Topic
Home / Berita / Opini / “Jihad” nya Pejuang Liberal

“Jihad” nya Pejuang Liberal

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Di setiap pemberitaan tentang syariat Islam, endingnya selalu bisa ditebak; media-media sekuler heboh dengan pemberitaan yang menyudutkan ulama dan syariat. Tentu saja tanggapannya seragam (menolak syariat), karena media tidak bertanya kepada ahlinya. Informasi hanya dipungut dari para narasumber penyakitan yang alergi dengan syariat Islam. Demikianlah strategi penghilangan posisi ulama dalam agama, digantikan oleh para pemuja relativisme yang anti kebenaran. Seakan-akan sudah ada kesepakatan di awal, untuk wacana seputar syariat itu bagiannya para tokoh liberalis yang bergelar cendikiawan muslim.

Kalo ndak nyeleweng, ya nyeleneh. Demikianlah yang ditemukan pada setiap statement penolakan kaum liberalis. Kebodohan mereka semakin terlihat apabila semakin banyak bicara. Seperti yang mereka tampakkan pada acara Debat di Kabar Petang TV One beberapa hari lalu. Setiap dalil yang dimuntahkan untuk menguatkan penolakan terpaksa kembali ditelan. Karena sandaran mereka hanyalah pernyataan rapuh yang dibuat-buat. Tapi di sini kita tidak akan mengkaji kekoplakan dalil mereka, tapi yang kita pertanyakan kenapa mereka begitu anti dengan syariat?

Tentu saja tidak ada yang salah dengan penerapan Syariat Islam, karena itu juga merupakan perwujudan hak setiap individu ataupun kelompok (jamaah) dalam beribadah menunaikan kewajiban agamanya. Bukankah hak itu dijamin oleh Negara? Yang menjadi masalah hanyalah keberadaan sekelompok orang yang mendengki terhadap kemuliaan ajaran Islam. Lihat faktanya? Yang menerapkan syariat sama sekali tidak merasa terbebani, kenapa malah yang hanya mencermati menjadi tertekan perasaan setengah mati? Seperti halnya di bumi Aceh yang menjadikan agama sebagai patokan hukum. Masyarakatnya sama sekali tidak keberatan, bahkan menikmati hidup yang dipagari oleh aturan yang memuliakan. Tapi para penggiat HAM terus saja berkoar dengan wacana yang memutar balikkan fakta.

Hebohnya pemberitaan di setiap adanya upaya penerapan syariat (seperti halnya di Aceh) perlahan dapat berefek pada reaksi masyarakat, sehingga melahirkan trauma. Apabila berbicara syariat yang terbayang adalah sosok sadis yang suka menyiksa, mengekang, dan melahirkan penderitaan. Syariat seakan hanya menjajah kesejahteraan masyarakat dan merampas kebahagiaan umat. Saking lebay-nya. Padahal tidak seperti itu nyatanya. Namun seperti itulah “perjuangan” kaum liberalis akan terus mendistorsi kebenaran dan menampilkan syariat sebagai momok yang menakutkan. Media sekuler tentu saja akan terus menikmati keuntungan dari kebohongan yang dicorongkan. Dan ulama dan agama akan tetap menjadi korban yang terus disudutkan. Sampai kapan?

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mujahid Pena

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization