Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Aku Bahagia Bersama Mereka (Jazakallahu Khairan, Ustadz)

Aku Bahagia Bersama Mereka (Jazakallahu Khairan, Ustadz)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Selalu ada inspirasi baru. Begitulah hal yang saya alami ketika berjumpa dengan orang-orang keren. Berjumpa dengan ustadz-ustadz yang shalih-shalih dan yang secara kafaah syar’i sudah jelas-jelas unggul. Dan hal itu pula yang semakin mengokohkan hati ini, memantapkan jiwa ini untuk selalu, dan tetap, dan terus bersama tarbiyah, akan tetap menjadi pengokoh dakwah yang sudah sekitar 4 tahunan ini membelai lembut hati saya. Kadang, ketika hati ini sedang gundah, jenuh dengan segala aktivitas, semuanya akan sirna, kejenuhan akan hilang seketika ketika mendapatkan siraman taujih yang penuh dengan energi surga dari ustadz-ustadz tercinta, lalu selanjutnya akan berganti dengan semangat baru, ruh baru yang tentu ini sangat berguna menjalani aktivitas-aktivitas yang menguras energi.

Ustadz Salim A Fillah, hadir dengan bahasanya yang mengalir indah ketika taujih lisan maupun tulisan, bagaikan mata air yang mengalir jernih, menyejukkan hati. Saya bertemu beliau dan sejak saat itu saya putuskan untuk menyukai bahasa beliau dalam karya-karya fenomenalnya, ketika saat awal-awal diri ini berjumpa dengan tarbiyah. Beliau (ustadz Salim) waktu itu mengisi acara bedah buku Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim yang diselenggarakan oleh KARISMA, Rohis di Fakultas saya.

Lalu ustadz selanjutnya yang tak kalah kerennya adalah Ustadz Habiburrahman (Kang Abik), yang dengan bahasanya mampu menggiring pembaca novel karyanya untuk masuk ke dalam ruang yang nyata, dan penuh energi jiwa, yang benar-benar menggugah jiwa, sesuai novelnya. Saya bertemu beliau secara tak sengaja dan berbuah keterkejutan buat saya. Bayangkan, beliau datang ke kos saya bersama crew Global TV. Waktu itu sore-sore, selepas saya kuliah Senam lantai, lalu sejenak melepas lelah di teras Kos Ammar Bin yasir, tiba-tiba ada sosok tak sing lagi menyapa saya.

“Assalamu’alaikum Akhi…”.

“Wa’alaikumsalam… Ustadz Abik ya…!” jawab saya, setengah tak percaya.

Dan seiring dengan itu, kepanikan, rasa malu pun muncul. Bayangkan… *eh, jangan dibayangkan dink*, Saya pakai baju Senam lantai yang serba mepet, lalu kedatangan tamu tak terduga seorang novelis terbaik, duh duh… betapa malunya diri ini. Tapi tidak apa-apa, bagaimanapun juga beliau adalah ustadz yang menginspirasi saya, untuk mencoba mengikuti jejak beliau, tetapi sampai sekarang belum kesampaian.

Lanjuut…

Yang ketiga ini jangan ditanyakan lagi tentang kafaah syariahnya tentang dakwah. Tak diragukan lagi. Beliau ke Unnes untuk mengisi taujih kader se-Semarang. Dan saya mendapatkan kehormatan untuk menjadi moderatornya. Wow! Suatu kehormatan yang sangat luar biasa buat saya ketika itu, menjadi moderatornya Ustadz Muassis dakwah, dan berkesempatan duduk di samping beliau, mendengarkan taujihnya dari dekat. Beliau, ya… ustadz Abu Ridha, sesepuh tarbiyah. Sayang waktu itu saya tak mencatat taujihnya.

Ustadz Cahyadi Takariawan. Atau akrab dipanggil Pak Cah. Semula saya mengenal beliau melalui tulisan-tulisannya di berbagai buku, seperti Menuju Mihwar Daulah, Tegar di Jalan Dakwah, dan lain sebagainya. Dan akhirnya saya berkesempatan bertemu langsung dengan beliau pada saat mengikuti Daurah Marhalah 3 di Jogja, waktu itu di daerah Purwomartani, Sleman. Satu hal yang bisa saya dapatkan dari beliau ketika mentaujih. Antusiasme, kesemangatan, dan penuh dengan kekuatan ruh. Salah satu taujihnya saya abadikan di blog ini (baca: Membangun Mentalitas Negarawan). Satu hal lagi yang membuat saya semakin takjub dengan beliau. Ya, tentang karyanya yang seakan tak pernah putus. Selalu mengalir, baik lewat buku, maupun melalui blog pribadinya Pak Cah. Dan jujur saja, beliau ini adalah ustadz yang paling saya kagumi (semoga beliau tidak membaca artikel ini, agar karyanya tetap mengalir bersama ruh keikhlasan, tetap tanpa tendensi untuk dilihat orang lain). Apalagi tentang kedekatan beliau dengan kaum muda, juga artikel-artikel beliau yang juga kadang membuat pikiran ini tenang, dan humor-humor serta pengalaman beliau yang direkam indah di dalam blognya. Pengalaman-pengalaman beliau yang dikomparasikan dengan metodologi-metodologi dakwah dan tarbiyah, mengalir, tak kaku. Dan menyenangkan untuk di baca. Saya jadi teringat artikel terakhir beliau yang saya baca, tentang obat awet muda, kocak, dan seakan benar-benar membuat awet muda.

Nah kalau ustadz yang satu ini, tampilannya salaf banget. Dari ujung kepala sampai ujung kaki tampilannya salaf banget. Janggutnya lebat, pakaian selalu baju koko, celana berbahan kain dan selalu di atas lutut. Tetapi kalau berbicara soal fiqih dakwah, jangan salah. Sangat mengalir, ngeruh. Dan bahasanya begitu dalam. Saya bertemu beliau ketika beliau mengisi materi Fiqih kemenangan di DM3 Jogja, tetapi kebetulan saya pas waktu itu agak lelah sehingga kurang optimal mengikuti materi yang beliau sampaikan. Lalu akhirnya saya ingin remidi (balas dendam) untuk mengikuti materi beliau. Kebetulan ada agenda DMT, dan kebetulan juga beliau bisa mengisi. Jadinya pas deh, saya bisa mengikuti materi beliau. It’s very inspiring. Jazakallah khair Ustadz Abdullah Sholihun. Materi tentang Fiqun Nashr wa Tamkin, benar-benar membuat saya terpukau. Saya jadi ingat salah satu statemen yang beliau sampaikan, “bahwa setiap amanah adalah ilmu, dan setiap peristiwa adalah tarbiyah”.

Kalau yang terakhir ini adalah ustadz lokal Semarang, Beliau masih muda. Yang saya salut dari beliau adalah manajemen waktunya yang luar biasa. Ngisi sana ngisi sini, aktivitas ini aktivitas itu, tetapi tetap saja kelihatan fit. Bahkan dulu pas beliau nyalon jadi wakil walikota, beliau naik onthel ke Unnes untuk ngisi kajian pagi. Beliau juga yang merintis adanya Model Insani Qur’ani (MIQ) di UKKI Unnes yang Alhamdulillah sampai sekarang masih eksis (sayangnya saya gak ikut jadi pesertanya, gak lulus, hehehehe). Jazakallah Khair ustadz Ari atas segalanya. Dan saya pun sekarang semakin dekat saja dengan beliau, apalagi ketika diamanahi di pembinaan kampus, tentu garis koordinasinya dengan beliau langsung. Ada satu pengalaman menarik suatu ketika, kebetulan saya selalu menjadi PJ mencari dan menghubungi pembicara tatsqif pekanan kader Gunungpati, dan pada waktu itu usaha sudah menghubungi ustadz-ustadz yang ada di Semarang dan sekitarnya, tetapi tidak ada yang bisa , hingga akhirnya H-4 jam acara saya tambah semakin bingung saja. Akhirnya saya putuskan sms Ustadz Ari, barangkali saja mau ngisi. Ee beneran, beliau mau ngisi. Di sisi lain saya mengucap syukur Alhamdulillah, tetapi di sisi lain saya malu juga, kesannya memperlakukan ustadz seenaknya. Afwan ustadz ya.

Begitulah cerita bersama mereka, mereka yang begitu mempesona, bukan saja cara bicaranya, tetapi juga produktivitas amalnya yang tak diragukan lagi, bukan hanya pandainya mereka dalam mengolah kata, tetapi semangatnya dalam menyeru yang tak pernah kendur. Mereka begitu menginspirasi. Para ustadz-ustadz itu, membuktikan sesuatu kepada kita, dalam aktivitas dakwahnya, bahwa hanya dengan rasa antusias, serius, dan dipenuhi dengan rasa cinta, kita kan selalu menikmati tarbiyah ini, akan selalu membersamai dakwah ini, akan selalu bersama dengan kesejukan embun tarbiyah.

Untuk para ustadz yang dengan keberadaan mereka, dakwah ini akan semakin kokoh. Saya ucapkan dengan tulus, jazakumullahu khairan katsir atas taujihnya, atas bimbingannya, hingga menjadikan diri ini tetap berpijak pada nilai-nilai tarbiyah, tetap berpegang pada kuatnya tali dakwah Ilallah. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan mereka kekuatan, sehingga tetap tegar dijalan dakwah, semoga Allah yang maha bijaksana memberikan keluasan ilmu, sehingga tetap menjadi penebar-penebar wewangi bunga-bunga tarbiyah. Semoga tetap istiqamah, fi dakwah.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Jurnalis online dan pengamat socmed.

Lihat Juga

Bersyukurlah, Maka Hidupmu Akan Bahagia

Figure
Organization