Topic
Home / Narasi Islam / Life Skill / Senyum Itu Selalu Membahagiakan

Senyum Itu Selalu Membahagiakan

Bismillahirrahmaarirrahim

Ustz Yoyoh Yusroh beserta suami dan ketigabelas anaknya. (alegperempuanpks.com)

dakwatuna.com – Sulitkah untuk tersenyum? Jawabannya bisa ya, bisa tidak, tergantung kondisi, kata salah seorang teman yang saya berikan pertanyaan tersebut. Benarkah?

Dalam sebuah kesempatan perjalanan ke beberapa tempat, saya berkesempatan ditemani oleh seorang ibu, dengan dua putrinya yang masih kecil-kecil. Yang satu berumur sekitar 4 tahun, yang satunya lagi berumur 5-6 tahun. Beda sedikit memang. Awalnya saya malah menyangka mereka kembar. Dua putri yang lucu dan cantik, serta pintar. Beberapa kali saya sempat mendengarkan lantunan hafalan Qur’an surat-surat pendek dari kedua putri tersebut. Bukan hanya itu yang menjadi pusat perhatian saya, ternyata mereka pun sangat aktif. Berlarian ke sana kemari berkejaran dengan kakaknya, di sebuah taman yang cukup luas. Celoteh mereka nyaris tak pernah berhenti, seolah tidak ada capainya.

Sang ibu dengan selalu tersenyum melayani pertanyaan-pertanyaan kedua putrinya, dengan penuh kasih sayang menemani dan mengiringi langkah mereka. Ya, dengan senyum penuh kehangatan. Bukan satu dua jam saya bersama mereka, tapi lebih dari setengah hari, dari siang sampai malam menjelang. Dan sepanjang waktu tersebut, senyum hangatnya terhadap anak-anaknya tak pernah berkurang intensitasnya. Padahal saya yakin, ibu tadi juga capai, sebagaimana saya merasakan capai karena seharian dengan berbagai aktivitas.

Hal lain yang membuat secara diam-diam saya mengagumi mereka, ketika malam hari suami ibu tersebut datang menjemput mereka, saya pun melihat rona wajah yang sama seperti yang saya dapatkan pada istrinya, yakni wajah yang penuh dengan senyuman. Meski baru pertama kali bertemu mereka, tapi saya yakin, bahwa senyum mereka, bukan senyum yang dibuat-buat, karena sedang bersama orang lain, saya yakin mereka sekeluarga adalah orang2 yang murah senyum.

Saya bersyukur dipertemukan Allah dengan mereka. Mereka telah menjadi guru. Dengan sikapnya, saya belajar untuk lebih memaknai senyum. Belajar untuk lebih menghayati makna hadits: “Tabbatsummuka fie wajhi akhiika laka shadaqah”. Senyummu untuk saudaramu, adalah sedekahmu. Sebagaimana sedekah dalam bentuk harta selalu menghadirkan kebahagiaan bagi para penerimanya, maka senyum pun menghadirkan kebahagiaan, keakraban, dan kasih sayang bagi sekelilingnya. Sedekah harta, menjadi salah satu bukti benarnya keimanan seseorang, maka demikian juga dengan ‘senyuman’.

Orang mukmin akan berusaha untuk membahagiakan sekelilingnya dengan senyum yang tulus. Ibu yang beriman akan berusaha tersenyum tulus dalam aktivitasnya merawat dan mendidik anak. Suami yang beriman akan berusaha tersenyum kepada istri yang telah dengan tulus menemani hari-harinya mengarungi biduk rumah tangga. Istri yang beriman akan berusaha tersenyum kepada suaminya, yang telah membimbing dan menyayangi sepenuh jiwa. Seorang anak yang beriman akan berusaha untuk tersenyum, kepada orang tuanya, yang telah merawat dan mendidiknya dengan tanpa pamrih. Tetangga yang beriman, akan berusaha untuk tersenyum tulus kepada tetangganya, tanpa tetangga, sulit rasanya kita bisa hidup dengan baik.

Begitulah. Setiap kita, sebagai apapun kita, dengan senyum, akan bisa menebar kebahagiaan bagi orang lain. Dan karena kebaikan yang kita lakukan hakikatnya adalah juga untuk kita sendiri (“man amila shaalihan falinafsih”), maka ketika kita tersenyum, juga akan membawa kebahagiaan buat diri sendiri.

Kembali pada pertanyaan di awal tulisan, sulitkah atau mudahkah untuk tersenyum? Meski nyaris tanpa modal harta (beda dengan sedekah harta), tersenyum kadang sulit sekali untuk dilakukan seseorang, dengan berbagai alasan. Mungkin karena sedang marah/sebal sama seseorang. Karena sedang diburu dengan banyaknya pekerjaan yang menegangkan. Karena sedang mengalami sakit secara fisik. Karena sedang banyak yang dipikirkan. Karena sedang menghadapi berbagai masalah/musibah. Dan Mungkin masih banyak alasan lain yang sering menjadi alasan kita tidak mau tersenyum.

Tapi, pernahkah kita berpikir, dan kemudian mencoba, meski terasa sulit, cobalah menghadapi semua kondisi tersebut dengan tersenyum. Dan Janji Allah dan Rasul-Nya tidak pernah diingkari. Kalau sedekah harta minimal akan dibalas dengan 10 kali lipat dan bisa berlipat-lipat, maka saya pun yakin bahwa dengan senyum , solusi dan jalan keluar untuk semua masalah tersebut pasti akan diringankan oleh Allah swt, mungkin 10 kali lipat lebih ringan, bahkan berkali-kali lipat. Karena kita menghadapinya dengan kelapangan, efek dari senyum yang kita praktekkan.

Orang yang berkurang/turun keimanannya, akan sulit untuk memberikan sedekah hartanya, maka demikian juga dengan senyum. Akan terasa berat, saat seseorang sedang down keimanannya. Maka, salah satu cara untuk bisa menjadi orang yang murah senyum, selain melatih diri secara fisik, cobalah untuk selalu menjaga keimanan kita. Saat iman terjaga, insya Allah, tersenyum akan menjadi mudah, apapun yang kita hadapi. Meski boleh jadi secara fisik terasa sakit, perasaan terasa berat, tapi iman mampu mengalahkan itu semua.

Barangkali inilah rahasianya, kenapa setiap kali kita melihat foto/gambar jenazah para mujahid/mujahidah Palestina, dan mujahid-mujahidah yang lain, wajah mereka selalu tersenyum. Mereka bahagia, dengan kebahagiaan yang dijanjikan Allah telah mereka saksikan, meski raga nya secara kasat mata menanggung sakit. Allah Maha Besar. Allahamanshur ikhawanal mujaahidiina fie kulli makaan wa fie kulli zaman. Sebagai penutup, barangkali bisa membantu Anda yang saat ini sedang sulit untuk tersenyum, nggak ada salahnya, kalau coba memutar kembali nasyid Raihan yang berjudul “Senyumlah”. Wallahu a’lam bishawab.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (8 votes, average: 9.38 out of 5)
Loading...
Konsultan Ketahanan Keluarga RKI (Rumah Keluarga Indonesia). Tenaga Ahli Fraksi Bidang Kesra, Mitra Komisi viii, ix, x. Ibu dari 7 putra-putri penghapal Alquran. Lulusan S1 Jurusan Teknologi Pertanian IPB, dan S2 di Universitas Ibnu Khaldun Bogor.

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization