Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ramadhan, Masihkah Wisata Kuliner?

Ramadhan, Masihkah Wisata Kuliner?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Tahukah Anda, selama hidupnya seorang manusia rata-rata mengkonsumsi makanan sebanyak 100.000 pond, setara dengan berat 6 ekor gajah dewasa! Saya tertegun membacanya. Masya Allah… Sebanyak itukah kita makan selama hidup?  Begitu banyak limpahan nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Itu baru nikmat berupa makanan. Sungguh kita tak akan sanggup menghitung banyaknya nikmat yang Allah limpahkan kepada kita. Subhanallah…

Makanan memang salah satu kenikmatan dunia. Manusia hidup butuh makanan, sebagai sumber energi sehingga kita dapat beraktivitas. Makanan juga erat hubungannya dengan nafsu. Ada yang mengkonsumsi makanan secara berlebihan.  Ada juga yang selalu ingin makanan enak (tinggi lemak) padahal tahu makanan itu tidak baik untuk kesehatan. Tapi karena nafsu, kita tetap menyantapnya. Ya, nafsu seringkali menguasai kita, mengalahkan akal sehat kita.

Kini makan bukan lagi sekadar sumber energi dan penghilang rasa lapar.  Makan telah menjadi gaya hidup! Lihatlah, kafe-kafe ramai dikunjungi sebagai bagian dari gaya hidup. Foto-foto makanan lezat seringkali di post di wall Facebook, wisata kuliner begitu happening di negeri ini. Makanan enak di manapun selalu diburu oleh para pecinta kuliner. Bahkan untuk acara pesta di rumah sampai mengundang chef kondang!

Tentang wisata kuliner, dalam tausiyahnya seorang ustadz pernah bertanya, apa yang kita lakukan bila tiba di tempat yang baru? Mungkin jawaban kita adalah wisata kuliner!

Ternyata yang ustadz tadi lakukan pertama kali bila ia tiba di tempat baru ternyata bukanlah wisata kuliner. Apa yang beliau lakukan? Ternyata beliau mencari orang yang paling berilmu! Subhanallah.

Jika ditanya penting mana mencari ilmu atau wisata kuliner? Tentu jawabannya mencari ilmu.  Kita semua tahu betapa tingginya kedudukan ilmu dalam Islam.

“Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (Q. Al- Mujaadilah: 11)

“Menuntut ilmu itu wajib atas tiap muslim.” (H.R Ibnu Majjah)

“Barang siapa yang meniti suatu jalan mencari ilmu, maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga.” (H.R Muslim).

“Keutamaan seorang ‘alim dengan atas ahli ibadah orang seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.” (H.R Abu Dawud)

Seorang ulama bahkan berkata, “Saya lebih bahagia melihat dua hadits daripada melihat dua dinar.”

Ya, Ilmu jauh lebih berharga daripada harta. Sungguh harta yang kita keluarkan untuk mencari ilmu tak akan sebanding dengan manfaat ilmu yang kita raih.

Pertanyaan ini pun menggelitik saya, di usia kita yang tak lagi muda, berapa banyakkah ilmu agama yang kita miliki? Adakah setara dengan berat enam ekor gajah? Atau mungkin separuhnya? Atau mungkin ‘hanya’ seberat seekor gajah?

Alhamdulillah… Bulan Ramadhan, bulan penuh kemuliaan telah datang. Sebulan penuh kita umat Islam diwajibkan berpuasa, mengendalikan segala hawa nafsu. Momen Ramadhan adalah saat yang tepat bagi kita untuk memperdalam ilmu agama dengan lebih banyak membaca Al Qur’an dan Hadits, tadabbur Al-Qur’an, membaca kitab-kitab yang bermanfaat, duduk dalam majelis-majelis ilmu …

Saudaraku, Jangan sia-siakan Ramadhan…  Tak perlu berwisata kuliner, memuaskan nafsu saat berbuka puasa. Di bulan Ramadhan ini mari kita raih pahala berlipat-lipat ganda dari Allah Swt, dengan semakin meningkatkan amal shalih berlandaskan ilmu. Satu tujuan kita menjadi manusia bertaqwa.

Marhaban Ya Ramadhan, semangat mencari ilmu!

Wallahu a’lam bishshawaab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 9.80 out of 5)
Loading...

Tentang

Seorang hamba Allah yang sedang berjuang untuk ikhlas...

Lihat Juga

Lima Destinasi Wisata Terbaik di Xi’an, Populasi Muslim Terbesar di China

Figure
Organization