Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Targetku, Apa Kabarmu?

Targetku, Apa Kabarmu?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Ramadhan perlahan bergegas, menjauh. Aku sadar dan paham betul bahwa ia akan meninggalkanku, kita semua. Lalu ku beranjak mengambil catatan kecilku dengan malu-malu. Pandanganku tertuju pada satu halaman yang penuh dengan poin-poin dan disertai tanda-tangan semacam perjanjian.

Kamar imajinasi, 18 Agustus 2012

Tilawah Al Qur’an …. satu kali khatam

Aku tidak terkejut sama sekali. Aku ingat betul akan targetan yang kubuat itu. Namun aku layaknya seorang anak yang tidak tahu malu, berbuat semauku. Aku bukannya mendekat untuk menyelesaikan ia dengan terhormat layaknya sebagaimana aku menyelesaikan laporan praktikumku sehari-hari di kampus. Aku malah ogah-ogahan, seolah aku tidak punya tanggungjawab menuntaskan targetan itu. Seolah menganggap itu hanya coretan kecil tak bermakna yang ditulis ketika gundah melanda. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang diinginkan dan apa yang terjadi dengan diri. Dan hari ini? Sudah masuk Ramadhan ke 24, sementara jika diperhitungkan aku tidak akan mampu menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Ia hanya akan tercapai jika aku sedikit saja menghilangkan rasa ego dan malas. Ya, aku benar-benar mengerti apa solusi untuk setiap permasalahanku. Namun aku banyak berpikir dan menuntut orang lain. Maaf.

Aku lanjut ke target yang kedua, tambah hafalan …. surah

Untuk yang ini aku pun tidak menunjukkan ekspresi penyesalan akan kondisiku hari ini. Satu pun belum ada yang kuselesaikan sampai di 5 Ramadhan terakhir ini. Aku sedikit membela diri dengan aktivitasku yang cukup banyak di Ramadhan kali ini. Banyak hal yang harus kupersiapkan terkait perkuliahanku.

Kemudian aku membuat target sedekah …..  hari

Aku bisa sedikit tersenyum untuk yang ini. Walau minim, aku masih bisa menutupinya. Yah, berutang sekalipun tidak masalah karena aku paham betul akan kemuliaan bersedekah di bulan ini. Aku semakin sadar bahwa kaya mulia itu lebih baik daripada miskin mulia.

Lalu, tarawih, Dhuha, tahajud setiap hari…

Aku mulai berpikir, apakah ini terlalu berlebihan? Namun kupikir tidak. Aku benar-benar ingin berubah kala menuliskan ini. Aku ingin menjadikan hari-hariku di bulan Ramadhan penuh dengan ibadah. Hari ini? Kudapati banyak yang tidak tertutupi. Ada banyak lubang di sana-sini, targetan itu sangat jauh dari diriku hari ini. Astaghfirullah…

Terakhir, pada baris paling bawah ada tulisan, mendoakan orang-orang yang dicintai dan orang-orang yang tidak mencintaiku sekalipun.

Aku ingat betul kapan terakhir kali aku mendoakan orangtua dan orang-orang yang kukasihi, namun parahnya aku lupa kapan terakhir aku mendoakan mereka. Orang yang tampaknya sering memperlambat urusanku. Lagi-lagi, astaghfirullah.

Dan Ramadhan tidak bisa diajak kompromi untuk terus menemaniku di sini sampai aku mencapai target ini semua. Aku yang harus mengupayakan agar di sisa Ramadhan tahun ini bisa menuntaskan target itu yang bagiku lebih dari sekadar coretan dan aktivitas tanpa makna. Namun bagiku ia mampu membantuku mencapai derajat taqwa. Aku tertunduk. Malu. Malu pada diri sendiri dan pada Rabbku. Ampuni aku ya Rabb.

Aku teringat dengan ceramah Ustadz di masjid sebelum shalat tarawih, “Bagaimana seseorang bisa tidur nyenyak di malam hari sementara kematian semakin mendekat?”.

Semoga keegoan dan kemalasan ini bisa terhalaukan oleh keyakinan akan adanya kematian di mana pada hari itu diri tidak akan mampu lagi berbuat apa-apa untuk menutupi semua dosa-dosa.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (11 votes, average: 8.82 out of 5)
Loading...
Mahasiswi tingkat akhir Universitas Negeri Medan, aktif di LDK sebagai staff Dept. Rekrutmen dan Pembinaan Kader.

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization