Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Di Atas Pena Engkau Melamarku

Di Atas Pena Engkau Melamarku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Judul                    : Di Atas Pena Engkau Melamarku

ISBN                   : 979-383-106-5

Penulis                 :  E. Sabila El Raihany

Penerbit               : Cakrawala Fiksi, Yogyakarta

Tahun Terbit        : 2011

Tebal                    : 304 Halaman

Ukuran           :           13×19 cm       

Cover buku "Di Atas Pena Engkau Melamarku".
Cover buku “Di Atas Pena Engkau Melamarku”.

dakwatuna.com – Di Atas Pena Engkau Melamarku adalah sebuah novel cinta islami yang menceritakan kisah perjalanan cinta seorang hamba Allah. Novel ini benar-benar menunjukkan kekuasaan dan kecintaan Allah terhadap hambanya. Betapa Allah SWT sudah benar-benar menuliskan takdir seorang manusia di dalam lauhul mahfudz. Kisah perjalanan menemukan cinta yang lembut, tulus, dan semata-mata karena mencari ridha-Nya.

Cerita dimulai oleh peristiwa ta’aruf antara Bilqis dan Fahmi. Bilqis adalah salah satu tokoh utama dalam novel ini. Ia adalah seorang wanita shalihah dengan latar belakang keluarga yang islami. Awalnya proses ta’aruf Bilqis dan Fahmi berjalan lancar hingga suatu ketika Ibunda Fahmi mengetahui bahwa berdasarkan perhitungan weton Jawa hari kelahiran Bilqis dan Fahmi sama dan tidak baik jika tetap menikah. Bilqis sedih dan terpukul, terlebih ketika ibunda Fahmi meminta agar Zulfa, adik Bilqis, saja yang dinikahkan dengan Fahmi.

Suatu hari, Bilqis pergi mengunjungi adiknya, ‘Azmi, di sebuah pesantren. Tanpa direncanakan sebelumnya, di sana Bilqis bertemu dengan Fahrur. Fahrur adalah sahabat Bilqis sejak duduk di bangku sekolah dasar dulu. Entah perasaan apa yang timbul saat itu di hati keduanya. Keduanya sama-sama merasakan sesuatu yang sangat menggembirakan dan tidak terdefinisikan. Mungkinkah itu cinta?

Sejak hari itu, hari-hari Bilqis sedikit membaik. Di sisi lain, Fahrur pun tidak dapat menepis bayangan Bilqis dari benaknya. Singkat cerita, Fahrur mantap meminang Bilqis. Namun tanpa sepengetahuannya, ternyata orang tua Fahrur sudah terlebih dahulu melamar seorang gadis untuk dirinya. Cobaan melanda Bilqis dan Fahrur. Akan tetapi, keimanan Fahrur lebih kuat dari cobaan itu. Pun sama dengan Bilqis. Namun gadis itu seolah menjadi trauma dengan peminangan.

Benar-benar novel yang sarat akan nilai-nilai cinta yang islami, yang kini telah banyak terlupakan oleh banyak manusia. Novel ini menekankan bahwa semulia-mulianya cinta adalah cinta yang timbul dari dalam dada karena ketakutan yang sangat besar terhadap-Nya. Karena keimanan yang kuat dalam diri dan pengharapan ridha semata dari Sang Pencipta. Sebaik-baiknya cinta pula adalah cinta yang terletak dalam hati, bukan tumbuh karena keindahan mata semata. Esensi inilah yang sebaiknya diketahui dan dipahami oleh setiap kaum Adam dan Hawa.

Allah memang sutradara terbaik di dunia. Tanpa diketahui dan direncanakan sebelumnya, dua minggu setelah menikah, Ning Aida, istri Fahrur, dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Kisah pun berlanjut hingga akhirnya dua orang lelaki bernama Khairul Anam dan Habib datang meminang Bilqis. Keduanya adalah lelaki baik dan beriman. Hanya saja ada satu kekurangan pada Habib, yaitu ia seorang duda. Pinangan tersebut lagi-lagi membuat Bilqis mengalami kegalauan. Dilema yang melanda dirinya sepertinya tidak kunjung habis. Akhirnya setelah shalat istikharah, dengan mantap akhirnya Bilqis memilih Habib yang seorang duda.

Di akhir kisah, tanpa ada yang mengetahui sebelumnya ternyata Habib adalah Fahrur. Bilqis yang mengetahui hal itu tidak dapat berkata apa-apa selain bersyukur kepada Allah. Betapa Ia sangat mencintai dirinya, betapa pula Ia sangat mencintai dan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya di waktu yang tepat. Bilqis menangis mengingat kalimat yang pernah ia ucapkan dahulu, “Jika memang kita berjodoh, bagaimana pun caranya Allah akan mengembalikan kamu padaku, Fahrur”.

Di samping kisah Fahrur dan Bilqis, ada pula beberapa kisah cinta yang juga sarat makna dan amanat dalam novel ini. Sungguh banyak nilai yang dapat dipelajari dalam novel ini. Akan tetapi, seperti kata pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”, novel ini pula memiliki kekurangan. Dalam novel ini ada satu ucapan yang dikatakan oleh salah satu tokoh, yang perlu dikritisi dan sebaiknya direvisi oleh penulis. Pada satu kisah, diceritakan bahwa salah satu tokoh di tengah keputusasaannya berkata, “Kalau cinta itu adalah kesalahan, maka akan banyak orang yang diadili di pengadilan Allah nanti sementara Allah-lah yang memberikan rasa itu”. Bagi pembaca awam yang buta akan makna cinta suci yang sesungguhnya akan memandang bahwa cinta kepada lawan jenis sah-sah saja dalam Islam. Cinta memang bukan hal yang salah. Yang perlu ditekankan adalah perilaku yang timbul dari cinta tersebut. Apakah sebagai orang yang beriman, seorang hamba perlu menunjukkan rasa cintanya dengan gamblang terhadap lawan jenisnya? Apakah tidak sebaiknya dipendam dalam hati saja agar tidak menyebabkan fitnah? Tidakkah pula akan lebih baik jika tidak mengatasnamakan Allah sebagai alasan untuk membenarkan kesalahan yang nyata? Cinta memang anugerah, tetapi bukan untuk dipaksakan. Ini bisa menjadi salah satu bahan renungan bagi para pembaca.

Secara keseluruhan, di samping memberikan pelajaran bagi pembaca tentang bagaimana pergaulan antar lawan jenis yang benar dalam Islam, novel ini pula menyadarkan bahwa Allah lah satu-satunya pemegang kekuasaan terbesar di muka bumi. Tidak ada yang bisa mengelak dari takdirnya dan mengganti catatan yang telah tertera atas dirinya di dalam lauhul mahfudz. Dengan bahasa yang sederhana dan sarat emosi, serta sudut pandang yang digunakan penulis dalam novel ini membuat novel Di Atas Pena Engkau Melamarku akan menjadi bacaan yang menarik dan sayang untuk dilewatkan.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (20 votes, average: 9.20 out of 5)
Loading...

Tentang

Undergraduate Student (2011), Fellowship of Center for Indigenous and Cultrual Psychology, Head of Muslimah Department, Keluarga Muslim Psikologi, Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization