Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Untaian Makna Spiritual leadership pada Perang Badar

Untaian Makna Spiritual leadership pada Perang Badar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Kuda Kemenangandakwatuna.com – Mengenai spiritual leadership saya teringat akan sebuah materi mentoring waktu saya SMA bahwa seorang pemimpin itu haruslah memiliki sikap seperti seorang Nabi atau yang biasa kita kenal dengan amanah, fathanah, tabligh dan shiddiq. Keempat elemen tersebut dapat menjadikan pemimpin tersebut mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat dan akhirnya legitimasi dia sebagai pemimpin diakui kuat. Serta hari-hari pemimpin itu sering dihabiskan dengan dzikir kepada Allah SWT dan memikirkan umat.

Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari spiritual leadership dari surat Al Anfal 64-66 di mana ayat ini turun saat perang Badar. Pada saat perang itu kondisi umat muslim sangatlah terdesak dari segi jumlah yaitu 1:100. Maka dari itu Allah menurunkan ayat tersebut agar hati orang-orang mukmin tenang dan bersemangat menegakkan kalimat Tauhid di bumi Allah.

Akhir dari perang Badar adalah kemenangan yang nyata antara yang hak dan yang bathil. Menangnya umat muslim pada perang Badar adalah sebuah bentuk rahmat-Nya karena Allah telah menyiapkan para malaikat di langit untuk membantu umat muslim apabila di ambang kekalahan. Selain dari pada itu, pada surat Al Anfal menyuruh umat muslim untuk menjadikan Allah SWT menjadi pelindung dalam hidup dan menggantungkan diri pada Allah semata. Dalam firman Allah SWT di ayat Al Anfal 64-66 terdapat kata fatham mubina yaitu kemenangan yang dekat dan fatham qoriban kemenangan yang jelas yaitu syahid. Itu semua hanyalah bisa didapatkan jika kita benar-benar menjadikan perang/jihad dijalan Allah semata-mata untuk beribadah kepada-Nya.

Belajar dari perang Badar kita dapat menegasikan akibat orang-orang yang mengejar dunia dan melalaikan kewajibannya sebagai muslim. Akibat mengejar dunia adalah timbulnya perasaan gelisah karena apa saja yang didapatkan entah harta dan jabatan akan dapat hilang kapan pun, perasaan lelah karena segala usaha yang dilakukan fokus mencari harta dunia dan hati kering karenanya, dan tidak bahagia karena gusar oleh apa saja yang dapat menghilangkan posisi dan harta dirinya. Itulah hanya kesenangan dunia yang melenakan lagi menyengsarakan, cukuplah Allah SWT menjadi tempat bersandar dan pengharapan segala apa yang ada di dunia dan akhirat.

Inti dari perang Badar adalah untuk menyingkap kekuatan dalam berjamaah dan tergabung dalam sebuah jama’atul muslimin sehingga kita yang tergabung dalam jamaah muslim adalah agar kita tidak mudah goyah dalam hal aqidah dan ibadah karena selalu ada orang yang mengingatkan kita, tidak mudah hancur karena sebuah jamah cenderung solid karena mereka mempunyai psikologi masa saat mereka berhimpun, sehingga keberanian mereka akan meningkat berkali-kali lipat ketika bersama-sama.

Masuk kembali membahas spiritual leadership bahwa dalam surat Al-Anfal ayat 66 terdapat kata dho’fa di mana tafsirannya adalah syarat agar kuat dalam Islam, yaitu dengan berjamaah, sabar, paham tentang Allah, dan kekuasaan-Nya. Serta perangkat untuk menjadi leader adalah pengetahuan yang baik tentang dunia dan akhirat, pengelolaan diri dan organisasi, kemampuan, kerja sama, dan sifat kepemimpinan. Lalu hubungan dengan antara perang Badar dan spiritual leadership apa? Jawabannya adalah seorang pemimpin ketika diterpa dengan berbagai masalah cukuplah Allah sebagi penolong dan pelindung dirinya, serta berdoalah dengan amal-amal terbaik agar itu menjadi pemudah bagi doa agar dimakbulkan oleh Allah SWT. Mudah bukan jawabannya? Namun yang tersulit adalah menurunkan ego atau nafsu kita akan “pakaian kebesaran” yang dimiliki sehingga Allah dilupakan bahwa Dia yang memberi kita kehidupan.

Berkatalah seperti Umar ibn Abdul Aziz ketika diangkat menjadi Khalifah “aku takut akan amanah ini!” sehingga orang-orang menyambut pernyataan mu, “Yang kami takutkan justru jika kamu tidak takut!”

Wallahu a’lam bishhohab.

 

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...
Asal kota Jakarta, Mahasiswa Psikologi UGM, koordinator Badan Pendamping Lembaga Dakwah Fakultas UGM, Santri Asrama PPSDMS, Tertarik akan kegiatan dakwah kampus.

Lihat Juga

Ingat Allah Hatimu Akan Tenang

Figure
Organization