Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mengutip Tarbiyah (Berkarya di Ranah-Fitrah)

Mengutip Tarbiyah (Berkarya di Ranah-Fitrah)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Bismillahirrahmanirrahiim

Wajah-wajah yang khusyuk menghafalkan Al-Qur’an itu bukanlah para santri di sebuah pondok pesantren. Mereka juga bukan peserta pesantren kilat yang khas dilaksanakan di bulan Ramadhan. Bukan pula mahasiswa aktivis dakwah kampus yang sarat dengan terobosan dakwah. Asal tahu saja, para muslimah yang sedang asyik murajaah hafalan Al Quran itu adalah para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Johor yang tengah mengikuti lomba tahfidz juz 30. Suara mendengung bak lebah menggema dimana-mana, mengagungkan asma Allah dan kalamNya. (qonita)

dakwatuna.com – Kehidupan ini akan terasa nikmat bermanfaat dengan menuliskan setiap detik-detik hikmah perjalanan kehidupan kita yang bisa diserap manfaatnya untuk orang lain, untuk pembaca budiman yang penuh motivasi dalam aksi memperbaiki diri.

Sungguh berbeda tat kala seseorang berubah dari tahapan kehidupannya, mudah ke sulit beranjak sungguh, harus diisi dengan kesabaran.

Tak sabar maka dia akan hanyut terbawa kehidupan, yang pada tahapan seharusnya seseorang gemilang justru menjadi kehidupan yang hilang.

Pendekatan kepada Rabbnya akan sangat berharga, karena ia adalah bagian dari fitrah yang akan membawa kita, menuntun kita untuk terus bergelayut dalam setiap kegemilangan tahapan kehidupan kita, dan akhirnya setiap pundakan-pundakan yang dilalui akan terasa berarti seperti madu.

Liku-liku tahapan perjalanan seseorang akan berbeda namun akan sama makna tatkala visi dan misi nya adalah sama, kita bagian dari sekumpulan orang akan sangat bahagia karena kita membawa misi agung yang sesuai dengan fitrah kita, bukankah Tuhanmu tidak harus berada di satu tempat tertentu? Kuasanya yang tak terbatas mengharuskan kita membaur seperti zatNya yang selalu ada dalam setiap desah nafas di manapun kita berada, bahkan ketika desah itu tak ada.

Tak terbatas tempat, adalah kita.

Tak terbatas waktu, adalah kita.

Tak terbatas keadaan, adalah kita.

Kita tak terfragmentasikan, kita komprehensif.

Kita adalah penyeru dalam setiap penjuru nilai-nilai kehidupan, Karena Rasulullah SAW, diciptakan sebagai sesuatu yang komplit sebagai dai, pengusaha, politikus, panglima perang dan lain-lain kesempurnaan insani di dunia untuknya dariNya.

Dan di mana posisi kita berada sekarang, adalah sebuah perjuangan jika membawa semangat fitrah itu untuk terus menempa dan ditempa proses Tarbiyah karena ia akan membawa kepada derajat yang lebih tinggi.

Bukankah melewati Tarbiyah kita berilmu? Bukankah melewati tarbiyah kita berbagi? Bukankah melewati tarbiyah kita mengevaluasi diri?

Allah selalu pasti dengan janjiNya orang yang terus menuntut ilmu akan sampai kepada titik di mana kehidupannya penuh berkah, karena cerminan akhlaknya adalah dari ilmu yang dimilikinya.

Hambatan, tak perlu dirisaukan apalagi ditakuti karena ia menjadi sebuah keniscayaan seperti hukum alam yang berpasangan. Ia hanya perlu dinikmati dan dilewati untuk menghasilkan reward yang manis (disyukuri hati) walau pahit dalam pelupuk-pelupuk nilai duniawi.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Karyawan swasta di perusahaan tambang yang merasakan betapa rindunya #melingkar, karena kesempatan itu hanya bisa saya ikuti setiap 6 minggu sekali.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization