Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Memujilah Sebelum Meminta

Memujilah Sebelum Meminta

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Interaksi (aussiesarasvati.blogspot.com)dakwatuna.com – Setiap manusia pasti senang jika dirinya dipuji. Baik karena parasnya yang menawan, prestasinya yang gemilang, atau perilakunya yang dermawan. Tak ada yang marah saat pujian datang, bahkan ia akan terngiang dan membuat hati setiap orang menjadi senang. Saat berinteraksi dengan orang lain, tak terbatas pada pujian saja, kita juga harus bisa menjaga etika dan adab agar lawan bicara nyaman dengan kita. Begitu juga dengan Allah. Allah senang jika Ia dipuji. Pun etika dan adab saat berinteraksi denganNya melalui doa, harus dijaga dan diperhatikan. Jika kita bisa memenuhi adab dan etika ini, insya Allah kita akan memperoleh apa yang kita minta.

Pertama, orang-orang shalih terdahulu, sebelum berdoa biasanya melakukan sejumlah aktivitas. Mereka bersuci dan berwudhu’, shalat sunnah, dan berdoa dengan penuh ketundukan dan kesungguhan. Tidak jarang air mata mereka menitik saat lantunan doa-doa mulai dipanjatkan. Selanjutnya, mereka memuji Allah, mengagungkanNya, meng-EsakanNya, lalu memulai munajat mereka. Seperti yang dilakukan Nabiyullah Ibrahim AS saat berdoa kepada Tuhannya.

“Tuhan yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang mematikan aku, kemudian menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat” (Q.S Asy-Syu’ara:78-82)

Ibrahim memulai dengan lima pujian, dan kemudian melanjutkan dengan munajatnya.

(Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan. Dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk orang-orang yang sesat. Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.” (Q.S Asy-Syu’ara: 83-87).

Maka Allah mengabulkan hajatnya.

Kedua, ciptakan suasana hati yang damai, tenang, ikhlas, tunduk, dan khusyu’ saat mengucapkan doa kepada Allah.

“…Sesungguhnya mereka adalah orang yang bersegera dalam kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Q.S Al-Anbiya: 90)

Ketiga, pintalah dengan serius dan sungguh-sungguh. Jangan berdoa seperti dengan mengucapkan “Jika Engkau berkehendak memberi maka berikanlah…”  Rasulullah dalam sabdanya, “Janganlah orang yang berdoa dalam doanya, “Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau berkehendak…” tapi hendaklah ia benar-benar serius dalam permintaannya karena Allah tidak membenci (dalam memberi).” (HR. Bukhari Muslim)

Keempat, jangan pernah lelah memohon dan jangan putus asa meminta kepada Allah. Andai doa itu lambat dikabulkan, jangan sampai ia mempengaruhi intensitas doa kita kepada Allah. Berhusnudzan kepada Allah lebih baik karena bisa jadi Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih baik dari yang kita minta.

Kelima, jangan lupa sertakan orang lain dalam doa-doa kita selain orangtua dan keluarga kita. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya, niscaya akan dilimpahkan kepadanya apa yang didoakannya untuk saudaranya itu.

Keenam, mulailah dengan mentauhidkan Allah sebagaimana Nabi Yunus dalam doanya:

“…maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim” (Q.S Al-Anbiya’: 87)

Ketujuh, rendahkan suara sampai tak didengar kecuali antara diri sendiri dan Allah.

Kedelapan, saat meminta sesuatu kepada Allah, bersikaplah dengan merendah dan tenang. Lepaskan semua ke’aku’an, lucuti semua kemampuan, serahkanlah segalanya kepada Allah. Tunduk dan luruh di hadapan Allah.

Kesembilan, ambillah posisi yang sangat baik dalam berdoa. Seperti dalam kondisi duduk, menghadap kiblat, khusyu’, tenang, menundukkan kepala.

Kesepuluh, meminta dengan berulang-ulang. Ada sebuah riwayat hadits dari Anas bin Malik yang menyebutkan, ada seorang pemuda yang meminta kepada Rasulullah untuk didoakan agar turun hujan. Lalu Rasulullah berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan untuk kami…3x”. Lalu, hujan pun turun hingga satu pekan. Lalu, pada pekan berikutnya, saat Rasulullah berkhutbah pada hari Jumat, orang itu berdiri di hadapan Rasulullah. Ia mengatakan bahwa hujan yang turun hampir sepekan telah melenyapkan barang-barang mereka. Kemudian Rasulullah berdoa lagi, “Ya Allah berilah keberkahan kepada kami melalui hujan dan bukan musibah…” Tidak lama setelah itu, hujan pun berhenti dan kami berjalan di bawah sinar matahari. (H.R Bukhari dan Muslim secara ringkas)

Kesebelas, mengangkat dua tangan dan menghadap kiblat. Hal ini dilakukan Rasulullah dalam banyak peristiwa. Antara lain, perkataan Abi Musa Al Asy’ari yang meriwayatkan saat Rasulullah usai berwudhu dan berdoa, Rasul mengangkat tangan hingga terlihat putih ketiaknya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitulah para sahabat dan orang-orang shalih terdahulu menjaga interaksinya dengan TuhanNya. Selayaknya, merekalah teladan bagi kita. Sudahkah kita menjaga adab dan etika terhadapNya? Selamat mengamalkan…. Semoga bermanfaat…

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 8.14 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan. Aktif sebagai Staf Kaderisasi di KAMMI, juga sebagai anggota muda di FLP Sumatera Utara.

Lihat Juga

Pelajaran Etika dari Pelajaran Hidup Umar ibnu al-Khaththab

Figure
Organization