Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Berdakwah Ibarat Berkereta

Berdakwah Ibarat Berkereta

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ya, tiap kita punya obsesi.

Ilustrasi (donialsiraj.wordpress.com)
Ilustrasi (donialsiraj.wordpress.com)

dakwatuna.com – Karena sungguh, dunia khayalan tak seindah dunia pikiran. Dunia pikiran tak seindah dunia lisan, dan dunia lisan tak seindah dunia aplikasi di lapangan. Bahkan terkadang bertolak belakang dengan teori yang kita sampaikan. Perlu ada orang-orang yang menjaga kita tuk terus berada di track yang benar. Selamat datang kawan!

Berdakwah ibarat berkereta di mana ada proses yang harus kita lalui hingga kita bisa mencapai tujuan. Jika kita naik kereta, pertama kita harus tahu ke mana tujuan kita, kemudian membeli tiket, dan kita bersabar dalam perjalanan tersebut. Ya, kita bersabar dan memiliki keyakinan kuat bahwa kita akan sampai di tujuan. Tidak tergesa-gesa, karena sesungguhnya kita tidak bisa memaksa sang masinis untuk mencari jalan lain yang lebih singkat. Kita dengan patuhnya mengikuti track walau sebenarnya kala itu kita sangat diburu waktu.

Dan kemudian, mau tidak mau kita harus menikmati perjalanan. Akan makin menambah masalah jika kita menggerutu atau mengumpat-umpat keadaan. Banyak cara yang bisa kita gunakan to kill the time dalam situasi seperti itu. Jika sendiri, sebagian mungkin memilih untuk mendengarkan MP3, murottal Al Qur’an, membaca buku, melihat pemandangan sekitar yang tak berwarna, dan yang paling banyak dilakukan adalah memanfaatkan waktu itu untuk istirahat. Tidur. Cara yang terakhir ini sebenarnya penuh resiko. Saat tidak ada yang membangunkan maka jangan salahkan siapa-siapa jika kelewatan. Maka, teman dalam setiap perjalanan adalah penting.

Tidak hanya sebagai pengingat sebelum terlewat, namun peran teman dalam perjalanan lebih dari itu. Perjalanan panjang yang memakan banyak waktu itu tentunya lebih baik jika kita isi dengan kegiatan bermanfaat. Ya, diskusi. Bersama teman kita akan berbagai dan memberikan pencerahan satu sama lain. Maka, manfaatkanlah teman perjalanan sebaik mungkin.

Pun dalam dakwah. Ia adalah amal jama’i. Memahami hal ini, tidak akan ada rasa hebat sendiri dengan kerja sendiri dan sebaliknya tidak ada rasa terpuruk sendiri dengan salah sendiri. Semua akan kita rasakan bersama-sama dalam lingkaran ini. Semakin kita mengupayakan hadirnya keceriaan dan pikiran positif dalam setiap perjalanan, maka semakin kuat pula rasa kekeluargaan yang tertanam. Kita akan merasa selalu dijaga dan diingatkan. Ya, diingatkan dengan obsesi kita yang mungkin terlalu melampaui batas ‘kewajaran’.

Redaktur: Samin Barkah, Lc. M.E

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 7.50 out of 5)
Loading...
Mahasiswi tingkat akhir Universitas Negeri Medan, aktif di LDK sebagai staff Dept. Rekrutmen dan Pembinaan Kader.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization