Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Inikah Jalan Dakwah?

Inikah Jalan Dakwah?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Tulislah dan sebarkanlah ilmumu di antara saudaramu. Jika kamu mati, anak-anakmu akan mewarisi kitab-kitabmu. Kelak akan datang suatu masa ketika terjadi banyak kekacauan dan orang-orang tak lagi mempunyai sahabat yang akan menolong dan melindungi selain buku-buku” (Ja’far ash-Shadiq)

Luar biasa!!! Inilah yang dapat kita ungkapkan terhadap generasi pendahulu kita. Kegigihan dalam proses belajar dengan tradisi membaca dan menulisnya. Kalau kita perhatikan mereka berusaha sekuat baja tak kenal lelah. Sebagai contoh, Ibnu katsir menceritakan, “Pada suatu malam Bukhari bangun dari tidurnya. Setelah menyalakan lampu ia menulis apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Kemudian mematikan lampu dan tidur. Setelah beberapa saat ia bangun lagi untuk menulis. Begitu yang terjadi berulang-ulang hingga hampir dua puluh kali.” Dua puluh kali dalam semalam!!! Luar biasa bukan!!! Dan masih banyak lagi. Lantas bagaimana dengan kita? Adakah komitmen kita mengamalkan wahyu kedua “Al-Qalam”? Alladzi ’allama bilqalam ’yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam’?

Kisah tadi menggugah diri saya pribadi. Boleh dibilang bahwa menulis adalah sebuah perintah. Tak layak kita mengabaikannya. Semoga diri ini terus memompa kegigihan dan semangat membara. Tak ada lagi mental tanggung dan apa adanya. Dalam buku Tiger Heart, Tiger Mind dijelaskan bahwa dalam posisi diam harimaulah terletak kekuatan sejatinya. Lalu seperti apa kekuatan sejati itu?  Kekuatan itu adalah komitmen. Komitmen untuk berbuat guna mewujudkannya. Ucapkan selamat tinggal ‘putus asa’. Ayo sambut semangat dalam dada dengan senyum terbaikmu. Tulis…Tulis…Tulis…Saatnya Berkarya!!!!

Di balik semangat tadi, ada inspirator tersendiri yang membuat saya terus belajar dalam dunia kepenulisan. Namanya si Biru. Dia bukan sekadar sahabat biasa. Dia sahabatku dalam menulis. Kebiasaannya menulis membuatnya menorehkan karya-karya yang cukup unik. Karya yang tak kalah dengan penulis best seller (lebay…) Saya diam-diam mengagumi karya-karyanya. Cita-citanya menjadi seorang penulis membius jiwa saya mengikuti jejaknya. Saya yakin bisa menorehkan karya-karya terbaik. Meski tidak sebagus karyanya, tapi tak apalah. Tetap semangat menulis… terima kasih kawan!!! Kami juga punya penulis idola yang sama lho “Bang Tereliye”. Ada hal yang unik dalam setiap Novel Bang Tereliye. Tak ada kesan glamour. Semuanya sungguh sederhana tapi sarat akan makna hidup. Rasa Ikhlas. Ketulusan hati. Terus memperbaiki diri. Senantiasa bersyukur. Persis seperti yang seharusnya kita lakukan dalam meniti setiap alur kehidupan. Kok tambah ngelantur ya… Maaf deh kalau essaynya berantakan. Sekalian nimprung bercerita… Boleh kan???

Lantas apa yang saya harapkan dalam menulis? Saya tidak bermimpi besar untuk menjadi penulis hebat. Menghasilkan banyak buku best seller. Bahkan mendapatkan penghargaan, dan sebagainya. Boleh jadi itu terlalu berlebihan. Menulis bukan sebagai jalan impian. Namun ada sebuah keunikan tersendiri. Setidaknya itu yang saya pahami. Saya dapat berbagi kebaikan. Saya dapat berimajinasi lewat untaian kata. Saya dapat menghabiskan banyak buku yang harus dibaca. Ya… agar tulisannya lebih berkarakter karena kebenaran nggak mungkin disepelekan kan? Kalau selesai membuat tulisan. Woww… tak jarang saya tersenyum-senyum sendiri ketika membacanya. Ada sebuah kepuasan sendiri ketika ide tertuang dalam tulisan. Tapi saya masih bingung. Ada tanda tanya besar menggantung dalam pikiranku. Sudah benarkah tujuanku dalam menulis?? Lalu bagaimana pula makna perkataan Ali bin Abi Thalib “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”? Bagaimana pula juga makna sabda Rasulullah “janganlah kalian mempelajari ilmu agar kalian bisa saling membanggakan di kalangan orang berilmu sedang kalian tidak mempedulikan orang-orang yang bodoh dan tidak membagus-baguskan majelis ilmu itu…”? Semoga kita dapat berkaca pada diri kita masing-masing!!!!

Dan inilah jawaban dari kegelisahan saya sebagaimana firman Allah “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”(Qs. Al-Ashr 1-3). Menulis adalah jalan berdakwah. Menulis merupakan strategi dalam menegakkan kebenaran. Ingatlah keshalihan pribadi tidaklah cukup. Umat ini sedang kehausan akan air kebenaran. Bumi telah kering kerontang oleh ilmu. Namun, apakah dakwah ini bisa bergerak seorang!!! Saya butuh sahabat. Tangan ini terlalu lemah menahan beban dakwah sendirian. Langkahku pasti bersama Pelita Indonesia. Meniti pelangi dalam goresan tinta. Berjuang bersama dalam dakwah kepenulisan. Memberikan pencerahan terhadap permasalahan umat. Mengubah paradigma dalam berpikir masyarakat. Semua akan tercipta dengan kerja sama kebenaran. Merengkuh asa di balik prahara umat saat ini.

Dalam buku Tiger Heart, Tiger Mind dijelaskan bahwa sangat penting bagi Anda membangun hubungan dengan orang-orang positif yang memiliki pikiran serupa dengan Anda dan dapat menawarkan pengetahuan serta saran pada Anda. Karena mereka dapat memberi Anda pengertian, arahan, dorongan, dan kekuatan dalam diri, yang dapat menginspirasi dan menuntun Anda di tengah harapan serta marabahaya. Semoga jalan dakwah ini tak pernah berhenti. Ada spirit yang tak pernah padam. Ketahuilah beban dakwah ini sangat berat. Kebutuhannya sangat banyak. Sementara orang yang baik jumlahnya sangat sedikit. Berbahagialah dengan rasa syukur diri ini masih setia dengan jalan dakwah.

“Betapa luar biasanya Anda ketika Orang-orang terdekat bahkan siapapun tidak menolak untuk membaca, mencintai, memuji bahkan membeli tulisan yang terlahir dari jemari Anda.” Pernyataan tersebut membuat saya sentimentil banget. Ada rasa gregetan membara. Ada spirit memuncak. Yakinlah… saya pasti bisa!!! Namun yang terpenting bukanlah berapa banyak tulisan yang sanggup tercipta, bukan pula berapa banyak orang yang membeli tulisan kita, hingga kita dapat label penulis best seller, melainkan berapa banyak orang yang akan menerima kebaikan yang kita sampaikan. Inilah jalan dakwah kepenulisan. Kita bukan hanya berkarya tapi kita berusaha menebarkan cahaya kebenaran. Kebenaran yang sarat akan makna kebaikan dalam kehidupan. Semoga asa ini menjadi amal yang berarti di akhirat kelak.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 8.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Lahir di Pati, Juli 1992. Anak kelima dari 6 bersaudara ini sudah menggeluti dunia organisasi semenjak duduk di bangku SMA. Mengawali karirnya sebagai Redaksi Majalah OSIS SMAN 1 Pati, Redaksi Buletin Kharisma dan Staff Divisi Musholla ROHIS AL-Izzah. Pada tahun 2010 Ia masuk ke Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Jalur Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM) yang sekaligus mendapatkan beasiswa BIDIKMISI. Di UGM Ia beberapa kali menduduki kesempatan dalam berbagai organisasi. Ketua SKI AL-Hadiid Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Staf Pelayanan Umat Keluarga Muslim Teknik (KMT), Staff Keilmuan Keluarga Mahasiswa Bidik Misi (KAMADIKSI UGM). Ia juga melebarkan sayap dalam berbagai organisasi di luar kampus. Ia tercatat sebagai Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Mahasiswa Pencinta Islam (MPI) Yogyakarta, Kepala Departemen Kaderisasi Keluarga Mahasiswa Pelajar Pati (KMPP) Komisariat UGM, Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Yogyakarta Angkatan 13, Koordinator Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Takmir Masjid Nurul Barokah. Dia juga sempat kerja partime sebagai pengajar privat di BIMBEL Kontekstual Iqro' dan Pendiri bisnis Baso Ice Kimo. Ia juga sempat meraih beberapa beasiswa. diantaranya adalah beasiswa PPSDMS Nurul Fikri dan beasiswa BIDIKMISI . Dalam urusan prestasi, Ia tercatat IPK Cumlaude hingga semester ini. Beberapa juga telah menjuarai berbagai kompetisi di tingkat lokal maupun nasional.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization