Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Belajar dengan Hati, Ketika Hati Selalu Galau

Belajar dengan Hati, Ketika Hati Selalu Galau

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (hedisasrawan.blogspot.com)

dakwatuna.com – Sepotong hati memang acap kali terbolak-balikan, seperti me-ji-ku-hi-bi-ni-u dalam pancaran pelangi. Susah, senang, bahagia, sedih, kasih, sayang, cemburu, cinta dan yang saat ini populer adalah GALAU.

Galau, sebuah kata sifat yang banyak menghiasi tampilan status jejaring sosial, desiran kata, dan tentunya sering menyelimuti atmosfir suasana hati seseorang. Bukan hanya dirasakan oleh para ABG saja, orang yang sudah lanjut pun ikut merasakannya. Rasanya asam, kecut manis pahit berbaur jadi satu.

Galau, sebuah suasana hati yang meresahkan, membuat sang hati tak tenang dan tak jarang sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Yang biasa riang jadi garang, yang biasanya semangat jadi terasa penat, yang biasanya aktif jadi pasif, yang biasanya suka jadi duka, yang biasanya gembira jadi bencana, yang biasanya syukur jadi kufur, yang biasanya cinta jadi menderita…
Ah… galau. Ada apa denganmu? Saat ku butuhkan bara api semangat, malah kau padamkan dengan mengajak hatiku pada suasanamu… Bilakah kau tahu, seandainya aku tanpa dirimu…

Bagaimanapun, seorang manusia dewasa. Manusia yang semakin spesifik akan setiap permohonan dalam untaian doanya, bukan hanya memandang hanya apa yang diinginkan hatinya, kadang juga berfikir apakah itu semua pantas untuk ia sandang, apakah pantas untuk ia dapatkan, dan apakah benar – benar sejatinya pantas untuk dirinya. Manusia dewasa yang telah diberikan kemampuan untuk mengelola suasana hatinya, mengendalikan sebuah warna yang akan menyinari warna hatinya. Apakah hanya akan berlama – lama untuk mempertahankan warna hijau? Mempercepat datangnya warna merah? Menghilangkan warna kuning? Atau konsisten untuk seberkas warna merah jambu? Ataukah putih? Ya, seseorang yang dewasa dialah sang ahli dalam memanage hati. Menjadikan proporsinya pas untuk dikonsumsi oleh suasana ruhiyahnya, bahkan untuk kondisi fisiknya.

Ketika problematika datang bertubi – tubi, kesedihan menghampiri, gelisah yang menggelayuti, iri melihat sana – sini.  Bilakah galau melanda, menyusup perlahan ataupun dengan cepatnya membalikkan hati yang tenang, menjadikannya resah gelisah dan tak tahu harus bagaimana lagi. Terdapatlah 8 penawar yang insya Allah akan membalikkan hati kita menjadi hati yang bersuasana ideal, tenteram dan nyaman

1. Dzikrullah (mengingat kepada Allah)

“(Yaitu) orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

2. Membaca Al-Qur’an

Sebuah kapal selam akan tetap bertahan di dalam air dengan tanpa masalah sedikit pun, walau di permukaan bumi terjadi berbagai guncangan keadaan dia tetap bertahan, berjalan dengan pasti tak ada pengaruh bisikan sana – sini, yang ada dia hanya bersikukuh untuk meneruskan perjalanannya sembari menikmati indahnya aneka makhluk di dasar laut.

Rasakanlah tenteramnya saat membaca ayat suci yang memang original buatan Yang Maha Pemilik Hati, sekalipun kita tak mengerti terjemahan dalam bahasa Indonesianya, tapi adalah perasaan yang berbeda dibandingkan dengan membaca buku – buku biasa, terlebih jika kita telah mengetahui arti dari ayat – ayat yang telah kita baca, subhanallah. Ya, karena Al – Qur’an memang istimewa.

3. Menjauhi maksiat

Bagaimana caranya hati kita menjadi tenteram, sementara hati kecil kita terus menolak akan kebenaran palsu (maksiat) yang kita lakukan? Segera tinggalkan, seburuk – buruknya hati pasti akan merasa tak nyaman jika kita melakukan kesalahan. Karena, sejatinya fitrah hati adalah suci. Dan ini tentang bagaimana orang yang diamanahi hati untuk tetap menjaga kesuciannya. Apakah akan tetap terjaga dalam kesuciannya, ataukah merelakannya untuk ditutupi oleh kebenaran palsu dan keindahan yang semu.

4. Menjauhi ketergantungan pada makhluk

Apa yang membuatmu ragu untuk melakukannya dengan tegaknya pijakanmu sendiri? Kita sama, kita bisa. Coba dulu deh & rasakan sensasinya. Optimis.

5. Perbanyak ibadah

Sibukkan diri dengan ibadah, karena segala sesuatu yang kita lakukan, memang surga adalah obsesinya. Bagaimana caranya untuk meraih surga?

6. Yakin dengan pertolongan Allah.

Bukankah Allah itu dekat? Allah akan sesuai prasangka hambaNya.

7. Memperhatikan bukti kekuasaan Allah

Lihat sekeliling kita, betapa mentari dengan cerahnya menyambut kita, betapa malam yang selalu setia menina bobo kan kita dalam ketenangannya. Lihatlah betapa ilmu terbentang luas, dan apakan sedikit pun telah kita genggam dengan penguasaan? Rasakan setiap apa kita hirup, sebuah proses yang terus berulang tanpa ada keluh kesah karena segalanya telah berjalan pada koridor kebenaran yang tepat

8. Bersyukur

Dan Allah akan memberi balasan dan menambah nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur. Qur’an: Surat Ali Imran: 144.

Coba membiasakan diri mencatat, setiap hari, semua hal baik yang terjadi pada kita hari itu. (Keep a gratitude journal). Sudahkah kita mensyukuri apa yang kita dapatkan? Apa yang kita rasakan? Apa yang kita peroleh? Sudahkah?

Wallahua’lam…

Oleh – oleh dari kajian sore KMFM UGM @MMU.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (33 votes, average: 9.55 out of 5)
Loading...

Tentang

Seorang mahasiswi, eliners UGM yang sedang belajar menulis.

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization