Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pemuda Membangun Bangsa (Refleksi Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-84)

Pemuda Membangun Bangsa (Refleksi Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-84)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Pendahuluan

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Pemuda. Begitulah ia (mereka) biasa disapa. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas kegemilangan, bahwa dari dahulu sampai sekarang Pemuda (termasuk Pelajar dan Mahasiswa) selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur pelaku perubahan di negeri ini. Sebut saja sejak masa awal Pergerakan Nasional 1908, Kebangkitan Nasional 1920, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, hingga masa awal Orde Baru 1966 dan Orde Reformasi 1998. Pemuda, senantiasa memberi kontribusi positif serta memberi warna benderang terhadap dinamika perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia. Pendek kata, tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda adalah lokomotif perjuangan dan perubahan bangsa dan NKRI menuju kejayaan yang sejati.

Peran Strategis

Pemuda. Ia (mereka) adalah pelanjut estafet dan penerus cita-cita para “founding father” negeri beribu pulau dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah ini. Oleh karenanya semakin dapat dipahami bahwa peran atau kontribusi strategis pemuda dalam kaitannya dengan upaya (melanjutkan) pembangunan eksistensi bangsa ke arah yang lebih baik dan bermartabat, sesungguhnya sangat sejalan dan senafas dengan tujuan berdirinya Republik tercinta ini sebagaimana termaktub di dalam preambule (pembukaan) UUD 1945, yaitu:

a. Internal (ke dalam)

Secara internal, pemuda beserta seluruh komponen bangsa, memiliki peran strategis sebagai ujung tombak untuk menciptakan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia (menumbuhkan rasa aman), memajukan kesejahteraan umum (peran sosial)  dan mencerdaskan kehidupan bangsa (peran intelektual) dalam bingkai “Bhinneka Tunggal Ika”. Keberagaman yang melahirkan persamaan dan persatuan, bukan keberagaman yang justru semakin memperdalam perbedaan dan permusuhan.

b. Eksternal (keluar)

Secara eksternal dalam kerangka meneguhkan eksistensi bangsa dan negara ini di dalam percaturan kehidupan Internasional, maka pemuda juga diminta berperan aktif menjadi katalisator untuk menciptakan perdamaian abadi dan ketertiban dunia bersama-sama dengan elemen bangsa lainnya. Peran eksternal ini sejatinya juga diharapkan menjadi peneguh dan penjelas eksistensi bangsa dan Negara Indonesia sebagai Negara Non Blok yang secara lantang mampu bersikap tegas terhadap segala bentuk penindasan dan penjajahan bangsa-bangsa lain atas bangsa-bangsa yang telah “merdeka” dan berdaulat penuh.

Kedua peran strategis pemuda tersebut yang juga merupakan implementasi dari tugas pokok dan fungsi Negara. Bahkan sejatinya (secara implisit) telah diisyaratkan oleh Allah Swt  14 abad lalu melalui Rasulullah Saw dalam Al-Qur’an surah Quraisy ayat 4 yang artinya : “ yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar (aspek kesejahteraan umum) dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan (aspek kamtibmas)”.

Bekal Strategis

Pemuda. Ia (mereka) adalah “iron stock” atau cadangan keras yang akan menjadi “back bone” atau tulang-punggung bangsa ini. Sehingga untuk mewujudkan peran strategisnya yang sangat berat namun mulia itu, kiranya diperlukan seperangkat modal dasar (bekal) yang secara inheren melekat dan tumbuh di dalam diri setiap pemuda. Bekal strategis dimaksud nantinya perlu dipersiapkan guna mengantisipasi kemungkinan adanya hambatan, tantangan, ancaman bahkan gangguan yang akan melemahkan kontribusi positif pemuda di dalam upaya keterlibatannya membangun bangsa. Di antara bekalan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penguasaan IPTEK dan  IT

Tidak dapat dibantah dan dipungkiri lagi bahwa setiap bangsa yang mampu menguasai IPTEK dan IT, pastilah bangsa tersebut memiliki peluang dan kesempatan besar untuk menguasai dunia. Logika ini semakin kuat memberi alasan mengapa kita (pemuda) perlu berupaya optimal untuk senantiasa belajar dan menekuni bidang IPTEK dan IT tersebut. Karena pada hakikatnya kita berada, hidup, tumbuh dan berkembang di dunia yang global dan dinamis. Sehingga penguasaan IPTEK dan IT sangat memungkinkan kita untuk memiliki imunitas dan daya kompetisi yang kokoh agar tidak dilindas zaman bahkan dijajah oleh bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.

b. Pengalaman Berorganisasi

Pengalaman dan keterlibatan dalam suatu organisasi menjadi modal dasar yang juga tidak kalah pentingnya. Mengingat, di dalam budaya berorganisasi biasanya kita akan belajar tentang tata cara berkomunikasi, berinteraksi, problem solving, mengelola SDM hingga memenej struktur organisasi tersebut. Dengan demikian berdasarkan pengalaman berorganisasi dimaksud, diharapkan kiranya dapat terbentuk profil pemuda yang dinamis, komunikatif dan tanggap dengan berbagai permasalahan yang muncul serta mampu mencarikan jawaban dan solusi terhadap permasalahan tersebut secara benar, tepat dan akurat.

c. Kekuatan Jaringan (Koneksi)

Satu hal yang juga relevan dan signifikan perlu dimiliki oleh setiap pemuda adalah modal berupa kekuatan jaringan atau koneksi.  Modal koneksi ini paling tidak akan membantu kita untuk mengenal, berinteraksi dan membangun komunikasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang gender, suku, bangsa, budaya, bahasa, pendidikan dan pengalaman yang tidak sama. Dengan modal koneksi ini kita mengharapkan munculnya kekuatan baru, soliditas dan solidaritas untuk menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan guna mencapai visi, misi dan tujuan bersama yang dicita-citakan. Dalam bahasa Agama, kekuatan jaringan ini diistilahkan dengan Ukhuwwah Islamiyyah atau persaudaraan. Sebagaimana Allah Swt telah berfirman di dalam Surah Al-Hujurat ayat 10 dan 13 yang artinya:

“Sesungguhnya, hanya orang berimanlah yang bersaudara (membangun jaringan) itu”, dan

“Sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal (membangun koneksi). Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah Swt adalah orang-orang yang bertaqwa”.

d. Kekuatan Cinta

“Hubbul wathon minal iiman”. Mencintai bangsa (negara) adalah bagian dari iman. Demikianlah kutipan syair yang teramat sering kita dengar. Mencintai dalam pengertian mempunyai “sense of belonging” yang kuat terhadap tanah air tercinta. Sehingga dengan demikian akan lahir keikhlasan untuk berkontribusi dan berpartisipasi demi kemajuan bangsa dan Negara. Di samping itu dengan cinta, akan muncul kekuatan dan patriotisme untuk membela kehormatan negeri ini dari setiap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang menghadang. Sebaliknya, jika perasaan cinta itu hilang, kita tidak akan memiliki rasa “cemburu” terhadap kemajuan dan keunggulan bangsa lain atas negeri kita tercinta. Karena kita sangat meyakini, bahwa sesungguhnya bangsa kita dapat lebih unggul dan maju (dengan izin Allah Swt), jikalau semua elemen bangsa berkontribusi/berpartisipasi secara benar, total dan optimal dalam balutan “rasa cinta” itu.

e. Kekuatan Karakter

The last but not least, bekal berikutnya adalah kekuatan karakter yang muncul, tumbuh dan berkembang secara inheren dari dalam diri pemuda itu sendiri.  Kekuatan karakter sejatinya berupa kumpulan profil khas dan istimewa yang membedakannya dengan kepribadian pada umumnya, yang akan mengarahkan dan menggerakkan sikap dan perilaku positif di dalam kehidupan setiap insan (pemuda).  Pada tataran aplikatif, kekuatan karakter dimaksud adalah akhlaqul karimah yang lahir karena Iman dan Taqwa  kepada Allah Swt. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 197 dan Sabda Rasulullah Saw yang maknanya sebagai berikut :

“Berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah Taqwa”, dan

“Sebaik-baik di antara kalian adalah yang paling baik Akhlaqnya (kepribadiannya)”. (Al-hadits).

Penutup

Pemuda adalah asset potensial harapan bangsa dan Negara. Barangkali, di sinilah letak alasan yang paling urgen dan mendasar; mengapa Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober tahun 1928 di Jakarta telah melahirkan ikrar bersama para wakil pemuda se-Indonesia atau yang lebih populer dinamakan “Sumpah Pemuda”. Sumpah untuk bertumpah darah, berbangsa dan berbahasa yang satu. Mengingat, 84 tahun kemudian setelah “Sumpah” itu diikrarkan, para pemuda di seantero Negeri ini juga masih (tetap) dituntut untuk dapat memainkan peran-peran nan strategis sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhinneka tunggal ika ini. Di samping itu tentunya, para pemuda juga harus mempersiapkan bekalan-bekalan mendasar yang mutlak diperlukan agar mampu memberi kontribusi optimal untuk kemajuan dan kemandirian bangsa di masa mendatang. Sehingga pada akhirnya, kita semua boleh berharap bahwa keseluruhan “amalan bijak dan bajik” para pemuda dalam mewujudkan cita-cita luhur pembangunan Nasional, sekaligus akan menjadi sarana refleksi nan elegan untuk menjawab sebuah adagium yang sudah sangat masyhur: “Pemuda hari ini, Pemimpin di masa depan”. Wallahu a’lam bis shawab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ketua Forstudi Faperta Unand Padang (1995-1996). Ketua Badan Pembentukan Perda DPRD Kota Bukittinggi periode 2014 – 2019.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization