Topic
Home / Dasar-Dasar Islam / Tazkiyatun Nufus / Agar Selalu Ditolong Allah

Agar Selalu Ditolong Allah

Bismillahirrahmaanirrahim

Rombongan delegasi Indonesia membawa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina (knrp)
Rombongan delegasi Indonesia membawa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina (knrp)

dakwatuna.com – “Allah akan selalu menolong hambanya, sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya.” Sejuk sekali membaca, atau mendengar hadits ini. Kita dimotivasi untuk senantiasa bisa proaktif berbuat untuk orang lain, dan kita hanya minta imbalannya dari Allah swt. Bukan kepada manusia/makhluk. Karena hakikatnya semua manusia itu miskin, dan hanya Allahlah yang maha kaya. Tidak pantas bagi seorang hamba menyandarkan urusannya kepada manusia, menaruh harapan dan ketergantungannya pada sesama. Jika ini dilakukannya, pastilah akan menuai banyak kekecewaan, karena manusia banyak keterbatasan dalam semua hal. Terbatas waktunya, terbatas tenaganya, terbatas hartanya, terbatas pikiran dan daya ingatnya, dan terbatas jangkauannya. Sementara Allah maha sempurna. Maka kenapa kita perlu meyandarkan harapan kepada manusia yang serba terbatas? Sementara kepada Allah yang maha sempurna, banyak kita lupakan?

Dalam setiap perjalanan kehidupan kita, sesungguhnya banyak sekali peluang bagi kita untuk bisa menolong orang lain. Saya sangat terkesan dengan ucapan seorang ibu, yang ketika dia melihat seorang anak yang menangis, komentar ibu tersebut… ini anak butuh bantuan kita, untuk menyelesaikan masalah nya, mungkin lapar, mungkin ingin BAK, atau yang lain. Kita bantu dia yuk. Menarik, ibu ini melihat dari sudut pandang bukan sebatas karena dia masih kecil sehingga menangis, tapi melihat dari sudut pandang bahwa kita bisa membantu dia. Jadi memposisikan anak sebagai seorang pribadi yang utuh, yang karena keterbatasannya, dia butuh bantuan kita. Jadi eksistensi atau keberadaan anak, sangat diakui. Bahwa kita yang butuh untuk membantu dia. Jadi, merawat dan mendidik anak sehari-hari, bagi seorang ibu atau orang tua pada umumnya, juga bisa kita lihat sudut pandang “membantu dan menolong orang lain”.

Ketika kita melihat suami begitu sibuk mau berangkat ke tempat kerja, banyak hal mesti disiapkan misalnya, mengenakan jam tangan, membawa HP, memakai kaca mata, merapikan berkas, memakai kaos kaki dan sepatu, serta mencari kunci kendaraan. Pada saat itu kita membantu/menolong mengumpulkan semuanya di satu tempat sehingga memudahkan bagi suami, bagi seorang, selain hal ini bisa dilihat dari sudut pandang bahwa ini adalah kewajiban istri berbakti pada suami, tetapi pada satu sisi juga bisa dipandang bahwa sebagai bentuk “pemberian pertolongan seseorang kepada orang lain”.

Ketika seorang istri sangat kerepotan dengan berbagai pekerjaan rumah tangga, harus menyiapkan sarapan, bekal sekolah anak, membersihkan rumah, menggendong anaknya yang masih bayi, kemudian seorang suami proaktif misalnya membantu mengajak si bayi untuk bermain, ini juga adalah bentuk ta’awun ‘seseorang suami kepada istrinya, yang hakikatnya adalah seseorang yang menolong saudaranya” seperti yang diserukan dalam hadits di atas “ Allah akan menolong hamba, sepanjang hamba tadi selalu menolong saudaranya”

Kita luaskan ruang amal kita ke luar rumah, betapa banyak juga kesempatan kita bisa menolong tetangga kita, meski kita tidak punya materi. Menolong tidak selalu butuh modal materi. Yang jelas butuh niat dan kesungguhan. Ketika kita tahu tetangga kita begitu sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah, kita bisa membantu dia misalnya dengan memberikan informasi, kondisi dan kabar tetangga-tetangga kita yang lain, barangkali mungkin ada yang sedang sakit atau yang sedang butuh bantuan, saya yakin tetangga kita yang sibuk tersebut akan senang sekali mendapatkan informasi tentang kondisi tetangganya, karena dengan informasi tersebut, dia merasa tetap bisa berinteraksi dengan tetangga, meski mungkin hanya melalui lantunan doa kesembuhan, dan bias mengagendakan untuk kemudian menjenguknya, wal hasil dengan informasi yang kita berikan, memberikan peluang untuk dia beramal.

Contoh lain, memberikan informasi tentang sekolah yang baik kualitas, sangat dibutuhkan, apalagi jika memang tetangga kita sedang butuh untuk memasukkan anaknya ke sekolah baru. Demikian juga informasi tentang jadwal praktek dokter di rumah sakit tertentu dan sebagainya. Ini semua adalah contoh2 bahwa kita bias menolong dan membantu orang lain. Meski kelihatannya remeh, tapi manakala kita melakukannya dengan ketulusan dan kepahaman akan makna hadits tersebut, insya Allah menjadi jalan bagi kita s untuk selalu mendapatkan pertolongan Allah. Tentu ketika kita bisa membantu secara materi kepada tetangga kita yang berkekurangan dari sisi ekonomi, pasti juga akan lebih baik. Tapi jangan pernah mengatakan bahwa kita tidak bias menolong orang lain karena kita tidak/berkekurangan secara materi.

Renungkanlah betapa banyak Allah telah memberikan bekal untuk kita bisa banyak membantu /menolong orang lain. Tangan kita yang normal, bisa kita gunakan dalam banyak hal untuk menggandeng saudara kita menyeberang, mengayuh kehidupan. Lisan kita yang bisa berbicara, bisa kita pakai untuk mengajak saudara kita melakukan kebaikan, menunjukkan jalan lurus yang harus ditempuh dalam kehidupan ini, memberikan nasihat yang menyejukkan untuk bersabar ketika saudara mengalami musibah dan sebagainya. Kaki kita yang normal bisa kita pakai untuk berjalan membantu memenuhi hajat saudara kita yang membutuhkan motivasi dan sebagainya. Dan sungguh … kesadaran-kesadaran semacam ini seringkali akan makin menguat ketika kita menyaksikan betapa banyak orang-orang yang secara fisik cacat, tapi tetap bisa melakukan berbagai macam pekerjaan, layaknya orang yang fisiknya normal.

Pastikan kita selalu bisa proaktif menolong orang lain, dengan semua bekal yang sudah Allah anugerahkan untuk kita, agar kita juga bisa memastikan dan membuktikan kebenaran janji Allah, bahwa Allah akan selalu menolong kita. Dan pertolongan yang paling penting, adalah pertolongan untuk tegaknya agama Allah. “Ya ayyuhalladinaa aamanuu in tanshurullah yansurkum wayutsabit aqdaamakum. Wallahu a’lam bisshawab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 9.33 out of 5)
Loading...
Konsultan Ketahanan Keluarga RKI (Rumah Keluarga Indonesia). Tenaga Ahli Fraksi Bidang Kesra, Mitra Komisi viii, ix, x. Ibu dari 7 putra-putri penghapal Alquran. Lulusan S1 Jurusan Teknologi Pertanian IPB, dan S2 di Universitas Ibnu Khaldun Bogor.

Lihat Juga

Hakikat Waktu Seorang Muslim

Figure
Organization