Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Rasulullah SAW dan Kebohongan Yahudi

Rasulullah SAW dan Kebohongan Yahudi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

            

Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

          dakwatuna.com – Keyakinan kita sebagai umat Islam terhadap kebenaran ajaran Rasulullah Saw tidak didasari oleh apa yang dikatakan mereka di luar Islam. Pegangan ini tetap kuat sebelum dan setelah mereka mengimani kebenarannya. Ia pun semakin kokoh meski mereka menghujatnya dari seluruh arah dengan apa yang mereka punya dari kekuatan fisik dan maknawi.

Olehnya itu, sebelum para perindu taman-taman hikmah kenabian dan pecinta hakikat diajak melihat pancaran cahaya kenabian dan kerasulan Rasulullah Saw yang diberitakan di Taurat, meski mereka menutupinya bahkan membuangnya jauh-jauh dari lipatan-lipatan sejarah dengan penuh kesengajaan, sebelumnya itu penulis ingin mengenalkan Anda hakikat Qur’ani yang memberitahu sikap Yahudi tentang Islam dan Nabinya.

Di antara hakikat itu, mereka sangat cerdik membolak-balik fakta, yang kehilangan nilai disulap dan disihir menjadi batu mulia berharga, yang benar dipudarkan kekuatan maknawinya, bahkan diangkat dari lembaran-lembaran kitab suci mereka.

Ketidakjujuran Yahudi melihat dan mengakui sebuah fakta disifati Q.S. An-Nisa’ [4]: 46 dan Q.S. Al-Maidah [5]: 13 seperti berikut:

            قَالَ اللهُ تَعَالَى: )مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا(.

            قَالَ اللهُ تَعَالَى: )فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(.

Di antara sifat keji mereka, ada yang dibahasakan kedua ayat di atas dengan kalimat yang sama, yaitu: (يُحَرِّفُوْن الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ), sementara itu, di ayat lain sifat ini datang dengan kalimat yang hampir serupa susunannya dengan kalimat pertama tersebut, yaitu: (يُحَرِّفُوْن الْكَلِمَ مِنْ بَعْدِ مَوَاضِعِهِ) seperti di Q.S. Al-Maidah [5]: 41

قَالَ اللهُ تَعَالَى: )يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُوا آمَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوبُهُمْ وَمِنَ الَّذِينَ هَادُوا سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ سَمَّاعُونَ لِقَوْمٍ آخَرِينَ لَمْ يَأْتُوكَ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ مِنْ بَعْدِ مَوَاضِعِهِ يَقُولُونَ إِنْ أُوتِيتُمْ هَذَا فَخُذُوهُ وَإِنْ لَمْ تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُوا(.

Di sini, sifat mereka di kedua ayat pertama datang dengan kata penghubung (عَنْ) dan di ayat kedua dengan (مِنْ بَعْدِ). Apakah yang melatarbelakangi perbedaan sistematika kedua kelompok ayat ini, sementara topik utama mereka sama, yaitu kejahatan Yahudi dalam memainkan kitab suci Allah? Apakah di sana ada perbedaan makna?

Para ahli tahkik dari kalangan mufassir menafsirkan kalimat pertama (يُحَرِّفُوْن الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ) dengan penafsiran yang cukup luas. Kegemaran mereka mengubah kitab suci Allah dapat diartikan dengan mengangkat kalimat-kalimat Allah dari tempatnya, atau memaknai ayat-ayat Allah (ta’wil) dengan arti yang jauh dari kebenaran sesuai kehendak nafsu mereka, atau menambah dan mengurangi hasil perbincangan mereka dengan Rasulullah Saw.

Di lain sisi, mereka melihat bahwa kalimat kedua: (يُحَرِّفُوْن الْكَلِمَ مِنْ بَعْدِ مَوَاضِعِهِ) lebih menekankan jenis perubahan tertentu yang mereka lakukan dengan mengabaikan hukum-hukum Taurat yang tidak layak menurut mereka untuk dipatuhi, seperti hukum rajam, ([2]) hukum itu dibuang dari tempatnya tanpa diganti dengan hukum lain. Tentunya, kejahatan inilah yang paling terburuk, kejahatan yang ditangani langsung oleh kelompok tertentu dari mereka yang tugasnya hanya membatalkan hukum-hukum Taurat yang sulit atau berat menurut mereka untuk dikerjakan. ([3])

Olehnya itu, wajar jika mereka disifati dengan sifat abadi Q.S Al-Baqarah [2]: 120 sebagai kaum penghasut yang kedengkian dan kebenciannya terhadap umat Islam tidak akan pernah surut dan padam.

Di antara hakikat Qur’ani yang mereka ingkari kedatangan Rasulullah Saw di Madinah, kota hijrah Rasulullah Saw yang diyakini kebenarannya oleh sebagian ahli kitab sendiri.

Salamah bin Salamah bin Waqash (termasuk ahli perang Badar) berkata:

“Ada seorang Yahudi yang hidup bertetangga dengan kami di Bani Abd al-Asyhal. Ia diriwayatkan mendatangi para penyembah berhala dan memberitahu mereka kebenaran hari kiamat, kebangkitan, perhitungan amal manusia, mizan amal, neraka dan surga. Mereka pun menjawab: “celakalah engkau! Apa Anda benar-benar meyakininya, meyakini bahwa suatu saat manusia akan dibangkitkan kembali dari kematian ke tempat yang memperlihatkan surga dan neraka dan para penduduknya mendapatkan balasan amal mereka masing-masing?“ Jawabnya: “ya, di sana ada yang lebih bercahaya dari cahaya api neraka, ia akan nampak di kota Madinah ini, yang melindunginya dan mengizinkannya memenuhi sudut-sudut kota Madinah mereka itulah yang selamat dari api neraka.” Mereka kembali berkata: “celakalah engkau! Apakah tandanya?” Jawabnya: “seorang nabi yang diutus dari negeri ini (dengan mengisyaratkan tangannya ke Mekah dan Yaman).” Mereka kembali bertanya: “kapan Anda akan melihat nabi ini?” Jawabnya sambil melirik kepadaku yang termuda dari mereka: “jika anak lelaki ini ditakdirkan panjang umur, ia akan melihatnya.” Salamah berkata: “demi Allah, tidak cukup lama perkataan ini berlalu dari pendengaran kami hingga Allah mengutus Nabi Muhammad Saw, kami pun mengimaninya dan mereka mengingkarinya. Kami berkata kepadanya: “celakalah engkau! Bukankah kau sendiri yang mengatakan kepada kami apa yang telah engkau katakan kemarin?” jawabnya: “ya, tetapi yang datang itu, bukanlah nabi yang kami nanti-nantikan.”([4])

Di riwayat lain ada sekelompok orang dari kaum Ashim bin umar bin Qatadata berkata:

“yang mendorong kami memeluk Islam (tentunya dengan rahmat Allah dan petunjuk-Nya), kami pernah mendengar dari orang-orang Yahudi -mereka ahli kitab, sementara kami penyembah berhala, mereka punya ilmu yang tidak kami miliki, di antara kami terselubung kebencian, jika kami melakukan sesuatu yang mereka benci, mereka mengatakan kepada kami-: “sesungguhnya telah dekat waktu kedatangan nabi yang akan memimpin kami memerangi dan memusnahkan kalian (kaum Aus dan Khazraj)([5]) seperti kemusnahan kaum Ad’ dan Iram)([6]).” Kami sering mendengar ini dari mereka.

Di saat Rasulullah Saw diutus kami pun mengimaninya dan mereka mendustainya. Yang demikian itu karena kami mengetahui ancaman orang-orang Yahudi tersebut… Olehnya itu, kepada kami dan mereka Q.S. Al-Baqarah [2]: 89 diturunkan:

)وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ(.([7])

Apakah yang menyebabkan mereka mendustai kedatangan Rasulullah Saw sebagai Nabi penutup akhir zaman? Bukankah di Taurat sendiri ada beberapa ayat-ayat yang mengisyaratkan ke sana?

Bukankah perjanjian lama (الْعَهْدُ الْقَدِيْمُ), ([8]) kitab kejadian: ayat 21, ishah 21 teks kuat yang menegaskan berkah Nabi Ismail A.S yang bertempat tinggal di gunung Fârân?

Bukankah kitab ulangan: ayat 18, ishah 15-18 keterangan-keterangan kuat terhadap berita kedatangan Nabi ummi (yang tidak tahu baca tulis) yang diberitakan sendiri oleh Nabi Musa A.S bahwa Nabi ini datang dari bangsa mereka sendiri (bangsa Arab) seperti Nab Musa A.S yang datang dari kaumnya sendiri (Bani Israil)?  Bukankah yang ummi dari Nabi-nabi Allah itu Rasulullah Saw?

Bukankah kitab ulangan: ayat 33, ishah 1-3 menyatakan dengan jelas berkah kenabian dan kerasulan yang Allah nampakkan di pegunungan Sinai, Sair, dan Fârân?

Bukankah Taurat diturunkan ke Nabi Musa A.S di gunung Sinai? Bukankah Injil diturunkan ke Nabi Isa A.S di Sair? Bukankah Fârân (salah satu gunung di pegunungan kota Mekah) tempat turunnya Al-Quran? ([9])

Fârân ini nama kota Mekah di bahasa Ibrani. Di perkataan lain Fârân nama pegunungan di kota Mekah, dan kadang juga nama ini diartikan ke semua daerah pegunungan di Hijaz. ([10]) Sementara itu, Kamus al-Kitab al-Muqaddas melihat bahwa Fârân ini nama padang pasir di bagian selatan Palestina yang berbatasan dengan Sinai hingga ke Îlat (Aqabah). ([11])

Tentunya, menempatkan Fârân di antara Sinai dan Sair sebuah penempatan yang salah secara geografis. ([12])

Di samping itu, mereka pun merubah sifat-sifat Rasulullah Saw yang diberitakan Taurat dan menempatkan Nabi Adam A.S sebagai pemilik sifat-sifat tersebut. ([13]) Sifat-sifat tersebut, seperti: berkulit putih bersih kemerah-merahan, yang sedang tingginya, seperti yang diberitakan di Sunan Imam at-Tirmidzi. ([14])

Sifat lain Rasulullah Saw yang dihapus dari Taurat oleh tangan-tangan kotor mereka seperti yang diriwayatkan Ka’ab al-Ahbar:

“Ahmad hamba pilihan-Ku, tidak keras hati, tidak kasar, dan tidak suka menciptakan kebisingan dan hiruk-pikuk di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan, suka memaafkan dan senantiasa meminta ampunan dan rahmat-Nya untuk tempat lahirnya Bakka (Mekah) dan tempat hijrahnya Taba (Madinah), dan umatnya yang senantiasa memuji Allah di setiap inayah-Nya, bertasbih di rumah-rumah mereka, membasuh anggota tubuh mereka dengan air wudhu’, dan menutup seperdua tubuh mereka dengan kain panjang, menjaga waktu dan menghargainya, azan mereka terdengar bergema di udara, barisan mereka terlihat tertata rapi di peperangan dan shalat, ahli ibadah di malam hari, singa di siang hari, suaranya seperti suara lebah beterbangan, menegakkan shalat di mana pun waktu shalat itu mendatanginya, meski di atas kotoran([15]).”([16])

Teks ini sudah tidak ada lagi di Taurat, kebutaan dan kedengkian mendarah daging telah membuangnya jauh-jauh dari tempat aslinya. Meskipun demikian, Anda dapat menemukan potongan pertama dari riwayat ini di riwayat Ka’ab al-Ahbar di Dalâil an-Nubuwah. ([17])

Apa yang menyebabkan mereka melakukan ini semua? Apakah yang mereka tunggu sebenarnya?

Yah, wajar jika mereka melakukan ini semua karena nabi penyelamat yang mereka tunggu belum datang. Nabi yang akan mengembalikan kejayaan mereka atas nama Tuhan mereka Yaho (ياهوه), membangun kembali puing-puing kerajaan Nabi Sulaeman A.S yang pernah berjaya, dan menyatukan kembali orang-orang Yahudi di seantero alam di kerajaan Israel Raya yang mereka dambakan.([18])

Ini bukanlah hal aneh, sebelumnya mereka juga mengingkari kebenaran Nabi Isa As. Yang demikian itu karena mereka tidak menemukan harapan-harapan tersebut dalam ajarannya. Nabi Isa A.S datang menanamkan akhlak mulia dan tarbiyah ruhiyah yang mengimani perkara-perkara gaib. Dan karena tatanan hidup ini menyalahi kehidupan mereka yang telah dikuasai materi yang membutakan, mereka pun menatap Nabi Isa A.S dengan tatapan yang memendam seribu satu kebencian dan kedengkian. Olehnya itu, mereka mengingkari kenabian Isa A.S, mengutuk dan menggiringnya ke laknat penyaliban. ([19])

Di lain sisi, ada yang mengembalikan kebencian itu kepada apa yang menimpa orang-orang Yahudi dari penyiksaan dan penindasan yang pahit oleh orang-orang Masehi di zaman pemerintahan Kostantin.

Hematnya, semua kemungkinan ini boleh jadi sebab utama dari sikap ingkar mereka terhadap Nabi Isa A.S, sehingga ia pun disifati dengan sifat-sifat tidak manusiawi, seperti yang diriwayatkan Talmud. ([20])

Dan karena harapan-harapan mereka terlihat jauh dari kenyataan di Nabi penutup hamba-hamba Allah, Rasulullah Saw, mereka pun terhitung beberapa kali ingin mencelakainya., seperti yang diriwayatkan Ibn Abbas R.A:

“Sekelompok Yahudi merencanakan tipu muslihat untuk membunuh Rasulullah Saw dan sahabatnya dengan membubuhi makanan mereka dengan racun. Namun, Allah memberitahunya perihal mereka, sehingga ia dan sahabatnya tidak mendatangi makanan itu.”([21])

Di kesempatan lain, Rasulullah Saw mendatangi Bani Quraidzah bersama dengan Abu Bakar, Umar, dan Ali R.A meminta denda (diyat) kedua orang muslim yang dibunuh Amru bin Umayya ad-Damiri dengan tidak sengaja, hanya karena ia menyangka keduanya orang musyrik. Mereka mengatakan kepada Rasulullah Saw: “Ya, wahai Aba al-Qasim (panggilan umum orang-orang Yahudi yang enggan menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai rasul Allah), duduklah hingga kami menjamu dan memberi Anda apa yang Anda minta.” Mereka menyila Rasulullah Saw dengan hormat mendekati jamuan yang telah disiapkan dan pada waktu yang sama mereka merencanakan membunuhnya. Mereka meminta Amru bin Jahhasy menggelindingkan batu besar dari atap rumah perjamuan ke kepala Rasulullah Saw, tetapi Jibril A.S datang memberitahunya tipu muslihat tersebut, sehingga Rasulullah Saw keluar meninggalkan mereka sebelum rencana itu terlaksana.([22])

Kejahatan seperti ini diabadikan Q.S. Al-Maidah [5]: 11:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: )يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ(.

Bagaimana mungkin mereka dapat mencelakai Rasulullah Saw yang keselamatannya terlindungi dan terjaga oleh qudrah azali tak tertandingi yang diabadikan dalam Q.S. Al-Maidah [5]: 67:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: )وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ(.

Sebelum pemerhati sejarah Rasulullah Saw diajak memberikan kesimpulan, Anda diajak mengetahui kejahatan lain orang-orang Yahudi, kepiawaian mereka memasarkan produk pemikiran yang kehilangan arti-arti kemanusiaan dan nilai-nilai peradaban menjadi produk mendunia yang berhasil memfitnah sebagian dari mereka yang kurang peka melihat kenistaan dan kehinaan produk pemikiran seperti ini.

Bukankah teori evolusi Darwin bukti nyata hakikat ini? Mayoritas pemerhati arus pemikiran global melihat bahwa popularitas teori ini bukan karena ia mampu mendorong ilmu pengetahuan dan peradaban ke puncak piramid kemajuan manusia, tetapi karena ia dapat menyeret mereka mengingkari Allah. Tentunya, ancaman ini bukan hanya merongrong nilai-nilai ketuhanan agama Islam, tetapi semua umat beragama yang mengenal ketuhanan Allah SWT.

Olehnya itu, sebagian pakar politik timur tengah melihat bahwa kekuatan super power Israel bukan pada kekuatan militer yang ia miliki, tetapi lebih bertumpu pada kecerdikan mereka menguasai opini umum dengan media massa yang mereka miliki.([23]) Yah, pernyataan ini cukup benar. Karena seandainya mereka kuat hanya dengan mengandalkan kekuatan militer, tentunya mereka telah meraih kemenangan melawan Hizbullah di Lebanon atau kemenangan dari militer Mesir di perang Oktober, Sabtu, 6 hingga Jum’at, 26 tahun 1973.

Kini, saya mengajak pemerhati sejarah Rasulullah Saw menyimpulkan dan menyuarakan hakikat keistimewaan risalah Islam seperti berikut:

“Pesona keistimewaan Rasulullah Saw dan keindahan jalan hidupnya semakin terang memancarkan kilauan kebenaran hakikat-hakikat agama ini di zaman materi yang kuat menggerogoti sendi-sendi kehidupan. Semakin gencar mereka menutupi kebenaran cahaya itu, kebenarannya semakin kuat menggema oleh para pecinta dan perindunya yang bangkit menyuarakan dan memenangkannya. Bagaimana mungkin mereka dapat menutupi cahaya kebenaran? Mereka dapat menutupi seribu satu kebohongan untuk tidak terdengar oleh sinyal telinga-telinga sejarah, tetapi mereka tidak mungkin dapat menutupi cahaya pemberi sinar, khususnya jika cahaya itu datang dari Pemilik Tunggal lagi Kekal matahari dunia. Yakini ini, dan menangkanlah (istilah penulis, karena ia tidak pernah kalah) perjuangan Rasulullah Saw.”


([1])   Karena bulan Safar ini mengingatkan umat Islam peristiwa bersejarah hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Madinah, tulisan ini hadir di salah satu harinya, Rabu, 19 Safar 1434 H, 2 Januari 2013 M sebagai mediator dakwah menyebarkan pesona keistimewaan Rasulullah Saw dan dakwahnya.  

([2])   Seperti riwayat sebab turunnya Q.S. Al-Maidah [5]: 41. Diriwayatkan orang-orang Yahudi berbeda pendapat melihat hukum orang yang berzina dalam keadaan ia telah menikah di saat ada seorang lelaki dari mereka berzina dengan seorang perempuan dari Khaibar atau Fadak. Di antara mereka ada yang ingin merajam dan yang lainnya hanya ingin menjilid dan membuat wajah mereka hitam dengan kotoran. Perbedaan ini mendorong mereka meminta Rasulullah Saw untuk menjadi penengah dalam masalah ini. Namun, sebelumnya itu mereka mengatakan: “jika Rasulullah hanya memutuskan masalah ini dengan membuat wajah mereka berdua hitam dengan kotoran sebagai simbol kemaksiatan, kita menerima hukumnya, tetapi jika ia memutuskan rajam, kita harus menolaknya.” Di sini Rasulullah Saw berkata kepada ahli-ahli kitab mereka: “Apakah yang Anda dapatkan di Taurat jika ada salah satu dari kalian berzina dalam keadaan ia telah menikah?” jawab mereka: “mukanya dihitami dengan kotoran dan dijilid mengelilingi sudut-sudut kota.” Rasulullah Saw pun mengingkari hukum seperti ini dan memberitahu bahwa hukum mereka berdua adalah rajam, kemudian ia meminta Taurat dibentangkan dan dibaca. Yang membacanya meletakkan tangannya di atas ayat rajam dan tidak ingin membaca dan memperlihatkannya, Rasulullah Saw berkata: “angkat tanganmu! Ia pun mengangkat tangannya dan ternyata ia menyembunyikan ayat rajam.” Selanjutnya ia berkata: “Sesungguhnya akulah yang pertama kali menghidupkan kembali hukum Taurat.” Lihat: Sunan Imam Abi Daud, kitab al-Hudud, bab fi Rajmi al-Yahudiyyin, hadits. no: 4446, hlm. 798, dan lihat juga: al-Wahidi, Ali bin Ahmad, Asbabun Nuzul, hlm. 343, dan Tafsir at-Tabari, vol. 10, hlm. 305

([3])   Lihat: Tafsir Syekh Abi Suud, vol. 2, hlm. 143, 249, dan lihat juga: at-Tîbi, Futuhul Gaib, vol. 7, hlm. 113, dan Ibn Asyur, at-Tahrîr wa at-Tanwîr, vol. 6, hlm. 200

([4])   Lihat: Abdul Malik bin Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyyah, dikomentari dan ditakhrij haditsnya oleh Dr. Umar Abdussalam Tadmuri, Darul kitab al-Arabi, Beirut, cet. 2: 1410 H/1990 M, vol. 1, hlm. 238-239

([5])   Jika Anda bertanya: “dari mana sejarahnya orang-orang Yahudi datang ke Madinah dan hidup bertetangga dengan kaum Aus dan Khazraj (Kaum Anshar, pembela Rasulullah Saw)?

Jawabnya: “yang diketahui Aus dan Khazraj datang ke Madinah dari Yaman terlebih dahulu setelah bendungan air besar mereka runtuh dan peradaban kerajaan mereka (Saba’) hancur diporak-porandakan banjir besar. Sementara itu, orang-orang Yahudi datang ke Madinah setelah melarikan diri dari Flavius Heraklius Augustus (هِرَقْل) (575-641 M), kaisar Romawi Timur yang berusaha menjatuhkan hukuman setimpal kepada mereka setelah ia mengetahui keikutsertaan mereka dengan bangsa Persia menyiksa umat Nasrani di Syam (nama zone negara-negara Arab dulu kala yang meliputi: Syiria, Lebanon, Yordania, dan Palestina).” Lihat: Prof.Dr. Taha Habisyi, Qissah an-Nabi maa al-Yahud fi Jazirah al-Arab, Maktabah al-Iman, Cairo, cet.3: 1430 H/2009 M, hlm. 20-21

([6])   di antara ahli sejarah ada dari mereka yang melihat Iram ini sebagai ibu kota kaum Ad’ dan ada juga yang menafsirkannya dengan kota Iskandariah. Mayoritas mereka melihat bahwa kota itu adalah Dimaskus. Namun, di antara mereka ada pula yang mengartikannya sebagai negeri yang pernah anda dan pergi ditelan bumi, dan bukanlah kota, seperti penafsiran para ahli sejarah.

Hematnya, Iram ini adalah kaum yang pernah ada dan musnah, dan itu diketahui orang-orang Yahudi, sehingga mereka menakut-nakuti penduduk Madinah dengan kemusnahan mereka. Lihat:  Syihabuddin al-Himawi, Mu’jam al-Buldân, vol. 1, hlm. 155

([7])   Lihat: Ibn Hisyam, Op. Cit, vol. 1, hlm. 238

([8])   Lihat: Al-Kitab al-Muqaddas (perjanjian lama): kitab kejadian, hlm. 15, kitab ulangan, hlm. 156, 169

([9])   Lihat: Rahmatullah al-Hindi, Idzharul Haq, ditahkik dan dikomentari oleh Dr. Muhammad Ahmad Muhammad Abdul Qadir Khalil, diterbitkan oleh Direksi umum percetakan dan penerjemahan Kerajaan Saudi Arabia, cet. 1410 H/1989 M, vol. 4, hlm. 1134-1135

([10])                 Lihat: Syihabuddin al-Himawi, Op.Cit, vol. 4, hlm. 225

([11])                 Lihat: Kamus al-Kitab al-Muqaddas, disusun oleh para guru besar ilmu-ilmu ketuhanan, Majma’ al-Kanais fi Syarq al-Adna, Beirut, cet. 2, 1971 M, hlm. 163, 667

([12])                 Lihat: komentar dan tahkik Dr. Muhammad Ahmad Muhammad Abdul Qadir Khalil di Izharul Haq, vol. 1, hlm. 1134

([13])                 Lihat: at-Tibi, Futuhul Gaib, vol. 7, hlm. 114, dan lihat juga: Tafsir Abi Suud, vol. 2, hlm. 143

([14])                 kitab al-Manâqib, bab Ma Ja’a fi Shifati an-Nabi Saw, hadits. no: 3638, hlm. 828

([15])                 di riwayat: “meski di atas kotoran,” ada kejanggalan yang menyalahi syariat. Yang demikian itu menyalahi teks-teks syariat yang menyeru umat Islam menjaga kebersihan, khususnya dalam menegakkan shalat. Bagaiamana mungkin umat seperti ini shalat di atas kotoran. Hematnya, teks ini pun telah disentuh tangan-tangan jahil mereka, meskipun sebagian besar potongan-potongan kalimatnya sesuai dengan hakikat agama Islam.

([16])                 Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Muhammad bin Abi Bakr, Hidâyah al-Hayârah fi Ajwibah al-Yahud wa an-Nashârah, ditahkik dan ditelaah Dr. Muhammad Ahmad al-Haj, Darul Qalam, Dimaskus, cet. 1: 1416 H/1996 M, hlm. 377-378

([17])                 Lihat: Al-Baihaqi, Abu bakr Ahmad bin al-Husain, Dalâil an-Nubuwwah, vol. 1, hlm. 377-378

([18])                 Lihat: Dr. Sahir Muhammad Ali al-Fil, al-Yahudiah wa an-Nasraniah min Mandzur al-Islami, (penerbit dan tahun cetak tidak disebutkan), hlm. 137

([19])                 Ibid

([20])                 Lihat: Dr. Sayyid Abdu at-Tawwab, Dr. Muhammad Rasyad Abdul Aziz, Dr. Ilham Fathi Syahin, at-Tayyârât al-Fikriyah al-Muâshirah, (penerbit dan tahun cetak tidak disebutkan), hlm. 35

([21])                 Tafsir Ibn Katsir, vol. 5, hlm. 129

([22])                 Lihat: Ibn Hisyam, Op.Cit, vol. 2, hlm. 204

([23])                 Lihat artikel Mustafa Qutbi, Media Massa Zionis, dan senjata tipu muslihat penghancur masal, http://www.tawassoul.net/new/index.php/تحليلات/item/7990-الإعلام-الصّهيوني…-وأسلحة-الخداع-الشّامل…؟-بقلم-مصطفى-قطبي.html

Dan lihat juga artikel Psikologis Tipu Muslihat Yahudi di: http://www.arabbeat.com/i/1st/0601.htm

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 9.71 out of 5)
Loading...
Pensyarah antar-bangsa (Dosen) Fakulti Pengajian Alqur'an dan Sunnah, universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Degree, Master, Phd: Universiti Al-Azhar, Cairo. Egypt

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization