Topic
Home / Berita / Opini / Kartun, Serangan Awal Pada Anak

Kartun, Serangan Awal Pada Anak

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Semua orang pernah pasti pernah melihat kartun lucu di televisi atau komik. Kartun memang seyogianya tercipta untuk anak-anak dengan gambar yang lucu dan berbagai cerita ringan yang mudah diterima anak. Kartun juga cepat sekali diserap oleh anak karena ceritanya yang sesuai dengan alur logika dan bahkan seringkali ditiru. Hal tersebut disebabkan karena kecenderungan secara terus-menerus untuk menonton kartun sehingga dapat menjadi “makanan sehari-hari” untuk otak.

Nah, masalahnya adalah apa yang sehari-hari diserap oleh anak-anak yang merupakan calon pejuang Islam ini? Apa yang selama ini mereka tonton, mereka baca, dan mereka tiru dapat mengantarkan mereka menjadi insan-insan pembela agama Allah yang rindu mati syahid atau menjadi cendikiawan penyingkap ilmu yang digunakan untuk mensyukuri kebesaran Allah?

Sebagian besar orang menganggap bahwa hal tersebut merupakan hal yang simple, sepal, dan remeh. Tetapi siapa sangka, bahwa hal yang sering dianggap sebelah mata tersebut ternyata dapat menyebabkan kehancuran yang berdampak sistemik bagi pemikiran anak. Otak manusia terutama anak-anak sangat mudah untuk menyerap informasi. Apapun yang sering masuk ke otak, baik lewat tontonan, bacaan, musik, atau pun suara, akan dapat mempengaruhi pemahaman, pemikiran, dan kepribadian. Anak yang sering mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi akan menghasilkan output yang berbeda dengan anak yang setiap harinya main game online dan nonton televisi. Terkecuali apabila menonton televisi dan mainan game yang bermuatan Islam dan tentunya tidak melalaikan dari kewajiban-kewajiban sebagai umat Islam.

Muatan berbahaya yang diselipkan dalam kartun untuk tontonan dan bacaan anak, di antaranya adalah:

1. Kekerasan (Violence)

Seringkali tontonan dan komik bergambar kartun memuat unsur kekerasan dan kriminalitas. Contohnya adalah Tom and Jerry yang selalu berkelahi dan memuat unsur perpecahan.

Ada juga tokoh-tokoh pada kartun bermandikan darah, saling memukul, membunuh, dan menghancurkan seperti One Piece, Naruto, Bleach, dan lainnya. Adegan-adegan mengerikan tersebut dengan cepat diserap oleh otak anak dan otak pun akan memberikan stimulus untuk melakukan hal yang serupa dengan adegan yang telah diperhatikan tersebut. Hal ini tercermin dari kasus anak yang meniru gulat SmackDown dengan menindih temannya sendiri melalui tontonan kartun SmackDown melalui internet.

Tayangan SmackDown boleh dibilang efektif merangsang ‘insting binatang’ dari manusia. Pakar pendidikan Arief Rachman menuturkan adegan kekerasan yang ditayangkan televisi sangat efektif merangsang insting manusia yang paling rendah yang menyamai binatang. “Insting ini yang paling berbahaya,” katanya. (Koran Tempo, 29 November 2006).

2. Racun-racun sekuler

Sekuler merupakan paham yang memisahkan agama dari kehidupan dunia. Hal ini justru sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam yang mengatur manusia secara kaffah (menyeluruh). Kartun pada tontonan dan bacaan anak seolah berlomba memberikan hidangan gaya hidup yang permisif dan hedonis. Di dalamnya seringkali terdapat adegan yang memperlihatkan unsur-unsur keterbukaan dalam pakaian, freesex, homoseksual, lesbian, gaya hidup barat, dan liberalisme. Kartun pun sangat mudah untuk didapatkan dan ditonton, misalnya melalui televisi, situs online, penjualan bebas, persewaan buku, dan download internet. Contoh kartun yang memperlihatkan sisi liberalism ada banyak, salah satunya adalah SpongeBob Squarepants. Di salah satu serial ceritanya, mengisahkan tentang SpongeBob dan Patrick yang menjadi orangtua untuk mengurus kerang kecil. SpongeBob menjadi ibunya dan Patrick menjadi ayahnya. Secara tidak langsung, dalam serial kartun ini menyelipkan tentang pelegalan dalam homoseksual. Serial anime atau manga pun selalu berisi gambar adegan ciuman dan keterbukaan aurat.

Tanpa disadari, tunas-tunas revolusi bangsa sudah “disuapi” dengan virus sekuler di saat ayah dan ibu bekerja. Seringkali orangtua tidak menyadari akan hal yang tersembunyi di balik “jajanan” untuk otak anak mereka. Kartun yang dianggap sebagai tontonan yang aman ternyata merupakan virus berbahaya yang bisa mengubah pemikiran dan pengembangan diri anak. Untuk itu, orang tua harus lebih selektif dalam menentukan tontonan dan bacaan yang terbaik untuk anak. Perkuat pertahanan dengan membina anak menjadi pejuang Islam dengan syariah Islam.

“Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahlul baitnya, dan membaca Al-Qur’an karena orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan- Nya, mereka beserta para nabiNya dan orang-orang suci”. (HR ath Thabrani).

Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada upaya keras dari orangtua dalam mendidik anak. Salah satu hal yang wajib diajarkan kepada anak adalah Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup manusia. Selain itu, perkuatlah anak dengan bacaan dan tontonan tentang kisah Nabi, perang suci dan jihad, propaganda anti Barat dan hal-hal yang mengandung unsur Islami lainnya. Jadikan anak sebagai generasi Islam yang bermental baja dan mampu berjuang untuk agama, bangsa, dan negara.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 9.86 out of 5)
Loading...
Mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di Institut Teknologi Telkom, Bandung. Berada di lingkungan pendidikan yang cukup kondusif dan penuh seni. Seseorang yang sedang aktif di KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan sedang berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik serta menebarkan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization