Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Dari Tumbuh Hingga Luruh

Dari Tumbuh Hingga Luruh

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah: 148).

Imam Ghazali mengatakan bahwa hati manusia ibarat cermin, sedangkan petunjuk Tuhan bagaikan nur atau cahaya. Seandainya hati seseorang itu bersih maka niscaya setiap langkahnya akan memancarkan cahaya kebaikan yang dengan itu cahaya-nya akan sampai kepada yang lainnya. Bukankah Rasulullah pernah mengatakan bahwa dalam diri manusia ada bagian yang jika bagian itu baik, maka yang lainnya pun akan mengikuti baik?

Menata hati merupakan langkah pertama sebelum menjalankan setiap aktivitas. Karena saat hati kurang baik, maka akan memberikan dampak pula pada aktivitasnya. Niat yang lurus, hati yang bersih dan ikhlas menjadi syarat pertama dalam melaksanakan aktivitas.

Allah menyampaikan di dalam Al Qur’an “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku” (QS. Adzariyat 56). Menjadi kewajiban setiap orang dalam mengisi waktunya dengan nilai-nilai kebaikan dan nilai ibadah kepada Allah SWT. Mari manfaatkan setiap momentum kebaikan menjadi ajang fastabiqul khairat untuk meraih ridha dari Allah SWT dan kemuliaan di sisiNya. Bukankah kita orang-orang mukmin sudah diberikan jaminan surga yang di dalamnya penuh dengan keindahan dan kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan oleh nalar manusia.

“Seorang pun tidak mengetahuinya apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS As Sajdah: 17)

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”. (QS. At-Taubah: 72)

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka…”. (QS. At Taubáh: 111)

Menjadi keberkahan yang membanggakan, saat kebaikan yang kita lakukan, amalnya dirasakan orang lain dan buahnya dirasakan oleh kita sendiri. Sungguh sangat indah dan manis rasanya saat batas masa kerja (kematian) tiba, akan tetapi nilai kemanfaatan dari apa yang pernah kita lakukan tetap terkenang dan dirasakan oleh mereka yang masih berkelana di dunia.

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila anak cucu Adam (yakni umat manusia) telah meninggal dunia, maka telah putuslah amal perbuatannya, kecuali tiga hal: Sedekah zariah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim)

Rasulullah SAW pun pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah SWT melihat (menilai) keikhlasan hatimu.” (HR. Muslim)

Rasulullah menyampaikan kepada kita bahwa saat kematian hadir, maka semuanya terputus kecuali tiga hal; sedekah zariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Inilah isyarat-isyarat nilai-nilai ibadah, nilai-nilai kebaikan yang Rasulullah ungkapkan yang akan terus mengalir meskipun darah kita terhenti di dunia. Rasulullah pun menyampaikan bahwa nilai kebaikan atas amal itu tidak dipandang dari baiknya pandangan mata dan jasad saja. Akan tetapi kebaikan itu dilihat dan dinilai berdasarkan keikhlasan hati di dalamnya.

Sungguh tidak ada kebaikan yang kecil di sisi Allah SWT. Sekecil apapun kebaikan yang kita kerjakan, maka Allah akan memberikan balasan yang sesuai, pun sebaliknya. Sekecil apapun amal kebaikan yang kita lakukan, maknai bahwa itu adalah sumbangsih kita untuk peradaban, sumbangsih kita untuk umat dan sekecil apapun kejelekan yang kita lakukan, itu adalah sumbangsih kita untuk peradaban. Artinya adalah sebuah kemunduran akan nilai dan peradaban umat.

Selangkah untuk kebaikan lebih baik dari setapak kejelekan yang dilakukan. Memiliki makna pembangunan dan kemunduran pada dimensi keduanya. Bisa jadi amal yang sedikit itu merupakan amalan yang di terima di sisi Allah. Belum tentu pula amalan yang banyak memiliki jaminan akan di terimanya di sisi Allah SWT. Mari berikan energy-energi keikhlasan dalam setiap aktivitas kita.

“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzaraah, niscaya ia akan melihat balasannya” (QS. Azalzalah: 7)

Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang memberikan manfaat untuk orang lain (HR. Bukhari)

Seandainya daun memberikan manfaat dari tumbuh hingga luruh, kita pun sama mari meninggalkan manfaat untuk sekitar dari tumbuh hingga luruh. Wallahu’alam.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (8 votes, average: 9.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Lahir di Bandung 21 September. Anak ke empat dari enam bersaudara; Amal, Ma�ruf, Hodam wijaya, Gigin Ginanjar, Wiguna Syukur Ilahi. Inilah keenam lelaki yang selalu disebut-sebut dalam doa orang tua itu. Doa kesuksesan untuk masa depan. Mereka adalah anak sejarah yang akan menggoreskan tinta di lembaran sejarah peradaban sebari penguak dinding sejarah. Semoga menjadi pemimpin di negeri sarat nestapa ini. Lahir dari pasangan Solihat dan Adeng. Setelah menyelesaikan studi S1 program studi perbankan syariah, STEI SEBI, Depok. Kini aktivitas melanjutkan studi di STIS Nurul Fikri, Lembang jurusan siyasah syariah. Mulai mencoba menulis setelah lulus dari SMA, meskipun saya tidak tahu apa yang saya tulis. Beberapa karyanya diantaranya adalah Buku Belajar merawat indonesia, serial kepemimpinan alternatif (Bersama beastudi etos DD), Buku Talk Less Do More (SEBI Publishing), Paper Model agricultural Banking, Paper Peran LPZ dalam pengembangan ekonomi umat di Indonesia, Buku Catatan sang surya (Bersama Komunitas MOZAIK Sastra)

Lihat Juga

Menumbuhkan Rasa Naionalisme Melalui Festival Anak Sebatik di Hari Pendidikan

Figure
Organization