Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Setiap Orang Sedang Membuktikan

Setiap Orang Sedang Membuktikan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah maju, sejarah sudah panjang membentang dengan bukti-bukti, sepatutnya manusia mengambil banyak pelajaran untuk percaya dengan berita dan janji Tuhan pemilik kesempurnaan.

Hukum alam berlaku dengan sangat teratur, berkaitan, bertingkat-tingkat, sempurna tanpa sedikit pun cacat, hanya pengetahuan manusia sungguh lemah dalam menelusurinya. Alam makro begitu luas tak terjangkau ujungnya, alam mikro begitu kecil tak terlihat titik terkecilnya meskipun itu sangat dekat. Teknologi gelombang (dari keberadaan radio hingga handphone, dst) semakin memperjelas fakta penting bahwa di balik yang terlihat oleh mata ternyata ada eksistensi keterikatan kuat antar benda-benda yang terpisah oleh jarak maupun tidak. Teknologi kedokteran juga membuktikan adanya keterkaitan antara komponen diri yang secara awam seolah tidak terkait, misalnya kondisi psikologis manusia yang berakibat munculnya penyakit fisik. Menurut ragam pengetahuan manusia yang diperkirakan masih sangat terbatas itu, terkuak adanya tingkatan eksistensi. Sangat mungkin ditemukan tingkatan eksistensi yang lain manakala pengetahuan manusia berkembang lagi.

Sementara itu, sejarah sudah berlebih dalam menampilkan bukti akibat dari suatu tindakan, yaitu bagaimana para pelaku kejahatan cepat atau lambat diketahui mendapat akibat yang tidak menguntungkan bahkan mencelakakan.

Dari point-point singkat di atas, manusia tak bisa hanya percaya dengan apa yang dilihat, diraba dan didengar saja. Manusia seharusnya sadar akan adanya tingkatan-tingkatan eksistensi yang saling berkaitan sehingga terjadilah hukum sebab-akibat yang menyeluruh hingga menyentuh aspek baik buruk, di mana kebaikan berakibat kebaikan, keburukan berakibat keburukan seperti yang diberitakan Tuhan.

Tuhan Pasti Menegakkan HukumNYA

Di dalam Al Quran, sudah terang tertulis bahwa langit bertingkat-tingkat. Dan akibat dari kebaikan atau keburukan pasti akan terjadi di dunia, sebelum terjadi lagi di akhirat. Dan sekecil apapun perbuatan, akan ada akibatnya.

Memang ada sebagian fenomena yang terjadi di sekitar kita yang apabila tidak dicermati, maka kita akan berpikir bahwa hukum yang berlaku di dunia ini bak hukum rimba. Seolah siapa yang kuat akan memakan yang lemah. Seolah siapa yang terlahir hoki, selamanya akan hoki. Siapa yang terlahir sial, selamanya akan sial.

Tetapi Tuhan yang maha adil, tidak mungkin menciptakan hukum yang demikian. DIA menyayangi seluruh makhluk, DIA memperlakukan hambaNYA secara adil sesuai apa yang diperbuat oleh seorang hamba. Bahkan DIA maha pemurah dan maha mensyukuri sehingga satu keburukan hanya akan mendapat satu akibat buruk, sedangkan satu kebaikan akan mendapat akibat baik yang berlipat-lipat.

Membaca Hukum Sebab Akibat

Dalam konteks alam semesta yang tunggal dan menyeluruh ini berlakulah hukum sebab akibat yang diciptakan Tuhan. Komponen-komponen yang terlibat dalam ‘hukum sebab akibat’ adalah semua benda yang terlihat dan tak terlihat beserta semua gerakannya yang ada dalam himpunan alam semesta ini. Begitu luasnya komponen perhitungan hukum ini, menyebabkan manusia (yang terbatas pengetahuannya) sering kesulitan memperkirakan akibat-akibat. Hal tersebut memunculkan kosakata ‘tiba-tiba’, ‘kebetulan’, ‘ajaib’, ‘lagi sial/ hoki aja’, dan sejenisnya. Maka agar dapat berbuat secara tepat dalam hukum sebab-akibat, manusia perlu memahami ayat-ayatNYA yang merupakan sumber informasi menyangkut hukum itu, di antaranya dengan memahami sifat-sifat dari suatu ‘akibat’, sebagai berikut :

  1. ‘Akibat dari sebab’ bisa muncul secara langsung maupun tidak langsung, secara cepat atau lama, secara tunai atau bertahap. Untuk ‘akibat’ yang langsung, cepat dan tunai, manusia bisa dengan mudah memahaminya. Tetapi untuk ‘akibat’ yang tidak langsung dan lama, manusia butuh percaya bahwa semua yang terjadi adalah akibat dari masa lalu. Tuhan mengabarkan bahwa ada akibat yang langsung, ada yang ditunda, ada yang berlangsung perlahan-lahan, ada juga yang terjadi tiba-tiba dan terakumulasi pada satu waktu.
  2. ‘Akibat dari sebab’ bisa dimunculkan dari mana saja. Bisa melalui manusia (terpaksa atau sukarela, sengaja atau tidak), bisa melalui alam, atau bisa juga melalui gabungan antara manusia dan alam. Memang Tuhan menyuruh manusia menegakkan hukumNYA di muka bumi. Tapi seandainya manusia tidak ada yang sukarela menjalankannya pun, Tuhan tetap akan memunculkan ‘akibat’ melalui keterpaksaan / ketidaksengajaan manusia dan melalui alam dengan caraNYA sendiri, yang tetaplah Adil dan Penuh Syukur.
  3. ‘Akibat dari sebab’ tidak pandang bulu dan tidak mendendam. Seseorang yang melakukan kebaikan dan keburukan sekaligus, maka akibat yang akan diterima juga akan berupa kebaikan dan keburukan, meskipun kebaikan dan keburukan itu bisa muncul terpisah. Dan seseorang yang telah terbiasa melakukan keburukan, lalu ia sekali melakukan kebaikan, maka kebaikan itu tetap akan berakibat kebaikan meskipun berada di antara keburukan-keburukan dari kebiasaannya. Ini menunjukkan salah satu letak ke-mahaadil-an dan ke-maha teliti-an Tuhan.
  4. ‘Akibat dari sebab’ bisa muncul dalam berbagai bentuk atau keadaan. Di sini sebagian manusia sering keliru memahami hakikat dari suatu akibat, yaitu hanya melihat secara kasat mata. Misalnya selalu menggunakan unsur ‘harta’ sebagai tolok ukur utama, di mana harta mencerminkan kesenangan. ‘Akibat baik’ dipahami baik jika memunculkan harta sedangkan ‘akibat buruk’ dipahami buruk jika memunculkan harta. Untuk itu diperlukan ukuran yang nyata tentang apakah itu kesenangan dan apakah itu kebaikan.

Memilah Keadaan secara Tepat

Dalam membaca hukum sebab akibat juga perlu melihat dengan jernih tentang berbagai bentuk keadaan ‘sebab’ maupun ‘akibat’. Apabila diuraikan mungkin bisa berupa tabel kuadran berikut:

BAIK

BURUK

MENYENANGKAN

1

BATIN

2

BATIN
bersyukur kepada Tuhan senang atas musibah yang menimpa orang lain
berterimakasih atas kebaikan orang lain puas atau bangga diri sendiri
ketenangan batin keangkuhan diri
disyukuri orang lain karena berbuat baik disyukuri orang lain karena berbuat buruk
disukai orang lain karena berbuat baik ditakuti orang lain karena berbuat buruk
senang menyaksikan kesenangan orang lain dibanggakan orang lain karena berbuat buruk
cinta & kasih sayang dalam kebaikan puas menyaksikan kedukaan orang lain
semangat memperjuangkan kebaikan solidaritas dalam keburukan
mendapat kemudahan semangat memperjuangkan keburukan
merasakan kenikmatan dipuji orang lain secara berlebihan
dll dll
LAHIR LAHIR
sehat untuk kebaikan sehat untuk keburukan
makan & minum halal makan & minum haram maupun berlebihan
tercukupi kebutuhan hidup Mendapat uang atau penghasilan dari keburukan
Mendapat uang atau penghasilan dari kebaikan sex haram
sex halal bebas berbuat buruk
bebas berbuat baik banyak teman buruk
banyak teman baik memiliki generasi penerus keburukan
memiliki generasi penerus kebaikan lari dari masalah
berhasil menyelesaikan masalah mendapat hadiah undian dari / untuk keburukan
ringan masalah & tanggung jawab kemanusiaan lingkungan yang sama buruk
besarnya hak kemanusiaan dll
mendapat hadiah undian dari / untuk kebaikan
lingkungan yang baik
dll

BAIK

BURUK

TIDAK MENYENANGKAN

3

BATIN

4

BATIN
sabar dalam kebaikan kecewa pada Tuhan
dibenci orang lain padahal berbuat baik meratapi diri atau orang lain
rendah hati rendah diri
menyesal karena berbuat buruk dikutuk masyarakat karena keburukan
bersedih karena belum mampu berbuat baik dendam
tidak tenang dalam keburukan sakit hati menyaksikan kesenangan orang baik
menahan keinginan putus asa memperjuangkan kebaikan
dikhianati oleh keburukan berat untuk melakukan kebaikan
kebencian pada keburukan marah dan mengumpat
gagal dalam usaha kebaikan dll
dll
LAHIR LAHIR
sakit untuk menjadi lebih baik sakit akibat keburukan
masalah yang berat dalam kebaikan kekurangan makanan karena keburukan
berkorban untuk kebaikan masalah berat akibat keburukan
memikul tanggung jawab berkorban untuk keburukan
berbagi / membantu dalam kebaikan kehilangan kebaikan
bekerja dalam kebaikan bekerja dalam keburukan
mempelajari ilmu yang bermanfaat mempelajari ilmu keburukan
menjaga pola hidup sehat mengerahkan kemampuan untuk keburukan
mengerahkan kemampuan yang baik dll
disingkirkan dari lingkungan buruk
dll

Keseimbangan Hukum Sebab Akibat

Kebaikan berakibat kebaikan. Keburukan berakibat keburukan. Dan Tuhan menciptakan pasangan-pasangan, di antaranya adalah keadaan menyenangkan akan berpasangan dengan keadaan tidak menyenangkan. Menurut uraian kuadran di atas, maka kuadran 1 berpasangan dengan kuadran 3, sedangkan kuadran 2 berpasangan dengan kuadran 4.

Tuhan menyarankan manusia agar tidak hanya mengharap kesenangan dunia semata-mata, karena setelah kematian justru akan ada kehidupan akhirat yang lebih utama untuk menyempurnakan balasan perbuatan baik secara tanpa batas. Kesenangan dunia yang sifatnya sementara itu mampu melenakan manusia dalam mengejar kesenangan akhirat yang jauh lebih hebat, sehingga dikatakan bahwa kesenangan dunia itu adalah kesenangan yang buruk di kuadran 2.

Tuhan menyarankan manusia agar mengutamakan upaya atas kehidupan akhirat dengan tetap mengupayakan kesenangan dunia secara proporsional. Maka salah satu bentuk dari perpaduannya adalah kesenangan yang baik di kuadran 1.

Bagaimanapun saran Tuhan itu tidak menghalangi terlaksananya Hukum Sebab Akibat di dunia secara adil dan berpasangan. Karenanya bagi siapa yang hanya mengharap kehidupan dunia saja, maka dia pasti akan mendapatkan akibat dari perbuatannya sekecil apapun. Sedangkan bagi yang percaya kepada kehidupan akhirat, maka sebagian kesenangan dunia akan diinvestasikan untuk kesenangan akhirat. Pada akhirnya manusia menetapkan pilihan, apakah mau mengikuti saran Tuhan atau tidak.

Semua Orang Pasti Membuktikan

Ada tiga macam respon terhadap eksistensi hukum Sebab Akibat, yaitu yang percaya, yang ragu, dan yang tidak percaya. Karena hukum Tuhan berjalan pasti di atas hukum manusia, maka pada dasarnya manusia, secara sadar maupun tidak, suka atau tidak suka, adalah sedang dalam posisi membuktikan kebenaran hukum Tuhan melalui perbuatannya.

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan. (QS. Al Ahqaaf: 19)

Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (QS. Al Jaatsiyah: 22)

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Huud: 15-16)

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (QS. Al Israa’: 18-19)

Tulisan ini adalah interpretasi pribadi. Kesalahan adalah dari penulis, kebenaran adalah dari Allah.

Wallahu a’lam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Karyawan distributor telekomunikasi. Belajar memperkuat tauhid diri.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization