Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Tentang Cinta

Tentang Cinta

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Aku ingin berbagi padamu teman. Tentang kisah cinta. Ya, kisah cinta. Seperti yang biasa dibicarakan remaja-remaja tanggung lainnya. Kau tahu apa itu cinta sejati? Ah, nanti sajalah kau jawab pertanyaanku ini.

Bandung, 7-11 Februari 2012.

Seperti biasa, aku berdiri di depan seonggok pekerjaan yang kupikul. Kadang berlari, kadang berjalan, kadang istirahat, kadang tertawa, tapi lebih sering menangis. Kau tau, tangisan laki-laki bisa juga diekspresikan dengan senyuman getir. Ya seperti itulah yang sering kulakukan, tersenyum getir. Bukan cengeng. Kerinduan dan perasaan mengecewakannya sudah lebih dari cukup menjadi alasan untuk menangis.

Bandung, 11 Februari 2012.

“Kang, tubuh akang panas banget, ane anterin pulang deh kang, atau mau ke dokter sekalian” kata teman setimku. “Ah gak apa-apa kok, cuma demam” jawabku seadanya. “Beneran kang, panas pisan, mata akang udah merah gitu, ayo, ane anterin” (sambil menarik tanganku dengan paksa). Akhirnya kami pergi ke dokter.

“Kamu harus istirahat rosy, demam bukan penyakit yang bisa dianggap sepele, lagian panas badanmu sudah sangat tinggi” perintah dokter.

“Waah, jangan panggil rosy dokter, panggilanku Andre”, berontakku dalam hati.

“Baik bapak” jawabku.

Bandung, 11-13 Februari 2012.

Aku bosan dengan tempat tidurku….

Bandung, 13 Februari 2012, pagi sampai sore.

Kupaksakan kakiku melangkah ke kampus, bukan karena aku tak sayang tubuhku. Tetapi lebih karena aku sudah sangat muak mematung tak karuan di dalam kamar 3 x 5 meter ini. Seperti biasa, hari itu kuisi dengan berusaha menyantap kata-kata tingkat tinggi yang terlontar dari dosen-dosenku. Ah, aku tidak bisa konsentrasi. Badanku saat ini terlalu lemah menahan gaya berat dari kepalaku. Yah, jadilah hari itu aku tidur saja di kelas.

Bandung, 13 Februari 2012, sore.

“(Tok-tok-tok) Andre, ada tamu” kata ibu kosku sambil tersenyum.

“Iya bu” kubuka pintu cukup lebar.

“Waaaaah, papa, mama….”

Bandung, 13 Februari 2012, malam.

“Mama dan papa kok ga ngomong-ngomong kalau mau dateng hehe”.

“Biar surprise datuak (panggilanku di kampung halaman), kebetulan papa lagi ada tugas dinas ke Jakarta, mama mu nih, beliau kangen banget katanya, sampai rela beli tiket mendekati hari keberangkatan”

“Wah sampai segitunya ma…”

“Iya, soalnya mama khawatir sama datuak, mama ada feeling jelek”

Ya, seperti anak kecil, aku bercerita apa adanya, kuliah, ngeluh ini, ngeluh itu, ingin ini, ingin itu.

Komentar mereka cuma satu: “datuak, kamu anakku yang kuat”, menghapus semua keluh kesah ku.

Bandung, 14 Februari 2012, pagi.

“Datuak, kami pulang dulu ke Padang ya, pesawat jam 1 nih, belajarlah dari apa yang kau lihat, dengar dan rasakan”

“Iya pa, ma“

Aku kembali ke kosan, membuka isi kresekan hitam peninggalan papa, mama. Wah ternyata mama, papa menghadiahiku “ingin ini, ingin itu” yang kuceritain ke mereka tadi malam. Ga semua ingin ini-ingin itu yang kuceritain sih dibelikannya, tapi cukup membuat air mataku hampir tumpah (menangisku adalah tersenyum getir, kalau sudah hampir tumpah, itu level terharunya adalah tingkat akut, apalagi kalau sampai tumpah).

Kapan mereka membelinya? Jangan-jangan malam tadi ketika aku tertidur, ah, aku menyesal mengoceh yang tidak penting terlalu banyak. Akhirnya air mataku tumpah, setelah kuketahui ternyata ibuku juga sedang sakit.

Kalau ada yang bertanya padaku tentang cinta sejati, ku jawab “tanyakan pada ibu dan bapakmu” Ya pada ibu dan bapakmu, Banyak yang berkata ke pacarnya, “hidupku tidak berarti tanpa dirimu sayang”, lalu kamu ke manakan kasih sayang orang tuamu? Kamu ke manakan ibu dan bapakmu yang selama ini membuat kamu berarti?

Banyak yang berkata ke pacarnya, “aku akan selalu menjagamu, menyayangimu, mencintaimu dan kata-kata bermajas tinggi lainnya”. Pertanyaannya simple, sudahkah kamu mengucapkan kalimat tersebut ke orang tuamu yang jelas-jelas selalu menjagamu, menyayangimu dan mencintaimu? Bagaimana mungkin seseorang ‘yang baru kamu kenali’ (yang kamu sebut pacar) langsung menempati posisi paling atas yang mengisi hatimu, bahkan mengalahkan Tuhanmu?

Maaf, ini hanya ocehan pemuda yang terlalu muda untuk berbicara soal cinta sejati

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu dan hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS Luqman: 14)

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (27 votes, average: 9.89 out of 5)
Loading...

Tentang

Seorang pemuda perantau yang sedang belajar untuk belajar.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization