Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sejarah Pasti Berulang

Sejarah Pasti Berulang

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Presiden PKS, Muh. Anis Matta, Lc. (inet)
Presiden PKS, Muh. Anis Matta, Lc. (inet)

dakwatuna.com – Sejarah pasti akan berulang dan akan kembali menampakkan wajahnya dalam bentuk yang berbeda, dalam kisah, sosok dan cerita dan setting yang berbeda, namun masih dengan esensi dan pembelajaran yang sama. Karena memang itulah salah satu mengapa sejarah itu ada, sebagai wahana pembelajaran. Begitu kira-kira yang pernah disampaikan ust Anis Matta dalam salah satu tulisan beliau.

Jika dulu, dalam sejarah kita kenal sosok Fir’aun yang begitu zhalimnya, yang semena-mena pada rakyatnya yang bahkan mengakui diriNya adalah Tuhan, maka sejarah itu kembali berulang, bahkan lebih banyak sosok Fir’aun modern yang hadir ke muka bumi pada saat ini.

Jika dulu kita mengenal dalam sejarah ada orang-orang yang begitu total dalam berjuang menegakkan dakwah, berjuang menyebarkan Islam, berjuang menegakkan panji Allah. Apapun akan mereka korbankan untuk tegaknya agama Allah. Ada Abu Bakar dengan imannya yang sangat kuat menjadi pendamping setia Rasul. Ada Utsman yang seluruh hartanya ia peruntukkan bagi Islam. Dan ada Thalhah yang menyediakan badannya menjadi tameng hidup Rasulullah di Uhud. Maka sampai detik ini sejarah menampakkan kembali wajahnya, menghadirkan orang-orang yang ikhlas berjuang menegakkan dakwah, yang mengorbankan apapun yang mereka bisa berikan demi tegaknya Islam. Semoga kita termasuk di dalamnya.

Dan dari sejarah pun kita pernah tahu, kalau dulu, di dunia pernah ada kaum qaa’idun, kaum yang kerjanya hanya duduk-duduk saja. Mungkin golongan ini cukup diwakili oleh seorang yang namanya monumental sebagai panglima golongan ini, Abdullah bin Ubay bin Salul. Yang aktivitasnya adalah hanya menilai, mengomentari, mengkritik bahkan menghujat amal dakwah nyata yang sudah dilakukan saudaranya, sementara ia sendiri tak melakukan apapun. Dan hari ini, sejarah kembali menghadirkan orang-orang dengan perilaku yang sama, yang bisanya hanya berbicara dan mengkritik yang dilakukan saudaranya, sementara ia tak melakukan amal nyata apapun. Bahkan ada yang sampai hati melemparkan tuduhan dan fitnah keji pada saudaranya. Naudzubillah!

Dan dari sejarah juga kita belajar tentang kejujuran dan sikap kesatria. Tiga orang sahabat mulia Rasulullah yang tidak turut dalam perang Tabuk, tanpa alasan apapun kecuali kemalasan dan sikap menunda-nunda. Merekalah Ka’ab bin Malik, Murarah bin Rabi’ah dan Hilal bin Umayah Al-Waqifi. Mereka tak mau seperti para munafik dan pendusta yang juga tidak ikut berperang, tapi bergegas datang kepada Rasul seraya meminta maaf atas ketidakhadiran mereka dengan alasan dan uzur yang mereka buat-buat.

Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan ‘uzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah: “Janganlah kamu mengemukakan ‘uzur; kami tidak percaya lagi kepadamu, (karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS At-Taubah: 94)

Ka’ab, Murarah dan Hilal memilih jalan lain, jalan seorang kesatria. Mengakui kesalahan mereka sejujur-jujurnya dan siap dengan resiko apapun. Karena mereka tahu, mungkin bisa saja Rasulullah mereka bohongi, tapi tidak dengan Allah, karena Allah MahaTahu segalanya. Dan akhirnya kita tahu Ka’ab, Murarah dan Hilal memang dihukum oleh Allah dan Rasul-Nya dengan hukuman yang sangat berat, tidak boleh berinteraksi dalam bentuk apapun dengan saudara seimannya sampai waktu yang tidak ditentukan. Dan karena sikap jujur, kesatria dan kesabaran serta keistiqamahan mereka Allah langsung yang mengampuni mereka di hari yang ke-50 dari menjalani hukuman. Dan sikap inilah yang mengangkat tinggi derajat mereka. Kisah ini menjadi salah satu cerita monumental tentang sikap jujur dan kesatria dalam Al-Qur’an.

dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS At-Taubah: 118)

Dan hari-hari ini pun kita kembali diajarkan sikap seperti ini oleh seorang elit wakil rakyat di negeri kita. Beliau memang melakukan satu kesalahan, tapi dengan jujur dan kesatria beliau mengakui kesalahannya, mengambil konsekuensi mundur sebagai tanggungjawabnya dan siap dengan proses apapun sebagai ganjaran dari kesalahannya. Untuknya saya salut dan semoga Allah mengampuni kesalahan dengan taubat yang beliau lakukan. Pelajaran bagi kita bukanlah menghujat, merendahkan atau menyalahkan beliau, tapi pelajarannya adalah bagaimana kita memahami bahwa jika kita dekat dengan Allah, niscaya pada setiap kesalahan kita akan Allah langsung beri teguran dalam bentuk yang tak pernah kita duga. Pelajaran lainnya adalah bagaimana kita bisa menghisab diri kita, bahwasanya dalam diri kita masih sangat banyak dosa kita yang tersembunyi, yang masih Allah tutupi, agar kita segera bertaubat dari kesalahan itu, sebelum Allah benar-benar mempertontonkan kesalahan itu pada orang lain.

Pada akhirnya kita sama-sama pahami bahwa perulangan wajah sejarah adalah bagian dari tarbiyah Allah kepada kita. Tinggal bagaimana bijaknya kita dalam memahami setiap episode dalam hamparan sejarah yang Allah bentangkan pada kita.

Wallahu’alam.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 9.60 out of 5)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Para Kesatria Pembawa Panji

Figure
Organization