Topic
Home / Berita / Opini / Mengusap Air Mata Rohingya

Mengusap Air Mata Rohingya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Gumpalan debu yang menjadi daki adalah makanan, Air mata dan keringat yang asin adalah air minum, Tetesan darah karena kematian dan luka adalah tinta yang menggoreskan kepahitan”.

Walaupun terlihat “lebay” namun sedikit banyaknya sajak tersebut menggambarkan bagaimana keadaan dan perasaan saudara-saudara kita yang berada di Myanmar, tepatnya etnis minoritas Rohingya. Etnis ini merupakan etnis muslim yang berada di daerah perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Pemerintah Myanmar menyebut mereka sebagai penduduk ilegal yang datang dari Bangladesh. Ketika mereka mencoba kembali untuk datang ke Bangladesh, mereka juga ditolak. Penolakan oleh kedua penduduk asli ini disebabkan karena perbedaan budaya dan karena etnis Rohingya yang beragama Islam. Padahal menurut laporan disebutkan bahwa sudah terdapat sebanyak 8 juta orang Rohingya yang tinggal di Myanmar. Hal inilah yang membuat mereka sering disebut sebagai bangsa yang tidak bertanah air.

Akhir- akhir ini sebagaimana banyak pemberitaan yang menyampaikan telah terjadi pembantaian etnis Rohingya tersebut yang dilakukan oleh penduduk Budha yang mendapat dukungan dari militer Myanmar. Awal pembantaian yang dilakukan pada akhir-akhir ini disebabkan karena kemarahan oleh penduduk asli setempat karena mendapat kabar seorang wanita dari mereka diperkosa oleh 3 laki-laki Rohingya. Menurut berita yang beredar terakhir sudah ratusan orang Rohingya yang tewas dan puluhan ribuan orang yang tidak memiliki tempat tinggal.

Etnis Rohingya saat ini diibaratkan seperti binatang yang terus diburu. Bahkan ada kabar yang menyebutkan bahwa pemerintahan yang berkuasa di Myanmar sekarang, ingin melakukan pembersihan terhadap etnis ini.  Kasus pembersihan ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM. Orang-orang Rohingya sama seperti kita, yaitu manusia, tidak pantas diperlakukan layaknya binatang. Bahkan pembantaian terhadap binatang seperti orang hutan saja di Kalimantan banyak yang mengutuk. Apalagi membantai manusia. Di zaman yang katanya HAM dijunjung tinggi, tidak diperbolehkan lagi adanya rasisme, tapi kenapa tindakan seperti ini tetap terjadi dan dibiarkan? Apakah karena orang Rohingya yang warna kulitnya lebih gelap serta memiliki budaya dan keyakinan yang berbeda dengan penduduk asli tersebut mereka boleh dibasmi? Apakah relevan dengan nilai yang telah disebutkan di atas tadi? Orang-orang Rohingya punya hak buat hidup tidak sepantasnya tindakan seperti ini mereka terima. Dari kejadian ini terindikasi bahwa posisi umat Islam minoritas yang ada di beberapa negara masih terancam keadaannya karena berkembangnya penyakit Islamophobia (ketakutan terhadap Islam).

Nah yang menjadi perhatian kita saat ini, apakah benar posisi umat Islam itu sebegitu menakutkan dan berbahaya sekali? Apakah ini sebuah bukti betapa sulitnya umat Islam itu hidup di bawah kepemerintahan Non-Islam? Ataukah kita sebagai umat Islam yang harus introspeksi diri. Sedikit menelisik firman Allah yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 120:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. Dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”

Dari ayat di atas bisa kita lihat bahwa, posisi umat Islam diibaratkan seperti tidak disukai oleh umat non muslim (kafir). Orang-orang kafir akan selalu berusaha untuk membuat umat Islam meninggalkan Islam itu sendiri. Berbagai cara akan mereka lakukan, atau dengan bahasa lain orang-orang kafir tidak suka dengan keberadaan Islam itu sendiri. Sehingga kejadian yang terjadi di Rohingya sekarang bisa jadi disebabkan memang karena perasaan tidak suka umat non muslim tersebut terhadap keberadaan Islam.

Namun di sisi lain sebagai umat Islam kita tentu juga harus introspeksi diri. Sudah jelas bahwasanya Islam itu adalah agama yang membawa kedamaian, namun kenapa kasus seperti Islamophobia itu masih berjangkit saat ini? Ini adalah pertanyaan yang meski kita jawab. Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa secara substansi yang diajarkan Islam itu benar-benar membawa kedamaian bagi manusia dan merupakan rahmat bagi sekalian alam. Tetapi terkadang yang membuat substansi itu berubah di mata orang-orang non- muslim itu adalah karena tingkah dari beberapa oknum yang beragama Islam (menyebutkan mereka Islam) yang tidak sesuai dengan substansi itu, seperti tindakan terorisme, kekerasan dan tindakan lainnya yang bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Termasuk pada kasus pembantaian yang terjadi terhadap etnis Rohingya, sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa menurut kabar yang beredar yang menjadi pemicu terjadinya kasus pembantai di Myanmar akhir-akhir ini adalah gara-gara kasus pemerkosaan. Inikan sudah jelas bahwa sebenarnya yang salah itu bukan Islamnya, tetapi perilaku dari orang Islam itu sendiri. Secara jelas dalam Islam itu pemerkosaan dilarang tetapi kenapa masih dilakukan? Di sinilah yang harus menjadi introspeksi bagi kita umat Islam, agar melaksanakan Islam itu secara kaffah dan benar.

Walaupun sebenarnya sedikit kita sayangkan kelihatannya kasus pemerkosaan ini cuma dijadikan alasan untuk misi pembersihan etnis tersebut. Secara logika kasus pemerkosaan itu melibatkan individu, bagi negara yang memiliki hukum yang harusnya dihukum adalah orang yang melakukan tindak pemerkosaan itu saja, kalau memang yang melatarbelakanginya hanyalah kasus pemerkosaan tadi.

Bicara lebih lanjut tentang pembantaian tersebut, sebenarnya kasus ini adalah kasus yang melanggar Hukum dan HAM. Sudah seharusnya tindakan ini segera diselesaikan agar tidak bertambahnya korban. Dilihat dari perkembangan yang terjadi saat ini sudah ada beberapa pihak yang bersuara untuk menyelesaikan peristiwa ini seperti ASEAN. Namun masih banyak kita lihat pihak/lembaga berwenang seperti PBB dan negara lainnya dunia yang masih berdiam terhadap kasus ini. Kebanyakan dari mereka hanya bisa menyampaikan ucapan simpati, namun tidak diikuti oleh tindakan kongkret termasuk negara-negara Islam sendiri, yang di dalamnya juga tergabung di Indonesia.

Nah, kita sebagai umat Islam bagaimanakah menanggapi kasus ini. Menelisik firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 54 yang artinya:

“ Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui”

Dalam kutipan ayat di atas disebutkan bahwa kita diperintahkan untuk bersikap tegas terhadap orang-orang kafir. Nah sudah seharusnya kita juga bersikap tegas terhadap tindakan yang dilakukan oleh penduduk asli Myanmar tersebut terhadap saudara kita etnis Rohingya.  Hendaknya kita berkontribusi aktif untuk mencegah kemungkaran ini. Berbagai cara banyak bisa kita lakukan mulai dari menyumbangkan tenaga, harta benda, serta pemikiran kita untuk mendesak pihak yang berkuasa untuk bertindak tegas terhadap kasus ini. Dan kita berharap pihak-pihak yang berkuasa tersebut seperti pemimpin-pemimpin negara Islam, negara yang katanya menjunjung tinggi HAM, serta PBB juga bertindak tegas terhadap kasus ini. Sudah saatnya kita mengusap air mata saudara kita yang ada di Myanmar saat ini. Kita mesti berbagi keindahan di bulan suci Ramadhan. Saudara kita di sana butuh ketenangan untuk menjalankan ibadahnya. Doa kepada Allah juga tidak lupa kita panjatkan, karena semuanya akan terjadi hanya dengan pertolongan Allah SWT.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa, Peserta PPSDMS Nurul Fikri Angkatan VI dan Kadept SKIS FSI FEUI.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization