Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Ayyub & Ulat-Ulat yang Menggerogotinya

Ayyub & Ulat-Ulat yang Menggerogotinya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Judul                            : Ayyub & Ulat-Ulat yang Menggerogotinya

Penulis                          : Muhammad Makhdlori

Penerbit                       : Safirah (Diva Press)

Tahun Terbit                : Pertama, 2012

Jumlah Halaman          : 262 halaman

ISBN                           :  978-602-7663-49-7

 

Belajar Memaknai Sabar Kepada Ayyub

Cover buku "Ayyub & Ulat-Ulat yang Menggerogotinya". (ist)
Cover buku “Ayyub & Ulat-Ulat yang Menggerogotinya”. (ist)

dakwatuna.com – Banyak orang mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya. Padahal, sebenarnya sabar itu tak memiliki batas. Sabar itu bisa selamanya. Kita akan menemukan orang yang mampu memiliki sabar yang tak berbatas pada kisah Nabi Ayyub sebagai buktinya.

Novel karya Muhammad Makhdlori yang berjudul Ayyub dan Ulat-Ulat yang Menggerogotinya ini mengisahkan bagaimana Nabi Ayyub menjalani ujian dari Allah dengan kesabaran yang tak terbatas. Di awali dengan kisah Nabi Ayyub yang mulanya memiliki tiga istri dan dikaruniai anak yang banyak serta kekayaan yang melimpah.

Namun, walau begitu Nabi Ayyub tetap rendah hati dan tak pernah sombong. Ayyub memiliki sifat yang dermawan. Bahkan, banyak dari umatnya yang miskin selalu datang ke rumahnya untuk dia jamu dengan berbagai makanan. Jadi, ia sangat dicintai oleh umatnya. Termasuk ada tiga sahabat terdekatnya yang sering menemani dan mendengar fatwa-fatwanya. Mereka adalah Elifas, Bildad dan Zofa.

Karena kebaikan hati Ayyub tersebut, Malaikat di langit selalu memujinya. Suatu ketika Malaikat memujinya sifat-sifat baiknya. Syetan mendengar dan dengki yang tak tertahankan membara di dada syetan. Akhirnya dia berusaha untuk menghasut Ayyub untuk menghentikan segala kebaikan, keshalihan dan penghambaannya kepada Allah. Namun, Ayyub dengan kebaikannya mampu menolak hasutan tersebut.

Akhirnya, Syetan memfitnah Ayyub dengan mengatakan kepada Allah bahwa Ayyub taat beribadah hanya karena dia takut kehilangan harta benda, anak-anak dan istrinya. Karenanya, jika semua itu hilang maka tak mungkin dia akan ikhlas lagi menyembah Allah. Namun, Allah tak percaya karena Dia tahu bagaimana Ayyub itu sebenarnya. Namun, Allah tetap melakukan apa yang diminta syetan sekaligus menguji dan pembuktian bahwa Ayyub itu benar-benar hamba-Nya yang ikhlas kepada syetan (halaman 215-218).

Allah menguji Ayyub dengan menghilangkan semua kekayaannya, mematikan semua anaknya, dan paling pamungkas Ayyub diuji dengan memberinya penyakit gatal-gatal di sekujur tubuhnya. Setelah mengetahui itu dua istrinya meninggalkannya. Tak hanya itu mereka pun menghasut umat Ayyub bahwa Ayyub terkena penyakit kutukan sekaligus menular. Akhirnya, umatnya termasuk tiga sahabat terdekatnya percaya dan mengusir dia dari rumahnya.

Tak sama dengan kedua istrinya, Siti Rahmah setia kepada Ayyub bagaimana pun keadaannya. Dia menemani Ayyub ke mana pun pergi. Menjalani pengusiran dari umatnya. Dia tahu Ayyub tidak terkena kutukan karena dia Nabi Allah. Dia setia dan taat kepada Ayyub.

Singkat cerita akhirnya sampai delapan belas tahun Ayyub menderita penyakit gatal dan dagingnya sudah hampir habis semua hanya tertinggal tulang-tulangnya saja. Penyebabnya, Ayyub membiarkan ulat-ulat yang menggerogoti tubuhnya tetap berada dalam tubuhnya. Bahkan, jika ada satu ulat yang jatuh ke tanah, bukannya dia bunuh melainkan dia ambil lalu dimasukkan lagi ke dalam bagian-bagian tubuhnya yang masih berdaging untuk memberinya kesempatan makan daging-daging di tubuhnya.

Di akhir cerita Ayyub yang lama menderita penyakit yang menjijikkan itu pun sembuh atas izin Allah yang menurunkan Jibril dan istrinya yang dia usir pun kembali ke hadapannya. Rasulullah Saw sendiri pernah bercerita tentang Nabi Ayyub dalam haditsnya, beliau bersabda, “Sesungguhnya Nabi Allah Ayyub As diuji dengan musibah tersebut delapan belas tahun, di mana keluarga dekat serta keluarga yang jauh menolaknya dan mengusirnya, kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya, di mana keduanya telah memberinya makan dan mengunjunginya. Kemudian pada suatu hari salah seorang dari keduanya telah memberinya makan dan mengunjunginya. Kemudian pada suatu hari salah satu dari kedua saudaranya itu berkata pada saudaranya yang satu, ‘Demi Allah, perlu diketahui, bahwa Ayyub telah melakukan suatu dosa yang belum pernah dilakukan siapa pun di dunia ini.’ Sahabatnya itu bertanya, ‘Dosa apakah ini?’ Saudaranya tadi berkata, ‘Selama delapan belas tahun, Allah tidak merahmatinya, sehingga menyembuhkannya dari penyakit yang di deritanya.’ Ketika keduanya mengunjungi Ayyub As,  maka salah seorang dari kedua saudaranya itu tidak dapat menahan kesabarannya, sehingga ia menyampaikan pembicaraan tersebut kepadanya. Ayyub As menjawab, ‘Aku tidak mengetahui apa yang kamu berdua bicarakan, kecuali Allah Ta’ala telah memberitahukan bahwa aku diperintah untuk mendatangi dua orang laki-laki yang berselisih supaya keduanya mengingat Allah. Sedang aku akan kembali ke rumahku dan menutup diri dari keduanya, karena merasa benci mengingat Allah, kecuali dalam kebenaran.”

Begitulah Ayyub menjalani fitnah syetan sekaligus ujian dari Allah padanya. Ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil yaitu, pertama bahwa kenikmatan itu adalah ujian Allah pula seperti musibah itu adalah ujian. Kedua, Kesabaran Nabi Ayyub yang tak berbatas. Ketiga, Memahami dengan mengucapkan istirja’ (Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un) Allah akan mengganti setiap yang hilang dari kita. Keempat, Istri yang beriman harus bersabar menjalani kehidupannya bila suami sakit dan miskin. Terakhir, Allah akan memberikan jalan keluar bagi hambaNya yang bertaqwa.

Namun, sayangnya banyak kesalahan penulisan dalam buku ini cukup mengganggu. Salah satunya kata pergialah seharusnya pergilah dalam halaman 218. Tetapi, itu tak mengurangi nilai esensi yang diberikan dalam buku ini. Jadi, buku ini layak Anda baca, guna belajar memaknai sabar dan meneladani kesabaran Nabi Ayyub yang tak terbatas.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 8.14 out of 5)
Loading...
Alumni Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso. Anggota Forum Lingkar Pena. Pendiri Klub Pecinta Buku Booklicious. Anggota Bondowoso Writing Club. Fulltime writer.

Lihat Juga

Sabar

Figure
Organization