Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tidak Bekerja tapi Tetap Berpenghasilan

Tidak Bekerja tapi Tetap Berpenghasilan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (sinarharian.com.my)

dakwatuna.com – Ini cerita yang cukup pilu untuk dituliskan. Seorang ibu rumah tangga dengan 5 orang anak dan saat ini sedang mengandung pula, ditinggalkan suaminya tanpa kabar berita. Ibu ini bukan sembarang ibu, dia adalah ibu yang saya tahu keshalihannya. Setiap minggu dia mengaji dan memberi pengajian.

Suaminya pun bukan lelaki buta agama, tapi mungkin inilah yang Allah SWT sebut sebagai ujian. Dalam keadaan mengandung dan sebentar lagi akan melahirkan ibu ini menanggung beban yang amat berat. Suami terlilit utang, biaya hidup khususnya biaya sekolah anak tinggi, suami tak tahu keberadaannya di mana.

Dalam keadaan sulit seperti ini sayangnya si ibu tidak memiliki keahlian sedikit pun. Teman-temannya sudah banyak memberi ide usaha ini itu tapi tak satu pun yang bisa dia lakukan. Teman-temannya juga sudah banyak yang membantu kebutuhan hidup sehari hari tapi tentu tidak bisa membantu seterusnya. Mau tidak mau, suka atau tidak suka ibu ini harus memiliki kemampuan untuk mengambil alih nahkoda. Jika tidak, siapa yang paling menanggung beban kalau bukan anak-anak?

Memang tugas mencari nafkah adalah tanggung jawab suami, tapi akan lebih baik jika istri memiliki penghasilan. Tidak bekerja di luar rumah dan hanya mengurus anak-anak itu baik, tapi akan lebih baik lagi tidak bekerja di luar rumah tapi kita punya penghasilan.

Jika istri punya penghasilan, ketergantungan kepada suami dapat dikurangi. Siapa yang bisa menyangka suami kita akan baik-baik saja? Siapa yang bisa menjamin suami akan selamanya mampu menafkahi keluarga? Siapa juga yang dapat menjamin suami kita akan sehat selamanya?

Ada orang-orang yang menghabiskan hidupnya untuk dakwah, tapi melupakan kewajibannya kepada keluarga. Ada orang yang senantiasa sujud tersungkur dalam lautan ibadah tapi bergelimang kemiskinan yang membuat sedih anak anaknya. Seharusnya orang-orang seperti ini tidak berhak untuk miskin dan menderita.

Rumah dan mobil bukan lagi barang mewah, keduanya adalah kebutuhan dasar yang harus disediakan suami untuk keluarganya. Apalagi dalam keluarga itu punya lebih dari empat anak, nggak mungkin lagi kan pakai motor?

Makanan yang bergizi itu bukan barang mewah tapi itu adalah kebutuhan dasar yang harus disediakan suami untuk keluarganya agar anak-anak bisa tumbuh sehat dan cerdas? Bagaimana kita bisa bersaing dengan musuh jika untuk memenuhi kebutuhan paling dasar saja yaitu makan susah?

Saya tidak mengajak kaum perempuan untuk materialistis atau keluar dari rumahnya dan meninggalkan anak anaknya untuk bekerja. Bekerja tidak melulu di luar rumah atau meninggalkan anak. Galilah potensi diri kita, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu perekonomian keluarga? Kita dapat memiliki penghasilan walaupun kita tidak bekerja.

Semoga Allah selalu meningkatkan keimanan di dada kita, memudahkan urusan kita, melapangkan rezeki kita, menambah ilmu kita. Semoga saudara kita yang sedang kesulitan dimudahkan segala urusannya, yang sedang terlilit utang dimudahkan membayar utangnya, yang sedang dalam kesempitan dilapangkan urusannya, yang sedang sedih dibahagiakan, yang sedang sakit segera disembuhkan, yang sedang konflik dengan keluarga diharmoniskan kembali.

Walahualambishowab…

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (56 votes, average: 8.02 out of 5)
Loading...
Konselor Laktasi dari Sentra Laktasi Indonesia dan Penggiat Smart Parenting. Dosen STIE Dharma Andalas Padang.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization