Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Saudaraku, Mari Sejenak Kita Beriman

Saudaraku, Mari Sejenak Kita Beriman

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Saudaraku, melihat wajahmu saja, hati ini kembali bergemuruh…
Iman terasa memasuki rongga-rongga tak terlihat…
Bukankah kalian adalah cermin bagi diri…
Wahai saudaraku, mari sejenak kita beriman…

Ilustrasi (iluvislam.com)

dakwatuna.com – Semoga ada wajah-wajah yang tak pernah mengeluh. Mengeluh akan amanah. Mengeluh akan sebuah kesibukan. Masih banyak kewajiban yang harus segera ditunaikan. Jatah waktu yang terus berkurang. Amanah akan terasa sebagai beban. Bukankah dakwah tak membutuhkan kita, kita lah yang membutuhkan dakwah. Dakwah ibarat kereta yang akan meninggalkan stasiun-stasiun. Kereta yang terdiri dari berbagai gerbong. Kereta itu akan tetap melaju meski tanpa gerbong.

Kekuatan seorang muslim ada pada malam sebagai waktu terbaik pengaduan. Air mata muhasabah membasahi seluruh permukaan wajah. Hanya Allah tempat terbaik untuk mencurahkan. Apapun yang akan terjadi. Ingatlah bahwa ketika kau tidak mempunyai siapa-siapa selain Allah. Allah itu lebih dari cukup bagi seorang muslim.

Semoga persaudaraan kita tak dapat diukur oleh harta. Tak dapat diukur oleh perhiasan ataupun kekayaan lainnya. Semua itu bersifat sementara. Namun, keberadaan seorang saudara yang shalih jauh lebih bernilai untuk terus meluruskan niat. Untuk terus menempa diri menjadi lebih baik. Sungguh tak ada yang dapat menggantikan posisi ataupun kedudukan seorang saudara di hati seorang muslim.

Semoga ada wajah-wajah yang tak pernah mengajak kita untuk menggunjing, memfitnah, dan sibuk dengan aib orang lain, namun lalai akan kekurangan dirinya sendiri. Semoga kebersamaan dengan saudara kita bukan sebagi penambah dosa kita, namun sebagai pemberat amalan kita.

Semoga selalu ada saudara seperti Abu Bakar yang membenarkan dan senantiasa menjaga kepercayaan saudaranya yang telah dibangun sejak lama. Semoga selalu ada saudara seperti Umar Al-Faruq yang selalu hati-hati mengingatkan kita, bersama menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan. Bukankah amalan jamaah lebih baik dan terasa ringan dibanding amalan munfarid? Semoga selalu ada saudara seperti Utsman, dengan kelembutannya banyak orang lain turut mencintainya, membangun bersama citra positif Islam. Sebab saudara ibarat lem perekat dalam perjuangan meniti jalan.

Kita rindu bersua dengan wajah-wajah ini dalam perjalanan. Keberadaan saudara yang saling menguatkan, bukan malah melemahkan. Nasihat bijak sebagai teguran. Bukan teguran di depan umum yang diharapkan namun kelembutan hati nan ketulusan.

Inilah dia wajah-wajah keimanan. Yang digambarkan Rasulullah yang satu menjadi cermin yang lain. Ada inspirasi saat memandangnya. Ada ide cemerlang dan energi isi ulang melihat keteduhannya. Ada muhasabah diri saat berada di dekatnya. Subhanallah, betapa kita merindukan wajah-wajah seperti itu. Wajah-wajah itu adalah wajah-wajah saudara kita di jalan Allah.

Kita rindu wajah Ash-Siddiq Abu Bakar yang membuat kita tak lagi merasa ragu dan bimbang. Kita rindu wajah Al-Faruq untuk membuang segala perasaan takut (pengecut) kita. Kita rindu wajah Utsman yang selalu pemalu dalam bersikap. Kita rindu wajah Ali yang selalu bersahaja dalam berbuat.

Wajah-wajah saudara kita di jalan Allah menjadi warna tersendiri dalam menghiasi perjuangan kita. Kita tak sendiri, selalu ada mereka yang menguatkan, selalu ada nasihat bijak yang disampaikan, selalu ada salam yang menentramkan.

“Itulah yang diperbuat Keimanan…
Membuka mata dan hati…
Menumbuhkan kepekaan…
Menyirai kejelitaan, keserasian, dan kesempurnaan…
Iman adalah persepsi baru terhadap alam…
Apresiasi baru terhadap keindahan,
dan kehidupan di muka bumi,
di atas pentas ciptaan Allah,
Sepanjang malam dan siang…

(Sayyid Quthb)

Saudaraku, mari sejenak kita beriman…

Adaptasi dari salah satu bab “Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim”

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 9.86 out of 5)
Loading...

Tentang

a long life learner, staff humas KAMMI MADANI, Aktivis Forum Remaja Masjid Jakarta Islamic Centre (FORMAS JIC). � �

Lihat Juga

Keimanan Adalah Keberpihakan

Figure
Organization