Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sedotan: Menikmati Skenario Allah SWT

Sedotan: Menikmati Skenario Allah SWT

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Ada 2 sedotan kecil untuk air mineral kemasan gelas, masih terbungkus rapi dan tersimpan di dalam ransel hampir selama dua minggu. Jangan ditanya kenapa ia di sana? Saya pun lupa kronologisnya dan entah untuk alasan apa masih menyimpannya, sedikit pun hati ini tidak tergerak untuk membuangnya. Saya biarkan saja di dalam ransel, hanya menatapnya sejenak sambil memasukkan buku dan Al-Quran untuk dibawa mabit malamnya.

Bintang-bintang menemani saat berangkat. Di jadwal selepas Isya ini, saya seperti berjalan menentang arus, saat semua kendaraan berpacu untuk pulang dan saya justru harus berangkat menuju arah berlawanan. Rute yang saya tempuh berlawanan arah dengan kebanyakan, tapi saya yakin saya berjalan pada rute yang benar menuju Allah.

Kajian mabitnya menarik, penjelasan-penjelasan yang runut dan sistematis. Beberapa puluh menit berlalu, hampir satu jam, tapi belum terlihat tanda-tanda panitia yang diamanahkan akan meletakkan air minum di meja ustadz, yang suaranya mulai serak dan batuk-batuk kecil karena tenggorokan yang kering. Panitia sepertinya juga sedang focus penuh dengan kajian mabit, sehingga belum sadar kalau ustadz butuh air minum.

Teman yang duduk di sebelah saya menyadari hal itu, sambil berbisik ia berkata, “ustadz di depan sepertinya perlu air minum, saya punya 2 gelas air mineral di tas tapi gak ada sedotannya, gak mungkin ngasih ke ustadz tanpa sedotan”. Tentu saja ini adalah kabar baik ia punya dua gelas air mineral, itu bisa diberikan ke ustadz, tetapi tidak sopan rasanya menyerahkan air kemasan itu tanpa dengan sedotannya, hal itu akan menyulitkan ustadz.

Tiba-tiba saya teringat akan sesuatu. Lalu saya melempar senyum kepadanya untuk dua alasan; pertama karena kami punya pikiran yang sama, kedua karena saya memiliki apa yang ia butuhkan: dua sedotan, yang masih terbungkus rapi di dalam ransel.

Hee… aha, saya punya sedotannya...”, saya ambil sedotan itu dari dalam ransel, lalu menyerahkan kepadanya untuk diberikan bersama air mineral gelas kepada ustadz yang semakin serak memberi taujih di depan.

Ada binar syukur di mata ustadz saat ia meminum air itu. Dan saya tersenyum sendiri melihat sedotan yang dipakai ustadz. Ternyata untuk hari inilah sedotan itu masih berada di dalam ransel, inilah momen bersejarah yang ditunggunya. Setelah sekian hari berada di dalam ransel, sekarang ia tuntaskan kerjanya dengan sempurna, di saat yang tepat. Siapa yang akan menduga, jika sedotan itu masih berguna, padahal ia tersimpan ditempat yang jauh dari air kemasan tadi? Dan bukankah setiap air kemasan sudah punya jatah sedotan masing-masing di dalam kotaknya, lalu bagaimana mungkin sedotan di ransel masih berguna? Namun begitulah yang terjadi, sedotan dalam ransel itu telah memainkan peran penciptaannya dengan sempurna. Sempurna. Begitu juga dengan dua gelas air mineral itu.

Skenario Allah selalu menarik, penuh kejutan, dikelilingi hal-hal yang tidak pernah diduga oleh akal pikiran kita, itulah sebabnya kita perlu menikmati setiap episodenya dengan kesyukuran. Mungkin hari ini ada derita, ada kesulitan dan beban, ada rentetan masalah yang rumit. Mari hadapi dengan keimanan karena Allah punya rencana terbaik untuk kita, maka sabar dan bersyukurlah selalu. Hingga kelak di ujung cerita, lisan kita tidak akan berhenti mengucap subhanallah… subhanallah… subhanallah… atas seluruh yang telah Allah rencanakan untuk kita.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (10 votes, average: 9.80 out of 5)
Loading...
Seorang ayah lulusan SD Inpres. Saat ini sedang menjadi pelayan masyarakat di Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat.

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization