Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ketika “Nuklir” Hijrah Sang Umar Menggelegar

Ketika “Nuklir” Hijrah Sang Umar Menggelegar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Kita sepakat bahwasanya kehidupan di masa Rasulullah Muhammad SAW penuh dengan ujian dan cobaan yang sangat amat berat, bahkan bangsa Arab saat itu berjuluk “Jahiliyah”. Oleh karenanya, dibutuhkan fisik yang kuat, ruh yang tsabat (teguh), serta tsiqah (keyakinan) yang kokoh terhadap Allah dan Rasul-Nya Muhammad. Dan itulah yang saat itu dipegang teguh oleh para sahabat yang kemudian diaplikasikannya. Maka tak heran manakala Allah memuji langsung dengan kalam-Nya kepada umat di era Rasulullah Muhammad atas taat dan patuhnya, yang kemudian diabadikan Allah dalam Al-Quran Al-Karim surat Ali-Imran ayat ke 110. “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar…”.

Tak jauh dengan kehidupan jahiliyah bangsa Arab dahulu, realita saat ini sungguh mengenaskan bahkan menyedihkan hati. Banyak hal yang munkar kini telah menjadi akar kebiasaan, kemaksiatan melesat menjadi sangat mudah dilakukan dan dijumpai. Dus… coba saja kita simak sekeliling kita, pemberitaan yang hampir 24 jam menghiasi layar kaca kita, dipenuhi dengan kemaksiatan-kemaksiatan yang marak dilakukan. Pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, perzinahan, korupsi dan lain sebagainya. Bagaikan seekor hewan yang tak lagi mempunyai rasa malu, bahkan lebih hina lagi. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Mau menyerah?

Tenang sobat, jangan galau, jangan gelisah dan jangan putus asa dengan kondisi yang terjadi saat ini. “Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah…”. Ternyata Allah memberikan kita kunci-kunci solusi dengan menganugerahi setiap insan dengan potensi yang super dahsyat untuk menangkap “sinyal-sinyal” kebaikan yang siap untuk diledakkan (ingat setiap insan!), yang kemudian dipancarkan hingga pelosok-pelosok negri, Walaupun saat ini kita sedang berada di puncak-puncak kemaksiatan, kebobrokan, kegelapan. Percaya?

Umar bin Khattab kita tahu, dia bagaikan bagian “gunung emas” dakwah Islam. Salah satu penopang besar dari penopang-penopang seruan Islam yang kokoh. Membuat semua orang segan dan terkesan melihat ketegasannya, Setan pun lari ketakutan saat berpapasan dengannya. Bagaikan oase di tengah gurun pasir, kehadirannya dinanti dan amat berarti saat fase-fase dakwah dibangun. Tapi siapa sangka, dahulu Umar adalah seorang penjahat kelas kakap, dedengkotnya para bandit, tak segan untuk membunuh, bahkan “bos gangster” dari “gangster-gangster” yang ada saat itu. Lalu, apakah rahasia Umar ketika seluruh kemaksiatan yang kental dilakukannya mampu dihapus dengan kebaikan-kebaikan kerja kerasnya? Seberapa dahsyat ledakan “nuklir” hijrah sang Umar yang menggelegar, sehingga mampu menghancurkan kegelapan-kegelapan yang menerkamnya, yang kemudian mengubah gelap suram menjadi cahaya yang mampu dipancarkannya hingga ke pelosok-pelosok negri saat itu ?.

Sahabat Umar RA mencontohkan dan mengajarkan kita bagaimana meramu formula “nuklir” hijrah yang dahsyat menggelegar, padahal saat itu Umar sedang gundah gulana, galau, tak tentu apa yang akan dilakukan, sementara Islam terus berkembang. Sungguh inilah yang membuat Umar ingin mencari tahu seperti apa Muhammad dan risalah yang dibawanya (Islam).

Ternyata formula pertama Umar ialah membangun rasa penasaran, rasa ingin tahu terhadap Islam “ma’rifatullah wa ma’rifaturrasul (mengenal Allah dan Rasul-Nya)” walaupun saat itu sedang dalam kondisi terpuruk. Ini adalah sektor keyakinan sebagai ruh (tazkiyatun nafs), ruh bukan sembarang ruh, tapi ruh yang siap untuk menggelegarkan potensi hijrah kepada kebaikan. Kenali Allah, Islam, dan Rasul-Nya secara benar dan baik, Sehingga ketika sektor pondasi ini telah terbatubatakan kokoh (hati yang fitrah), maka ketika kita mengetahui secara real (kenyataan) suatu yang haq (kebenaran) saat itu hati kita sudah siap, hati yang akan berbicara dengan kesuciannya. Lalu sejauh mana kita menjaga dan membangun kefitrahan hati kita, agar mampu menerima kebenaran? Sejauh mana kita mengenal Allah yang menciptakan kita? Astaghfirullah…

Kemudian ketika hati ini telah condong kepada kebaikan, maka formula jitu selanjutnya yang dicontohkan Umar ialah mengikuti “SOH” Standard Operasional Human. Karena sesungguhnya seluruh mesin canggih mutakhir apapun yang didukung dengan komponen kelas wahid, ketika dalam pengoperasionalnya tidak mengikuti Standard Operasional yang ditetapkan, maka potensi yang begitu besar tidak akan tercipta. Kemaslahatan tidak akan terlihat, bahkan besar kemungkinan mesin tersebut akan error, konslet atau mungkin menyebabkan kerusakan lain pada bagian mesin penyusunnya.

Begitu pun dengan kita, perjalanan hidup ini akan menjadi ruwet, hidup bagaikan tak berarti, tak ada harapan bangkit, jika kita tidak mengikuti “SOH” yang telah ada jauh sebelum nabi Adam AS diciptakan. Bagaikan seorang yang hidup engap mati pun tak siap. Kembalilah pada “SOH” kita, Al-Quran dan As-Sunah yang mengatur seluruh kehidupan ini, yang mengatur seluruh jagat alam raya ini.

Setidaknya, kedua ramuan inilah yang diracik Umar untuk membuat “nuklir” hijrah dahsyat yang menggelegar. Maka tak heran ketika dibacakan sepenggal ayat dari surat Toha, Umar pun terhenyak dan segera berikrar,

Asyhaduallaailaahaillallah wa muhammadurrosuulullah”.  Bagaimanapun tidak bisa dielakkan lagi, ledakan “nuklir” dahsyat Umar ini dapat tercipta dan menggelegar karena komponen-komponen ramuan formula di atas walaupun Umar saat itu dalam keadaan jahiliyah. Lalu, bagaimana dengan kita? Berani coba! “Nuklir” Umar bukan ”nuklir” biasa, bahan bakunya pilihan, di dapat dari penelitian dan uji coba yang panjang.

Wahai para pemuda-pemudi generasi penerus perjuangan Bangsa dan Islam terimalah kebenaran dari manapun kebenaran itu berasal. Walaupun saat ini kita melihat orang lain telah mampu berjalan, berlari dengan kencangnya, sementara kita hanya sanggup merangkak, merambah dalam mengejar kebaikan, bahkan baru akan memulainya, jalanilah, lakukanlah, kerjakanlah. Bisa jadi yang kita lakukan kecil, tetapi sesungguhnya itu amat istimewa di hadapan Allah, begitupun sebaliknya, bisa jadi yang kita lakukan besar, tetapi sesungguhnya itu amat kecil di hadapan Allah. Semua tergantung oleh orientasi awal atau niat kita saat itu. Berani coba ramuan ”nuklir” hijrah Umar?

Selamat berhijrah sobat dan semoga bermanfaat.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 8.67 out of 5)
Loading...
founder and manage waralaba TAKOBAN TAKOYAKI, serta mahasiswa STIDA Al Manar.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization