Topic
Home / Pemuda / Essay / Jika Mereka Bertanya: “Kenapa Aku Berjilbab?”

Jika Mereka Bertanya: “Kenapa Aku Berjilbab?”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (qimta.devianart.com)

dakwatuna.com – “Wahai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin ‘hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ’ yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. Al-Ahzab: 59)

Jika mereka bertanya, kenapa aku berjilbab?

Aku jawab:

1. Karena aku merasa aman ketika memakai jilbab

Suatu ketika aku bertemu dengan adik Omdaku yang awalnya tidak memakai jilbab, lalu ketika kami bertemu saat itu, dia telah memakai jilbab (benar-benar makin cantik). Merasa penasaran akan perubahan pada adikku ini, iseng-iseng aku ajak ngobrol adikku yang satu ini

“Dek, makin cantik aja deh sekarang…sejak kapan pake jilbab?”

“Alhamdulillah mbak… sejak beberapa hari yang lalu” dia menjawab malu-malu.

“Kalo boleh tau, gimana awal mulanya kok kamu memutuskan memakai jilbab?”

“Itu mbak, tiap hari jumat kan di kampus ada hari jilbab dan koko, trus aku coba-coba pake jilbab mbak. Pas sampe di kelas tuh teman-teman pada ngeledekin. Aku jadi ngerasa gimana gitu mbak…tiba-tiba ada temen cowok yang mau mukul bahuku (biasanya udah biasa sih…soalnya kami udah akrab banget). Eh… tiba-tiba ada teman cowok lainnya yang mencegahnya, dan dia bilang gini ‘jangan gitu Bro…Dia kan udah pake jilbab, masa lo asal pukul sih…jangan sembarangan Bro’ aku kaget banget mbak, mereka begitu menghormati dan melindungi wanita yang memakai jilbab, mereka juga lebih menjaga jarak dan lebih sungkan sama aku. Kayaknya lebih enak pake jilbab deh… lebih aman… Makanya aku memutuskan untuk memakai jilbab. Mohon doanya ya mbak biar aku tetap istiqamah”.

“Amin… iya dek, insya Allah (dalam hati aku mengucapkan subhanallah…Alhamdulillah ya Allah…)”

Jika mereka bertanya, kenapa aku berjilbab?

Aku jawab:

2. Aku ingin menghargai hak orang lain

Hak orang lain? Ya… benar aku ingin menghargai hak orang lain yang telah berusaha susah payah menjaga pandangannya dan menjaga hatinya. Ada sebuah tulisan seorang temanku di blognya, dia berpendapat bahwa dia tidak peduli para perempuan mau memakai rok di atas lutut, di atas paha atau tidak memakai sama sekali, itu hak mereka. Tapi, seharusnya mereka sadar bahwa ada hak orang lain yang juga harus mereka hargai. Mereka harus menghargai hak orang lain yang ingin mensucikan pandangan dan hati mereka. Sebagai seorang laki-laki yang termasuk shalih menurutku, temanku ini terlihat geram dalam tulisannya terhadap wanita-wanita yang tidak sadar telah mengambil hak mereka. Meskipun aku sendiri adalah seorang wanita, ketika aku membaca tulisan temanku ini, aku membenarkan pendapatnya. Sebab pada zaman sekarang ini banyak sekali wanita yang dengan tanpa malu memamerkan aurat mereka. Apabila terjadi tindak pelecehan misalnya, mereka akan cenderung menunjuk kaum Adam sebagai pihak yang p aling bersalah. Sedangkan mereka sendiri tidak mengoreksi diri sendiri bahwa mereka juga ikut andil dalam hal tersebut (terlepas dari kasus lain di mana kaum wanita yang teraniaya).

Guruku pernah mengatakan bahwa setiap sesuatu yang ada pada wanita itu menjadi menarik di mata laki-laki. Ujung kuku wanita saja dapat memancing syahwat laki-laki, apalagi bagian-bagian lain dari wanita yang memang secara langsung dapat menimbulkan syahwat yang besar.

Jika mereka bertanya, kenapa aku berjilbab?

Aku jawab:

3. Ini adalah kewajiban setiap wanita dan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an yang telah dikutip di awal tulisan ini.

Pada suatu ketika aku berbincang-bincang dengan temanku yang satu departemen denganku. Temanku yang satu ini sangat aktif dan kritis (aku berharap dia dapat menjadi sahabat shaddiqku). Temanku ini bercerita bahwa ketika dia masih kecil dulu, dia mengira bahwa memakai jilbab itu adalah sunnah, bukan suatu kewajiban. Jadi, apabila dia tidak memakai jilbab tidak akan dosa. Sampai akhirnya dia paham dan mengerti bahwa berjilbab itu wajib bagi semua wanita muslim. Kemudian setelah dia mengetahui hal tersebut, dia menyampaikan keheranannya kepada ibunya. Kenapa ada beberapa tantenya yang tidak memakai jilbab, padahal di Al-Qur’an telah dijelaskan sejelas-jelasnya bahwa berjilbab dan menutup aurat itu wajib bagi setiap wanita mukmin. Ibarat kalau orang mau naik pesawat, maka wajib membeli tiket. Apabila tidak memiliki tiket, maka tidak boleh naik pesawat. Karena tiket pesawat adalah syarat wajib yang harus dipenuhi apabila ingin naik pesawat. Perumpamaan ini bisa dianalogikan dengan kewajiban memakai jilbab dan menutup aurat bagi setiap wanita mukmin. Apabila dia mengaku sebagai wanita mukmin maka dia harus berjilbab dan menutup aurat sesuai dengan perintah Allah.

Jika mereka bertanya, kenapa aku berjilbab?

Aku jawab:

4. Aku ingin menjaga kesucian diri dan kesucian hati untuk orang yang akan menjadi suamiku nanti.

Aku memiliki seorang teman satu organisasi yang kelihatannya sangat ngebet untuk menikah, padahal dia masih satu angkatan denganku (weleh-weleh…). Dia selalu mengatakan bahwa dia akan melakukan OR (Open Reqruitment) calon istrinya ketika dia berumur 23 tahun dan pada umur 25 tahun adalah penentuannya. Jadi, proses seleksinya membutuhkan waktu 2 tahun (ce’ileh). Aku dan teman-teman hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak yang satu ini. Namun ada satu kalimat darinya yang membuatku tertarik mendengarkannya, dia berkata seperti ini.

“Teman-teman…jika kalian ingin memiliki pasangan yang baik (terutama agamanya), ga usah pusing-pusing. Jadikanlah diri kalian menjadi baik maka kalian akan mendapatkan pasangan yang baik pula.”

Subhanallah… ini sesuai dengan janji Allah dalam Q.S An-Nur: 26.

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula…”

Kadang banyak orang yang mengharapkan suami shalih sedangkan dirinya sendiri tidak berusaha untuk menjadi shalihah. Ada pula yang menginginkan suami yang tidak pernah pacaran, tapi dirinya sendiri sudah puluhan kali berpacaran. Na’udzubillah…

Bukankah janji Allah sudah jelas? Oleh karena itu, karena aku ingin mendapatkan suami yang selalu menjaga kesucian diri dan hati, maka aku juga harus berusaha untuk selalu menjaga kesucian diri dan hatiku pula.

Menjaga aurat bagi kaum wanita adalah upaya dalam menghargai hak laki-laki yang selalu berusaha menjaga pandangan dan hati mereka. Namun laki-laki juga harus menghargai hak wanita yang selalu ingin menjaga pandangan dan hati mereka dengan cara tidak selalu tebar pesona dan mengeluarkan kata-kata gombal yang dapat merusak kesucian hati wanita (jangan hanya meminta wanita untuk menghargai hak kalian, tetapi kalian para kaum Adam juga harus menghargai hak wanita). Percayakah kalian wahai kaum Adam bahwa perbandingan nafsu laki-laki dan wanita adalah 1:9?

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (30 votes, average: 9.73 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi S1 Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 47 yang berasal dari pulau garam Madura.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization