Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bekerja di Bank “Syariah”

Bekerja di Bank “Syariah”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (Kontan)

dakwatuna.com – Teman: ….But u work in BANK which is the work releted with INTEREST,…..why u not leave job and be a house wife and follow Islam well

Saya: im work in Bank Syariah…

teman: really funny

Saya : not interset but margin……

Teman : really funny islamic

Saya : why?

Teman : becoz…some say intrest …some say benfit …and islamic bank now i hear from u …say margin …alll r same

Teman: just name is diffrent and way is diffrent …SO FUNNY USE OF ISLAM

Saya: well, it is your opinion so I will not discuss it. everyone is entitled to have his own opinion…..up to u

Saya: can i ask u?

Teman: ha ha….its not my opinion …..u like to follow Islam in ur own way …thats the reality

Teman: what u wanna ask ?

Saya: if u dont believe Syariah Bank, what do you use to save money? for the transaction?????

Saya: what you think you’re right if you do not believe in sharia bank???

Teman: in Islam they said to save money in BANK ?

Saya: have you really understand that you said that the Islamic banks as well as conventional????

Teman: I understand but not like u ..by getting money from the bank and by working for them

Saya: actually, Initially I also thought the same as you….

Teman: But then when u hear them and get the payment from them u change

Saya: but, after i konw…it is different….

Saya: Iwanted to explain it to you but my english is not good so can not explain it well…..

Teman: ha ha….yea for u ..its different….but for me its same…some as intrtest ..some as benefit and u as margin

Saya: forget it….

Teman: Yes becoz u r paid by them …and u want to do job and also want to follow Islam in real…CAN NOT okk

 

dakwatuna.com – Percakapan di atas terjadi pada saat saya hobby chat dengan tujuan belajar bahasa inggris…. Sebuah percakapan yang membahas tentang Bank Syariah. Saat itu saya termasuk masih baru di tempat saya bekerja, sangat sedikit yang saya ketahui tentang Bank Syariah itu sendiri, yang saya tahu dari Murabbi saya saat ingin bekerja di tempat itu adalah bahwa memang “belum” ada Bank yang benar-benar menerapkan prinsip syariah sehingga tidak masalah jika kita bekerja di tempat tersebut karena memang belum ada yang lain. Hanya itulah bekal yang saya miliki saat bekerja di sana. Sedikit bertanya kepada teman-teman tentang perbedaan Bank Syariah dan Konvensional. Saat itu saya ditegaskan tentang Akad. Bahwa yang membedakan adalah akadnya, ibarat hubungan antara yang sudah menikah dengan yang belum. Yang membedakan antara keduanya hanya pada akad. Seperti itulah penjelasan yang diberikan kepada saya dan saya pun merasa sedikit mengerti. Kemudian beberapa kebijakan kantor yang menurut saya memang berbeda dengan konvensional. Sehingga dengan “PD”nya saya begitu yakin akan penerapan Syariah itu dan begitu “PD”nya ingin meyakinkan kepada teman saya tersebut tentang perbedaan itu. Sampai suatu hari saya diutus oleh kantor untuk mengikuti Pelatihan yang di dalamnya dijelaskan tentang Syariah. Begitu terkejutnya saya saat mengikuti pelatihan tersebut, saya menilai bahwa Bank tempat saya bekerja tidak ada bedanya dengan Bank Konvensional. Hanya nama saja yang berbeda dan peserta pelatihan yang lainpun merasa seperti itu. Saya sangat takut dan terkejut. Saya berfikir bahwa ternyata selama ini apa yang saya makan, pakai, dan yang saya berikan kepada adik saya berasal dari hasil Riba??? Na’udzubillah….

Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 275:

Orang-orang yang makan (mengambil) ribatidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya

Siapa yang tidak takut membaca firman Allah ini??? Saya pun sangat takut. Untuk apa tarbiyah yang selama ini saya ikuti ketika ternyata pendapatan saya berasal dari Riba??? Saya benar-benar malu kepada teman saya itu. Itu adalah respon awal saat mengikuti pelatihan. Hari kedua pelatihan, memberikan sedikit pencerahan (weits, lampu kali he….). Ada perkataan dari pemateri yang selalu saya ingat, kurang lebih seperti ini,

“ …Bank Syariah sekarang ini memang masih sangat jauh dari Syariah sebenarnya, bahkan ketika masyarakat menganggap bahwa Bank syariah sama halnya dengan bank konvensional, hanya istilahnya saja yang berbeda, itu bisa dibenarkan tapi karena itulah, marilah kita berusaha untuk menebarkan pemahaman Syariah kepada masyarakat dan menerapkan syariah yang sebenarnya, bantulah kami…”

Subhanallah, “….bantulah kami…” kata-kata itu selalu saya ingat, beliau yang tidak “tertarbiyah” saja begitu gigih memperjuangkan syariah Islam di bidang ekonomi, kenapa kita tidak??? Kenapa tidak pernah terpikirkan oleh kita untuk berdakwah di bidang ini??? Bukankah bidang ini adalah salah satu bidang yang amat penting??? Dari situlah saya berniat untuk serius di bidang ini, berdakwah di bidang ini…

Ingin rasanya saya menjelaskan hal ini pada teman saya itu bahwa pendapatnya mungkin benar  tapi keliru, benar ketika dia menganggap bahwa Bank Syariah sama dengan Bank Konvensional karena memang tidak diterapkan tapi keliru besar karena Bank Syariah sangat berbeda dengan Bank Konvensional dan ingin saya yakinkan padanya dan semua orang bahwa suatu saat nanti kita bisa menerapkan Syariah dengan sebenarnya. Insya Allah

Rasa takut dan cemas itu tetap ada tapi kemudian saya berpikir bahwa mungkin Allah memberikan amanah ini untuk saya karena saya memiliki hubungan dekat dengan komisaris Bank tempat saya bekerja. Teman saya pun berpendapat seperti itu dan memberikan semangat. Kemudian saya menyampaikan hasil pelatihan ke pimpinan saya, di luar dugaan saya tentang tanggapan pimpinan saya. Beliau mengatakan

“…memang seperti itu, saya pernah menyampaikan hal tersebut kepada direktur utama tapi tidak ditanggapi”.

Hal tersebut membuat semangat saya down akan tetapi pimpinan saya mengatakan bahwa ada orang lain yang punya niat untuk menerapkan syariah yang sebenarnya. Hal itu memberikan kekuatan kepada saya untuk tetap bertahan di tempat itu karena saya merasa ada teman yang memiliki niat yang sama.

Sekali lagi kuyakinkan pada diriku sendiri bahwa semua yang dilakukan tergantung dari niat kita, bahwa semua yang kita jalani merupakan sarana untuk beribadah kepada Allah SWT, merupakan sarana yang dapat kita gunakan untuk mendapat Ridha Allah SWT.

Karena itu wahai ikhwah fillah, perbaiki dan jagalah selalu niat kita. Ketika engkau berada pada fase belajar, maka niatkanlah untuk mendapat ilmu sehingga bisa bermanfaat untuk orang lain bukan hanya sekadar mengejar nilai…jika engkau sebagai guru maka niatkanlah untuk membagi ilmumu kepada orang lain sehingga bermanfaat untuk orang lain, bukan hanya sekadar ingin mendapatkan gaji. Begitu pun dengan saudaraku yang bekerja di Lembaga Keuangan Syariah, saya yakin bahwa teman-teman juga memiliki pemikiran dan kekhawatiran seperti saya tapi mungkin ini adalah amanah yang diberikan Allah kepada kita Insya Allah. Sulit tapi Bisa….. Walaupun kita merasa sangat sulit sekarang ini karena fikrah masyarakat masih fikrah Konvensional tapi justru itulah tugas kita untuk meluruskan fikrah mereka seperti perjuangan Rasulullah dalam mengeluarkan umat jahiliyah menuju umat yang penuh cahaya. Wallahu’alam.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 9.83 out of 5)
Loading...

Tentang

Bekerja di Bank Syariah. Aktif di Iqro' Club di salah satu kota Jawa Timur.

Lihat Juga

Fintech Bagi Muslim

Figure
Organization