Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Wajah Politik Muawiyah Bin Abu Sufyan, Mengurai Sejarah Konflik Sunni-Syiah

Wajah Politik Muawiyah Bin Abu Sufyan, Mengurai Sejarah Konflik Sunni-Syiah

Judul : Wajah Politik Muawiyah bin Abi Sufyan
Penulis : Hepi Andi Bastoni
Penerbit : Pustaka al-Bustan
Cetakan : Pertama, Oktober 2012
Halaman : xxxv + 298

Cover buku “Wajah Politik Muawiyah Bin Abu Sufyan, Mengurai Sejarah Konflik Sunni-Syiah”.

dakwatuna.com – Sosok Muawiyah bin Abu Sufyan satu di antara ribuan sahabat Nabi saw paling kontroversial. Ia lahir dari kedua orangtua yang sebelumnya sangat memusuhi Islam; Abu Sufyan bin Harb dan Hindun binti Utbah. Sikapnya terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib, dianggap makar dan tergolong bughat (pemberontak). Tindakannya mengangkat putranya Yazid sebagai khalifah, dituding telah menciptakan sistem baru yang tak pernah ada sebelumnya.

Di sisi lain, jasa Muawiyah tak bisa dipungkiri. Pencatat wahyu ini tak hanya mampu mengakhiri konflik antar kaum Muslimin di masanya, tapi juga berhasil menancapkan pondasi sebuah dinasti yang telah memberikan begitu besar jasanya bagi dunia Islam; Dinasti Umayyah.

Maka, sosok Muawiyah pun mendapat banyak sorotan. Di satu sisi, ada yang membencinya habis-habisan. Berbagai julukan ditabalkan. Ia disebut licik, culas, musang berbulu domba dan pengkhianat!

Di satu pihak, kita justru menemukan banyak ‘nash’ tentang keutamaan sahabat Nabi saw ini. Rasulullah saw pernah bersabda, “Tentara dari umatku yang mula-mula berperang mengarungi lautan sudah pasti mendapat surga,” (HR Bukhari dan Muslim).

Dan, Muawiyah adalah pemimpin armada angkatan laut umat Islam pertama di masa pemerintahan Utsman bin Affan.

Ketika mengangkatnya sebagai gubernur Syam, Umar bin Khaththab berkata, “Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali dengan kebaikan.”

Saat ditanya tentang mana yang lebih utama antara Muawiyah dan Umar bin Abdul Aziz, Abdullah bin Mubarak menjawab, “Demi Allah, debu yang berada di lubang hidung Muawiyah karena berjihad bersama Rasulullah saw, lebih baik daripada Umar bin Abdul Aziz!”

Terlepas dari segala perdebatan itu, khususnya tentang sosok Muawiyah bin Abi Sufyan, hal yang harus kita sepakati adalah para sahabat Nabi semuanya saleh, dan haram bagi kita mencaci maki mereka.
Bahkan, banyak di antara mereka yang dipastikan masuk surga, sejak masih hidup. Misalnya, keempat khalifah Rasulullah SAW, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Selain itu ada juga 10 sahabat yang dijanjikan surga.

Dalam Al-Quran, Allah SWT menyanjung para sahabat Nabi tanpa terkecuali. Allah ridha kepada mereka dan mereka juga ridha kepada Allah. “Allah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS al-Fath: 18).

Nah, buku ini hadir untuk mendudukkan masalah sebenarnya. Bagaimana seharusnya kita menyikapi sahabat Nabi SAW ini? Lalu, apa saja kiprah Muawiyah bagi Islam dan kaum Muslimin. Bagaimana peran politik pencatat wahyu di masa Nabi ini sebenarnya? Benarkah ia pemberontak atau mujahid? Buku ini juga mengurai akar konflik Sunni-Syiah! Sangat layak dibaca oleh kaum Muslimin. (Chairul Akhmad/ROL)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization