Topic
Home / Pemuda / Essay / Wanita Tangguh, Where Are You??

Wanita Tangguh, Where Are You??

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (kawanimut)
Ilustrasi (kawanimut)

dakwatuna.com – Kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, bingung, dan galau, sangat wajar dialami oleh jiwa-jiwa yang punya rasa. Iya kan?? Terutama kita kaum hawa. Karena banyak yang bilang, ‘rasa’ lebih mendominasi wanita ketimbang ‘pikiran’.  Uppss… Apa iya???!!  Sedikit nggak sepakat siih, karena kebanyakan persepsi kaum Adam yang ku tangkap tentang hal ini, jadi sedikit mendiskriminasikan kaum wanita. Mereka bilang, wanita itu kalau bicara suka nggak pakai logika… Hemm, gitu ya??? (hehe, ya iyalah… secara, bicara bukannya pakai mulut, saudaraku??  :) ). Yaah, mungkin ada benarnya sih…  ‘Rasa’ lebih mendominasi wanita ketimbang ‘pikiran’.  Makanya kebanyakan wanita kalau berbicara sering menggunakan kata-kata “pe-ra-sa-an”. Contohnya, “Perasaan, bukan aku yang salah…”, “perasaan, nggak gitu deh…”.  Biasanya sih akan berbeda kalau laki-laki yang bicara, kata-katanya jadi seperti ini, “Saya pikir, bukan saya yang salah”, “seharusnya, nggak gitu deh”. Ini membuktikan kalau laki-laki lebih senang menggunakan logika ketimbang perasaan.  (Allahualaam, itu hanya kesimpulan pribadi. Silakan berkomentar, tapi cukup dalam hati… :) )

So, menyikapi perihal ‘rasa’ di atas, jangan lupa, bahwa Allah swt juga mengaruniakan pada setiap manusia (baik laki-laki maupun perempuan) akal dan pikiran yang seharusnya bisa membatasi ruang gerak rasa. Agar rasa muncul tak melebihi batas nalar manusia.

Yaa An-Nissa, seharusnya kita bersyukur bahwa Allah swt melebihkan kita pada sisi rasa. Jangan justru melemahkan diri karena hal itu. Menjadikan posisi wanita sebagai makhluk yang patut dikasihani. Menjadikan air mata sebagai senjata pamungkas agar yang lain iba. Mungkin kita tak bisa berlari dari kenyataan, bahwa “Wanita itu perasa”, “Wanita itu sensitif”. Bagiku kata-kata itu tak ada yang salah. Aku sebagai wanita berkata ‘itu fakta!!’.

Tapi aku tetap meyakini, bahwa ketika ‘rasa’ dan ‘logika’ bersinergi dalam diri seorang wanita, itu akan menjadi kekuatan yang luar biasa yang tak bisa diungkapkan oleh kata. Yahh, “Wanita Luar Biasa” atau aku lebih senang menyebutnya “Wanita Tangguh”.

Jangan terlalu berlebihan, kawan… membayangkan ‘Wanita Tangguh’ seperti wanita perkasa. Bagiku, Wanita Tangguh adalah mereka yang memiliki sifat sekeras batu karang. Wanita tangguh memperlihatkan keberaniannya meskipun sebenarnya ia sedang merasa ketakutan.  Wanita tangguh memberikan yang terbaik kepada orang lain agar orang tersebut bahagia meski ia terluka, khususnya orang-orang yang mereka cintai.  Wanita tangguh mengetahui dengan jelas bahwa Penciptanya akan selalu menopang ketika ia lemah. Wanita tangguh memiliki iman bahwa sepanjang perjalanan hidupnya ia akan tumbuh semakin kuat. Wanita tangguh itu, tetap membawa serta kelembutan dalam tiap langkah kehidupannya, tapi ia memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Tidak hanya mampu berfikir, tapi juga mampu bernegosiasi.  Wanita tangguh, tidak menjadikan air matanya sebagai simbol bahwa ia sedang rapuh, tapi ia menjadikan air matanya untuk sekadar mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebanggaan, untuk kemudian mengambil kekuatan setelahnya.  Wanita tangguh mampu menyimpan kebahagiaan dengan caranya sendiri, dan ia juga mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.

Saat ini, aku merindukan wanita-wanita tangguh itu. Bahkan aku memimpikan bahwa aku adalah bagian dari mereka. Itu harapanku yang ku sampaikan sebagai doa kepada Pemilikku. Aku hanya wanita biasa yang ingin bisa setangguh Aisyah dan setegar Fatimah. Sungguh, kelak aku ingin berkumpul bersama mereka, tidak hanya di dunia tapi juga hingga ke surga.

Allahualambisawab….

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (13 votes, average: 9.31 out of 5)
Loading...

Tentang

Fijriani, M.Pd.,Kons. Lahir di Bandar Lampung pada bulan Oktober 1983 dari pasangan Drs. Kholidi Saleh, M.Pd.I dan Husna Pertiwi. Opiet, begitu ia biasa dipanggil di keluarganya. Terlahir sebagai anak anak bungsu dari 4 bersaudara. Mengaplikasikan ilmunya sebagai Dosen di IAIN Raden Intan Lampung sejak tahun 2008. Kecintaannya pada anak-anak juga sempat membawa langkahnya menjadi Guru Bimbingan Belajar Sekolah Dasar di Lembaga Bimbingan Belajar Al-Kautsar Bandar Lampung. Pernah aktif di Lembaga Dakwah Sekolah di bawah naungan Forum Kerjasama Alumni Rohis Bandar Lampung, hingga kini aktif menjadi tutor pada kegiatan mentoring di beberapa Universitas di Bandar Lampung.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization