Topic
Home / Narasi Islam / Khutbah / Khutbah Idul Adha / Khutbah Idul Adha 1433 H: Makna Berqurban Bagi Pemimpin Ideal

Khutbah Idul Adha 1433 H: Makna Berqurban Bagi Pemimpin Ideal

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله ولله الحمد

سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Subhanallah, Maha Suci Engkau ya Allah dari segala kekotoran dan kekejian, dari segala kedzaliman dan kemungkaran. Subhanallah, Maha Suci Engkau ya Allah dari segala kekurangan, kelemahan dan ketidakberdayaan..

Alhamdulillah, segala puji dan syukur sepenuh langit dan bumi hanya untuk-MU ya Allah. Segala ni’mat dan afiat, lahir dan batin, hanya dariMU ya Allah. Segala puji dan syukur hanya untuk-MU ya Allah, telah Engkau anugerahkan kepada kami pemimpin teladan, manusia terbaik, Rasul akhir zaman. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi utusan-MU Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kemudian.

لك الحمد يا ربّ حتى ترضى، ولك الحمد يا ربّ إذا رضيت، و لك الحمد يا ربّ بعد الرضى

La ilaha illallah, tidak ada dzat yang berhak mendapat ketundukan, ketaatan, kecintaan dan pengabdian kecuali hanya Engkau ya Allah, Tuhan Pencipta dan Penata semesta alam, memberi ampunan siapa yang dikehendaki dan mengadzab siapa saja yang dikehendaki…

Allahu akbar, hina dan papa hambaMU ini di hadapan keagungan-MU, remeh dan kecil hamba-MU ini di hadapan kebesaran-MU. Lemah  dan tak berdaya di hadapan kekuasaan-MU semua yang berjalan di muka bumi ini dengan congkak, angkuh dan pongah, sombong dan takabur.

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah: Ya Tuhan yang memiliki segala kekuasaan. Engkau berikan kekuasaan kepada barang siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari barang siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau muliakan barangsiapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Kuasa.

سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر

Jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah SWT.

Hari ini, pada pagi yang penuh berkah ini, kami berkumpul untuk untuk mensyukuri nikmat-nikmat-MU ya Allah. Hari ini kami berkumpul untuk mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid, untuk mengagungkan asma-MU yang maha Agung, untuk mentauhidkan-MU dan untuk memuji-MU ya Allah.

Hari ini kami berkumpul di sini, bersamaan dengan berkumpulnya ratusan juta  bahkan milyaran umat manusia di berbagai tempat lapang di semua penjuru bumi,  dan berkumpulnya lebih dari tiga juta jama’ah haji  di tanah suci. Semua mengagungkan asma-MU, semua memberikan ketundukan dan kepatuhan hanya untuk-MU…

لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد و النعمة لك والملك، لا شريك لك..

pagi ini kita semua berkumpul untuk memperingati satu diantara sekian banyak hari-hari AllahHari-hari yang kelak akan menjadi saksi tentang jiwa-jiwa suci yang telah berjuang menggapai ketinggian; tentang jiwa-jiwa yang telah memberikan kematian untuk mendapatkan kehidupan. Untuk itulah Allah memerintahkan kita untuk senantiasa rnengingat hari-hari-Nya; agar dengan begitu kita senantiasa menemukan hidayah untuk berjalan dan mendaki langit kemuliaan;

وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

“… dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (QS: 14. 5)

Kaum muslimin datang berbondong-bondong pada hari ini dalam rangka memperingati peristiwa luar biasa ketika seorang manusia besar, seorang nabi Allah, lbrahim as, sedang menapaki jalan terjal menuju kemuliaan; menjalani detik­-detik paling rnenggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam segenap gelombang sejarah kemanusiaan; saat-saat ketika ia melampaui batas keraguannya dan memasuki wilayah keyakinan baru dimana ia benar-benar memutuskan untuk menyembelih puteranya tercinta, Ismail as.

Inilah dialog antara kedua anak manusia itu pada saat-saat terakhir sebelum mereka tiba pada kesepakatan besar itu;

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (usia baligh untuk mampu) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS: 37: 102).

Tidakkah kita melihat betapa lbrahim memanggil anaknya dengan sebutan Ya Bunayya; wahai anakku tersayang?” Tidakkah kita melihat betapa Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati-hati;

“Cobalah pertimbangkan! Bagaimanakah pendapatmu tentang itu?” Tidakkah kita merasakan betapa Ibrahim menyembunyikan pergolakan besar yang berkecamuk di relung hatinya? Tapi lihatlah, betapa agungnya sang anak masih sanggup memanggil ayahnya dengan panggilan sayang; “Wahal ayahku tersayang!”  Dan alangkah agungnya sang anak ketika ia menjawab dengan tenang; “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu!”   Betapa tegar nya sang anak ketika ia mengatakan; “Niscaya akan kau dapati aku,Insya Allah, sebagai orang-orang yang sabar.”

ltulah momentum pengorbanan paling akbar dalam sejarah manusia. Dan itulah momentum kebesaran paling agung dalam sejarah kepemimpinan umat manusia. Dan itulah hari-hari Allah! Maka dengarlah Allah berkata tentang lbrahim;

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. (QS. Al Baqarah ayat 124)

Dan dengarlah Allah berkata tentang lsmail as,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله ولله الحمد

Jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah SWT.

Sungguh Ibrahim as telah mencontohkan kepada kita semua tentang kekuatan aqidah, keimanan dan tauhid kepada Allah SWT yang begitu melekat dalam jiwa dan raganya dan ia juga berlepas diri segala bentuk kemusyrikan. Bahkan ia pun berlepas diri dari orang tuanya yang tidak mau bertauhid kepada Allah seperti dijelaskan dalam firman Nya;

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن شَيْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ [٦٠:٤]

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya; “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali.” (Al Mumtahanah QS, 60: 4)

Itulah aqidah yang kuat, akan membuat seorang mukmin memiliki prinsip yang tegas dalam setiap keadaan, dia tidak lupa diri pada saat senang, baik senang karena harta, jabatan, popularitas, pengikut yang banyak maupun kekuatan jasmani dan ia pun tidak putus asa pada saat mengalami penderitaan, baik karena sakit, bencana alam, kekurangan harta maupun berbagai ancaman yang tidak menyenangkan, inilah yang membuatnya menjadi manusia yang mengagumkan.

Keteladanan Ibrahim yang dapat dijadikan panutan bagi pemimpin kita saat ini adalah bentuk ketaatannya dalam melaksanakan perintah. Nabi Ibrahim ketika meyakini bahwa perintah itu datang dari Allah maka Ia dengan serta merta dan penuh keimanan dan berserah diri pada Allah melaksanakan perintah tersebut.

Perintah dari Allah tersebut diyakini Ibrahim sebagai suatu kebenaran, maka ia lakukan dengan penuh keihklasan tanpa memperdulikan anggapan orang lain. Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih anaknya Ismail dengan mengabaikan tanggapan atau pun gunjingan orang lain selama ia meyakini perintah tersebut mengandung suatu kebenaran.

Seorang pemimpin seharusnya memiliki ketulusan dan ketaatan dalam melaksanakan amanah, karena sejatinya pemimpin itu mengemban amanah dari Allah untuk melayani kemashlahatan umat. Ketika dimasa Rasulullah pada saat itu sebagai pemimpin kaum muslimin, Rasulullah diminta untuk membunuh kaum munafiqun. Namun sebagai pemimpin yang visioner, Rasulullah tidak mau melakukan hal itu walaupun hal itu mendapat dukungan yang kuat dari para sahabat. Rasulullah khawatir jika membunuh sahabatnya sendiri maka masyarakat saat itu akan takut  untuk masuk Islam. Kebijakan yang tidak populis itu dilakukan mengabaikan pencitraan semata-mata karena melihat kemashlahatan yang lebih besar bagi umat Islam. Kemudian ketika menikahi zainab yang merupakan anak angkat beliau, Rasulullah melakukan hal tersebut untuk menghapuskan hukum yang melarang hal itu.

Landasan keimanan dan ketaqwaan menjadi faktor yang membedakan dengan pemimpin imitasi. Pemimpin yang imitasi itu tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari apa yang dilakukannya. Jika kebijakan yang akan diambil itu tidak dilandasi iman dan taqwa, maka sebenarnya kepemimpinan itu semu belaka. Ia akan bagus kelihatan diawal, namun pada akhirnya akan kelihatan keburukan dari kebijakan yang diambilnya. Ibarat fatamorgana dipadang pasir, kelihatan air itu didepan mata, namun sesungguhnya air itu tidak pernah ada. Kepemimpinan yang mengedepankan pencitraan dan mengabaikan hukum Allah sesungguhnya hanya akan melenakan rakyatnya yang seolah merasakan kebahagiaan didepan mata, tetapi sesungguhnya ia tidak pernah merasakan kebahagiaan itu.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله ولله الحمد

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.

Keteladanan Ibrahim dalam berkurban harus mampu diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat kita. Keimanan dan keikhlasan kita untuk taat pada perintah Allah dapat terlihat jelas ketika semangat kaum muslimin dalam berkurban karena dapat berbagi. Kerinduan akan ikatan ukhuwah yang kuat seperti dicontohkan kaum Anshor dan Muhajirin seharusnya menjadi ibroh pentingnya saling berbagi dengan saudara agar tidak terjadi kesenjangan dalam masyarakat, dan juga sikap itsar (mengutamakan kepentingan saudaranya) menjadi moment yang indah dalam menyatukan masyarakat kita.

Keteladanan Rasulullah sebagai sosok pemimpin yang ideal seharusnya mengispirasi kita dalam mewujudkan generasi pemimpin masa depan. Kita sangat rindu kepada generasi pemimpin yang memiliki karakter Aqidah yang lurus dan akhlaq yang baik. Kita rindu pemimpin yang memilih untuk mengutamakan kepentingan masyarakat yang dipimpinnya diatas kepentingan pribadi atau kelompok.

Tipologi kepemimpinan Ibrahim yang sholeh sangat penting dihadirkan pada saat ini, baik kepemimpinan dalam skala daerah maupun nasional, mengingat situsai dan kondisi tatanan masyarakat kita yang rawan dengan konflik sosial juga disertai dengan kamuflase dan pencitraan politik.

Persoalan bangsa ini sudah sampai pada titik nadir yang sangat memprihatinkan. Model kepemimpinan Ibrahim yang memiliki karakter aqidah yang lurus, demokratis, kuat, jujur dan berani mengambil keputusan disaat yang tepat inilah harusnya dapat diikuti oleh pemimpin bangsa dan Negara kita saat ini dan masa depan. Pemimpin yang dibangun dengan landasan aqidah yang lurus itu tidak dapat muncul dengan sendirinya, akan tetapi ia dibangun melalui tempaan tarbiyah yang baik dan berkesinambungan. Pemimpin yang dapat memahami akar masalah kehidupan sosial dan memiliki solusi yang visioner, kreatif dan inovatif.

Jamaah Shalat Idul Adha yang berbahagia !

Demikianlah khutbah ied kita pada pagi ini, semoga memotivasi kita untuk terus berjuang dengan penuh kesungguhan guna memperbaiki diri, keluarga, umat dan bangsa.

Kita senantiasa berdoa kepada Allah agar diberikan pemimpin yang amanah serta memiliki kepribadian yang sholeh guna membawa kehidupan masyarakat kita adil, tentram dan sejahtera. Akhirnya marilah kita tutup dengan do’a:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرً وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا

Ya Allah, jadikanlah haji mereka haji yang mabrur, sa’i yang disyukuri, dosa yang diampuni, perniagaan yang tidak merugi

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 9.33 out of 5)
Loading...
Alumni LIPIA Jakarta. Aleg DPR RI Dapil Jakarta Timur.

Lihat Juga

Tentang Makna Kata “Fitri” dalam “Idul Fitri”

Figure
Organization