Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Tapak Tilas Nabi Ibrahim (Bagian ke-2)

Tapak Tilas Nabi Ibrahim (Bagian ke-2)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Setelah Tapak Tilas Nabi Ibrahim bagian ke-1, maka kita lanjutkan kepada tapak yang kedua yaitu tapak tilas nabi Ibrahim bagian ke-2 yang sekarang sedang sahabat baca. Pada bagian ke-2 ini akan mencoba memaparkan beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dan renungi dari perjalanan/kisah Nabi Ibrahim dan Ismail. Karena begitu besar pelajaran yang bisa kita ambil dan aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kesabaran

Banyak ibrah atau pelajaran  yang dapat kita ambil pada kisah ini yang pertama yaitu kita lihat sosok seorang Siti Sarah yang begitu sabar dalam menjalani kehidupan sebagai seorang istri yang pastinya menanti seorang anak dan begitu juga nabi Ibrahim yang ingin sekali memiliki keturunan yang baik, bayangkan saja menikah sudah lama tapi Allah belum memberikan mereka seorang anak. Padahal seorang anak dalam keluarga merupakan karunia yang sangat diharapkan, sebab dengan keberadaannya dapat meramaikan sebuah keluarga.

Keluarga Ibrahim sangat memberikan pencerdasan buat  kita semua dalam hal kesabaran, sebab dapat kita lihat pada konteks saat ini jarang sekali keluarga yang seperti nabi Ibrahim dan Siti Sarah yang begitu sabar dalam menanti seorang anak, masyarakat saat ini keimanannya sudah kering sehingga menyebabkan mereka tidak mensyukuri nikmat dari Allah sehingga ketika dalam keluarga mereka belum di berikan momongan mereka mengeluh dan  su’udzon terhadap Allah SWT, sehingga menjadikan kufur atas nikmat yang di berikan Allah.

Dalam kisah ini kita juga melihat sosok seorang wanita yang taat kepada Allah dan suami selain Siti Sarah yaitu Siti Hajar di mana ketika diminta untuk tinggal di Tempat yang memang sangat gersang Air dan Makanan tidak ada tapi karena ini perintah Allah maka Siti hajar menerima dengan ikhlas dan sabar.

Penjagaan terhadap Keluarga

Dalam penjagaan keluarga kita dapat mengambil pelajaran dari Siti hajar yaitu pada saat Ismail kehausan maka sebagai seorang ibu yang saat itu sudah kehabisan perbekalan harus berjuang untuk mendapatkan air untuk anaknya. Dalam kisah di atas disampaikan bahwasanya Siti Hajar berlari-lari tujuh kali menuju safa dan marwah untuk mendapatkan air.

Sahabat yang budiman berlarinya Siti hajar selama tujuh kali untuk mencari air ini bisa kita ambil sebuah pelajaran yang jarang di pikirkan oleh masyarakat saat ini, yaitu sejauh apapun seorang ibu mencari kebutuhan untuk keluarganya janganlah sampai meninggalkan anak  dan keluarganya  terlalu jauh sehingga bimbingan seorang ibu terhadap anaknya menjadi kurang. Ini ibrah yang bisa kita ambil dari Siti Hajar bagaimana beliau memberikan kita sebuah pelajar yang amatlah penting.

Ketaatan Anak terhadap Orang Tua

Dalam hal ketaatan seorang anak dalam kisah ini sudah sangat jelas sekali yaitu Ismail sosok anak yang sangat taat kepada orang tuanya sebagaimana ketika ayahnya Ibrahim menyampaikan mimpinya tentang penyembelihan Ismail, akan tetapi Ismail langsung mengikhlaskan dirinya untuk disembelih karena dia tau ini adalah perintah Allah, dan Allah adalah Rabbnya.

Sahabat bisa kita lihat bagaimana sosok seorang Ismail yang dengan ketaatannya kepada orang tua menjadikan sebagian di antara kita ingin sekali memiliki seorang anak, adik atau kakak seperti beliau. Ketaatan Ismail ini di topang juga oleh pengawasan dari kedua orang tuanya yaitu Ibrahim dan Siti Hajar sehingga menjadikan Ismail anak yang taat pada Allah dan orang tuanya.

Berbeda dengan anak-anak zaman sekarang mereka sudah sangat tidak lagi menghargai kedua orang tuanya, sehingga ketika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anaknya maka anaknya dengan mudah membantah perintahnya, hal ini dikarenakan bimbingan dari orang tua pada zaman modern ini sangat kurang. Di sebabkan orang tua yang sudah sangat sibuk mencari penghasilan untuk menghidupi keluarganya sampai lupa membimbing serta mengawasi aktivitas anak-anaknya.

Perekonomian bergerak cepat pada musim Qurban

Untuk pelajaran yang satu ini mungkin tidak terdapat dalam kisah kehidupan Nabi Ibrahim akan tetapi pelajar ini di dapat ketika penulis melihat realita di musim Qurban, pelajaran yang di dapat di musim Qurban adalah bagaimana banyak peternak hewan Qurban, di mana ini menjadi sumber penghasilan yang baik untuk para peternak hewan Qurban, begitu juga para pemuda yang menganggur pada musim Qurban ini ada yang bisa mendapatkan penghasilan dikarenakan peternak hewan minta dicarikan rumput untuk pakan hewan Qurbannya, dan juga mungkin ada yang diminta untuk menjaga hewan Qurban di waktu malam khawatir ada yang mencopetnya, dan banyak pelajaran yang bisa di dapat dalam perekonomian ini pada intinya pad musim Qurban ini sejatinya perekonomian cepat berputar hingga para pengangguran pun bisa kerja.

Sahabat yang berbahagia mungkin inilah sedikit pelajaran yang dapat penulis sampaikan dari kisah Nabi Ibrahim beserta keluarga. Mungkin para pembaca juga dapat mengambil pelajaran yang lebih dari penulis tentang kisah ini karena sejatinya kita sebagai seorang muslim di tuntut untuk selalu bisa mengambil pelajaran dari sebuah kisah atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita.

Wallahua’lam bishawab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 8.60 out of 5)
Loading...

Tentang

Lahir di Tangerang tahun 1991. Enam bersaudara. Saat ini kuliah di STEI SEBI tingkat akhir. Aktif di organisasi mahasiswa STEI sebi yait (Majelis Musyawarah Mahasiswa) yaitu badan tertinggi mahasiswa di STEI SEBI.

Lihat Juga

Sabar

Figure
Organization