Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Manusia Unik, Kepada Mereka Belajar Tentang Cinta

Manusia Unik, Kepada Mereka Belajar Tentang Cinta

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (kaskus.us)

dakwatuna.com – Jika ditanya siapa yang menyimpan Al-Qur’an di dalam rumahnya, saya yakin hampir semua umat muslim menjawab, ‘Ya, saya punya!’

Namun jika dilanjutkan dengan pertanyaan, “siapa yang rutin membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an?” Meski saya belum melakukan penelitian secara khusus, tapi di beberapa tempat saya sering menemukan muslim yang hanya menjawab dengan senyum malu sembari mengatakan, “He he, saya rutin kok, tiap Ramadhan (aja), tapi ga khatam sih.”

Ini masih jauh lebih baik, karena pada kenyataannya tak jarang kita jumpai muslimin yang begitu ‘menjaga’ kesucian Al-Qur’an, hingga tak berani meski sekadar menyentuh. Al-Qur’an disimpan di tempat yang tinggi, dalam lemari kaca, tanpa pernah dijamah. Al-Qur’an ibarat pajangan.

Lebih miris lagi jika kita menemukan masih ada umat muslim yang sama sekali buta dalam mengeja huruf-huruf Al-Qur’an.

Padahal Al-Qur’an menyimpan begitu banyak kisah, membawa banyak pesan, mengandung tak terkira bilangan peringatan juga pedoman. Al-Qur’an menjadi penghubung seorang hamba untuk memahami keinginan Rabb-nya. Ibarat sebuah hp yang memerlukan manual book, manusia pun membutuhkan buku petunjuk dalam ‘mengoperasikan’ jalan hidupnya.

Lantas bagaimana manusia dapat melangkah, jika pun kehendak dan tuntunan yang Ia tuangkan dalam buku petunjuk tak pernah disentuh, apalah lagi dipahami.

Sahabat, itulah mengapa saya selalu mengagumi, bahkan mencintai mereka yang begitu dekat hari-harinya dengan Al-Qur’an. Mereka yang selalu menjaga kefasihan lisannya dengan terus melafadz ayat demi ayat. Mereka yang konsisten mempelajari hingga memperoleh kepahaman, serta berjuang untuk istiqamah mengamalkan kandungan demi kandungan dari Al-Qur’an. Mereka adalah manusia unik, manusia istimewa.

Mereka luar biasa, karena di tengah dunia yang hidup kian jauh dari Al-Qur’an, di antara orang-orang yang tenggelam bersama hiburan melenakan dan terlempar dari pedoman, dalam lingkaran manusia yang tak lagi peka akan peringatan, mereka tetap konsisten dalam fitrahnya. Fitrah seorang hamba yang mencintai Tuhannya, mencintai utusanNya, dengan terus berjuang mencintai kalamNya. Mereka tetap dalam cintanya, dengan tak lepas mengeja rangkaian surat cinta dari yang dicinta.

Jika sebagian manusia hanyut dalam tipuan, mereka justru kian larut dalam tuntunan.  Sementara yang lain sibuk mencintai dunia, mereka tengah sibuk mengejar cinta Tuhannya.  Saat banyak yang tak henti mencari kenikmatan fana, mereka justru gigih berjuang untuk memahami kehendak-Nya.

Tak banyak memang jumlah mereka, jika diprosentasekan dengan jumlah jiwa di dunia ini.  Namun tak banyak bukan berarti tak ada.  Mereka ada, dan bersama merekalah saya memohon untuk didekatkan.  Kepada mereka saya hendak belajar memahami.

Memahami makna cinta, belajar bagaimana mencintai, serta belajar bagaimana agar dicintai. Yah, saya ingin belajar tentang cinta, kepada mereka yang hidupnya hanyut dalam lautan cinta.

Jika mereka dapat demikian teguh karena cinta, tak mudah goyah karena cinta, pastilah demikian hebat dan dahsyat cinta mereka itu. Maka dalam cinta yang seperti itulah, saya ingin menyerahkan, serta meleburkan hati ini.

Allahummarhamni bilqur’an….

“Duhai kalamullah, izinkan aku memaknai tutur bahasamu.
Hingga dapat kupahami dirimu, lebih dari yang pernah kupahami.
Hingga dapat aku mencinta, lebih dari cintaku yang pernah ada.”
“Wahai Rabb, bersama lembar-lembar cintaMu kumaknai inginMu padaku.
Agar cinta berbalas cinta,
meski mungkin tak akan pernah sempurna.”

Seorang hamba yang sedang belajar mengeja cinta, kepada pemilik pusaran cinta.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...
Wafiyyatunnisa Asy Syu'lah, adalah nama pena dari Dian E.Nusantari. Lahir dan besar di tanah Melayu, namun sejak lebih dari 9 tahun yang lalu telah menjadikan Tanah Sunda menjadi kampung kedua baginya. Kehariaannya sibuk berkutat dengan angka dan hitungan transaksi kerjasama, sebagai Akuntan di LPPM Institut Teknologi Bandung. Selain bekerja, menulis adalah aktivitas pelengkap sekaligus hobi baginya.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization