Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Misykat (Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi)

Misykat (Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Judul : Misykat (Refleksi tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi)

Penulis : Hamid Fahmy Zarkasyi

Penerbit : Insists

Tahun Terbit : 2012

Tebal : 320 Halaman

Cover buku "Misykat, Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi".
Cover buku “Misykat, Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi”.

dakwatuna.com – Buku ini merupakan kumpulan artikel yang ditulis oleh Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam Jurnal Islam Republika pada 2009–2012. Sebuah buku yang sangat menarik bagi para intelektual muslim yang kritis. Judul Misykat sendiri berasal dari Al-Qur’an yang berarti tempat berkumpulnya cahaya yang di dalamnya terdapat lampu atau lainnya yang memiliki cahaya.

Problematika umat semakin menjadi-jadi. Bekal ukhrawi tidak lagi diacuhkan semata-semata demi kehidupan duniawi. Pandangan eskatologis lenyap dalam berkehidupan. Krisis kepercayaan terhadap identitas juga turut mengikuti. Hegemoni westernisasi berhasil membuat muslim menjadi terbaratkan. Barat merasuk menjadi alam pikiran dan pandangan hidup. Suatu kondisi sosial yang membahayakan umat Islam saat ini.

Belum lagi wacana sekularisme, liberalisme, hingga pluralisme yang kini berkuasa di bawah arus globalisasi. Sekularisme yang berusaha mengeksklusifkan diri gagal lalu melahirkan liberalisme. Liberalisme hadir membawa gagasan kepelbagaian (multiplicities), kesamarataan (equal representation), dan keraguan yang menyeluruh (total doubt). Wacana liberalisme tersebut semakin marak sejak runtuhnya gedung WTC, yang setelah diusut ternyata adalah konspirasi antara George W. Bush dan Usama bin Laden. Liberalisasi terhadap pemikiran-pemikiran Islam pun semakin digencarkan. Dimulai dari proyek perubahan tafsir Al-Quran hingga pluralisme agama. Tanda bahwa perang pemikiran semakin panas. Di samping itu, doktrin nihilisme, relativisme, dan equality postmodern pun turut mempengaruhi pola pikir umat Islam. Proyek-proyek tersebut berhasil memunculkan istilah Islam inklusif, Islam pluralis, Islam kebarat-baratan, dan sebagainya. Namun pada perjalanannya, ternyata liberalisme belum cukup dan lahirlah paham pluralisme yang merupakan bagian dari proyek liberalisme.

Agama diadu dengan ideologi. Rasa benci dan ingin bebas dari keterkungkungan agama memicu para pemikir dan orang cerdas melahirkan pemikiran-pemikiran yang jauh dari kebenaran. Mereka meniadakan kebenaran dan mengarahkan yang lain untuk merasa tidak pasti tentang kebenaran itu sendiri. Akan tetapi, setelah ketidakberdayaan muncul dalam proses penyebaran tersebut, hadirlah ide dan strategi baru untuk mempengaruhi umat beragama. Ditambah lagi dengan semangat postmodernisme, sebuah doktrin sosial pada aspek teologis berkembang. Sebut saja ia pluralisme.

Awalnya pluralisme hadir dengan dalih bahwa pada tingkat institusional, agama tidak lagi punya otoritas. Namun pada dasarnya, paham ini sebenarnya berkembang atas dasar semangat postmodernisme. Untuk mencapai itu, pendekatan teologis dalam kedok toleransi dan penerimaan terhadap pluralitas diyakini dapat menyentuh dan masuk ke segala kalangan. Sehingga diyakini pula proyek ini akan berhasil, tidak seperti sekularisme yang justru gagal.

Ada satu hal menggelitik dari buku ini, yaitu tiga alasan kemungkinan kelompok para cendekiawan dalam mengadopsi suatu paham, yaitu; pertama, mereka yang memahami doktrin dan mempunyai agenda tersendiri, kedua, mereka yang tidak memahami doktrin karena pemikirannya terbaratkan, dan ketiga, mereka yang tidak memahami doktrin dan terbawa oleh wacana umum.

Buku ini mengupas lengkap tentang sekularisme, liberalisme, pluralisme, dan ‘isme-isme’ lainnya dalam bahasa yang sederhana tetapi cerdas dan lugas. Pembahasannya pun berangkat dari fakta-fakta aktual sehingga dapat memberi gambaran yang jelas kepada para pembaca. Pemaparan tentang pluralisme sebagai sebuah paham/doktrin, pemahaman tentang toleransi dalam Islam, hingga toleransi tanpa pluralitas dan sikap moderat pula akan semakin memperkaya pengetahuan pembaca tentang Islam dan keberadaannya bagi umat manusia di dunia. Di samping itu, buku ini akan membangun kesadaran dan mengajak pembaca untuk berpikir dan bersikap kritis terhadap berbagai isu dan permasalahan umat di dunia kini. Namun layaknya peribahasa bahwa tak ada gading yang tak retak, buku ini tidak menyisipkan catatan kaki, terutama keterangan singkat tentang nama-nama tokoh yang tidak terlalu terkenal yang dicantumkan. Selamat membaca!

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Undergraduate Student (2011), Fellowship of Center for Indigenous and Cultrual Psychology, Head of Muslimah Department, Keluarga Muslim Psikologi, Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization