Topic
Home / Berita / Opini / Demokrasi Sambal Terasi

Demokrasi Sambal Terasi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Di sebuah pagi, Si Kabayan mengobrol dengan Pak RT. Dalam obrolannya, mereka menceritakan tentang segala rupa masalah, mulai dari kehidupan di desa hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pak RT bertanya, “Yan kenapa ya negara kita terus-menerus sakit?”

Si Kayaking menjawab, “Ya salah kita sendiri, setiap hari makannya sambal terasi”.

”Lho maksudnya?” Pak RT kebingungan.

”Iya pak negara kita ini setiap hari makan sambal terasi terus jadi perutnya sakit terus”, si Kabayan menjelaskan.

“Memangnya negara kita bisa makan sambal terasi?” Pak RT semakin bingung.

“Bapak ini bagaimana kan negara kita memang negara sambal terasi (baca: demokrasi)” Tungkas Si Kabayan.

Negara kita saat ini masih menggunakan sistem demokrasi yang justru membuat kita semakin terpuruk dengan krisis multidimensional yang tak kunjung usai. Setiap orang harus “berkaca”, apakah telah menjadi solusi sistem yang kita pakai selama ini? Demokrasi di Indonesia baru bisa menjadi “sambal terasi” yang membuat perut kita sakit, betapa tidak saat ini hanya bagian tubuh atas yang merasakan nikmatnya, sedangkan yang di bawah sakit dan menderita. Kekayaan negara yang dijuluki ”Zamrud Khatulistiwa” yang apabila kita menanam tongkat saja itu bisa menjadi tanaman, kini hampir habis. Kekayaan kita yang melimpah ini hampir habis bukan karena telah merata dirasakan oleh 200 juta rakyatnya, melainkan hanya dinikmati oleh segelintir orang yaitu para penguasa dan pengusaha asing. Coba kita tengok di Papua (Freeport) yang memiliki emas yang melimpah, namun dikuasai oleh perusahaan asing, sehingga banyak penduduknya yang justru hidup di bawah garis kemiskinan, ada yang kurang gizi, busung lapar, dan banyak lagi penderitaan yang saudara kita rasakan. Sungguh ironi.

Bush pernah menyatakan bahwa, “Demonstrasi adalah tanda sehatnya demokrasi”. Secara teoritis, demokrasi memang menjamin salah satunya adalah kebebasan menyatakan pendapat. Dalam tataran politik, meski tidak selalu konsisten beberapa negara yang memakai sistem demokrasi seperti AS, Eropa, termasuk Indonesia telah menjalankan kebebasan dalam menyatakan pendapat ini bagi rakyatnya. Di antaranya dengan membiarkan rakyat melakukan demonstrasi, terutama dalam merespon berbagai kebijakan pemerintah yang dipandang tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Di Amerika misalnya, rakyatnya melakukan demonstrasi mengenai kebijakan Bush soal Perang Irak. Mereka meminta agar pemerintah segera menarik tentaranya di Irak yang telah hampir tiga ribu tentara yang telah tewas. Namun protes yang telah berlangsung lama itu tidak pernah digubris oleh pemerintahan Bush. Maka kebebasan demonstrasi ini hanya menjadi hal yang kosong, betapa tidak ini berarti bahwa “Silakan saja rakyat berteriak, tetapi keputusan jalan terus, terserah penguasa tanpa perlu lagi mendengar suara hati rakyat”.

Sudah jelas bahwa demokrasi saat ini hanya demokrasi yang penuh dengan kebohongan. Demokrasi yang tidak pernah berpihak pada kehendak dan kepentingan rakyatnya, dan hanya berpihak pada penguasa, pengusaha, dan negara-negara kapitalis. Semoga kita segera lepas dari jeratannya.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...
Saya dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan taat. Selalu ingin berbuat bagi sesama sesuai dengan kapasitas yang saya miliki, semoga waktu yang saya miliki dapat saya manfaatkan sebaik-baiknya. Kini saya aktif mengajar dan membina majelis ta'lim remaja.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization