Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Cerita Ramadhan

Cerita Ramadhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)

Tahun Pertama

dakwatuna.com – Penatnya masa-masa MOS belum hilang ketika harus bersiap menyambut bulan mulia. Puasa pertama di rantau terasa berat. Yang biasanya semua telah tersedia, kini harus terlebih dulu berusaha. Alhamdulillah, teman kos cukup friendly. Antri di waktu buka dan sahur menjadi rutinitas yang makin mengakrabkan kami.

Masih menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), masih belum banyak aktivitas dilakukan dan belum banyak teman.  Hari-hari dilalui berteman TV, buku diktat, dan diary. Tak jarang butir air mata mengalir ketika senja tiba, merindukan kebersamaan dengan ayah bunda.

Separuh Ramadhan… moderator kajian pagi menginfokan adanya I’tikaf di masjid kampus, di 10 hari terakhir nanti. Berniat ikut, 1-2 malam saja…karena mudik tentu lebih menarik…

Tahun kedua

Dari kupu-kupu bermetamorfosa menjadi kura-kura. Kebiasaan hanya melangkah di dua zona, kos dan kampus, kini melebar. Setidaknya makin familiar dengan mbak-mbak aktivis dan menikmati menu kura-kura (kuliah-rapat, kuliah-rapat). Beralih dari kos lama yang biasa menuju komunitas yang luar biasa, semoga amal baiknya lebih terjaga.

Ramadhan tahun ini banyak dihabiskan di kampus. Buka bersama kelas, angkatan, jurusan, himpunan. Hari-hari yang menyenangkan bersama teman seperjuangan. Jika tahun lalu hanya dapat 2 I’tikaf, tahun ini semoga minimal 3.Ternyata, mendapat hadiah membantu panitia di sana. Alhasil, harus mengikhlaskan mudik di H-3.

Tahun ketiga

Kuliah makin padat, tapi banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman menyiapkan beragam kegiatan. Penerimaan mahasiswa baru, magang, makrab, dan seminar tahunan.

Tak ketinggalan untuk bahu membahu menghijaukan dengan rangkaian agenda Ramadhan. Kajian rutin sore, silaturahim UKM, buka bersama fakultas… membuat bulan suci terasa cepat pergi.

Tahun keempat

Sejak kembali bergabung bersama keluarga besar lembaga dakwah fakultas, garis edar meluas dari lingkup fakultas ke universitas. Begitu pun, makin banyak saudara yang turut membagi semburat pelanginya. Terlebih setelah tergabung dalam pengurus masjid, tiada hari tanpa masjid kampus, tiada hari tanpa ifthor (gratis) dan lebih banyak mengisi Ramadhan di sana. Bersama teman setia bernama tugas akhir yang selalu minta waktu untuk disapa.

Menemukan seni baru tentang ikhlas, di mana yang ada adalah kerja dan kerja, tak perlu banyak kata. Tahun hiruk pikuk, hingga di 10 hari terakhir yang crowded, namun tetap coba fokus mengais maghfirah-Nya. “Pekerjaan yang ada jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia”, sebuah pengingat yang sangat mengena.

Tahun kelima

Batang usia di kampus makin meninggi, harus lebih intensif bersama skripsi. Kepanitiaan i’tikaf luar biasa bersama tim yang tak kalah luar biasa…makin menginternalisasi makna jiddiyah (kesungguhan) dan tadhiyah (pengorbanan), siang malam berjibaku di masjid dan seantero kampus. Berusaha menjadikan Ramadhan sebagai momentum lebih peduli dan berbagi, memfasilitasi jamaah beramal lebih banyak lagi.

Banyak cita yang digantungkan di langit Ramadhan tahun ini, agar menjadi Ramadhan terakhir dalam beberapa hal….terakhir berstatus mahasiswa, terakhir menikmati Ramadhan di kota ini, terakhir dalam…, terakhir menjadi…, terakhir…

Bagaimana kabar bait-bait doa itu, Kawan?

****

Tak terasa hampir menjumpai Ramadhan ke-6 di kota ini.

Ya Rahman, sampaikan kami di bulan mulia itu kembali, dalam kondisi iman yang kian meninggi.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 9.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization