedang mengalami kasus seperti ini pasti tau jawabannya)

Contoh lainnya, ketika seorang wanita memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria yang diikat dengan status pacaran, alasannya biar ada yang bisa menjaga dan melindungi nya di manapun dan kapanpun. Yakin kalau sudah punya pacar bisa melindungi dan menjaga kamu setiap saat? Melindungi, menjaga, dan membatasi itu bedanya tipis lhoo. Kamu mungkin senang kalau sang cowok selalu menanyakan sudah makan apa belum? Lagi apa? Yang diasumsikan kalau dia perhatian sama kamu. Tapi kalau setiap harinya ditanyain begitu apa ga’ bosan tuh? Apa ga’ risih? Beruntung yang ditanyakan cuma sudah makan apa belum? Lagi apa? Kalau ditanyakan nanti pulang kuliah mau ke mana? Pulang sama siapa? Langsung pulang ya, ga’ boleh ke mana-mana, kalau mau pergi bilang aku dulu yaa… aduuhh, masih tahan tuh? Ga’ risih ditanya-tanya terus kaya’ gitu? Statusnya saja masih “pacaran” tapi protected nya sudah seperti suami istri saja, seperti bodyguard malahan…

Maksud saya, ketika masa remaja ini kamu sudah membuat komitmen dengan seseorang, rasa-rasanya itu akan membatasi luas dan indahnya dunia remaja kamu sendiri. Masa remaja yang harusnya dihabiskan dengan berbagai hal (yang positif) tentunya, karena dibatasi tidak boleh ini tidak boleh itu oleh sang pacar, jadinya cuma melakukan hal yang itu itu saja, tanpa ada pengalaman lain, tanpa ada cerita-cerita membanggakan yang akan dikenang nantinya. Masa remaja yang harusnya dilalui dengan mencari sebanyak-banyaknya teman dan relasi, jadi terbatas pergaulannya karena protected sang pacar yang tidak memperbolehkan melakukan ini dan itu, yang tidak memperbolehkan bergaul dengan orang ini dan orang itu.

Jadi, selagi masih muda, selagi masih remaja, selagi masih pelajar, gunakan saja dulu masa-masa terbaik ini untuk mendapatkan pengalaman baik dan bermanfaat sebanyak mungkin. Lewati saja dulu masa-masa terindah ini dengan menjalin persahabatan dan pertemanan dengan sebanyak-banyak orang baik di luar sana, yang nantinya akan menunjang kehidupan kamu di masa yang akan datang. Kalau saat ini kamu sedang dianugerahkan perasaan suka dan kagum terhadap lawan jenis, simpan saja dulu perasaan tersebut, tanam dan beri ia pupuk agar nanti di saat dan waktu tepat ia tumbuh subur dalam hati mu, berbuah ibadah malahan.

Kalau tidak dinyatakan sekarang gimana? Nanti diambil orang… Percayalah, kalau dia memang jodoh yang Allah SWT takdirkan untuk mu, meskipun dia pergi ke ujung dunia sana, meskipun ia sempat hilang dan lenyap dari pandangan mu, percayalah, akan ada hal menakjubkan (seperti yang dikatakan mas Darwis Tere Liye) yang akan menuntun nya kembali padamu.. Akan ada jalan yang Allah SWT buatkan sendiri untuk mempertemukan dan menyatukan ia kembali dengan mu.

So, marii hapus istilah ‘pacaran sehat’ yang saat ini ada dan tumbuh di lingkungan kita. Percaya lah, tak pernah ada tempat dalam agama ISLAM untuk yang namanya “pacaran”.

Marii menjadikan bangsa ini bangsa yang penuh dengan pemuda pemudi intelektual, yang tidak hanya mengurus masalah cinta cinta an melulu. :)

Marii sedikit demi sedikit mengikuti aturan dan ajaran yang telah ditetapkan dalam agama kita. Yang Insya Allah pada akhirnya nanti, menjadikan kita bertitle muslim/muslimah sejati… aamiinnn. :)

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (10 votes, average: 9.40 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Komputer UPI "YPTK" Padang. Lahir dan tinggal di Sumatera Barat, provinsi yang berlandaskan "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah". Ingin menjadi bagian dari "khairunnas anfauhum linnas" - manusia yang baik adalah yang bermanfaat bagi orang lain :)

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization