Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kita Hanya Perlu Memulai

Kita Hanya Perlu Memulai

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Kita hanya perlu memulai. Mengawali setiap cita-cita dengan keseriusan memulai melakukannya. Kita tahu banyak orang yang mendambakan sesuatu tapi keinginan itu sebatas keluar dari mulutnya tanpa action yang serius. Cita-cita hanya sebatas di bibir saja tanpa upaya merealisasikannya dalam kehidupan nyata.

Padahal kita sangat tahu tak ada keberhasilan tanpa perjuangan. Tak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tak ada kejayaan yang didapatkan dengan berleha-leha. Semuanya ada harganya. Kesuksesan adalah barang ekonomi yang untuk mendapatkannya memerlukan usaha. Gerak adalah energi merubah masa depan. Apa yang kita lakukan hari ini adalah cermin seperti apa kita di masa depan. Kita hari ini adalah referensi apa yang telah kita lakukan hari kemarin. Memang hidup ini tak akan memberikan kebahagiaan secara gratis semuanya menuntut pengeluaran biaya. Perpindahan hanya terjadi dengan adanya gerak. Seperti itu juga kehidupan, apa yang diinginkan mesti diawali dengan tapak-tapak kecil yang dilangkahkan.

Namun yang menjadi kendala terbesar manusia adalah ketidakseriusannya memulai tapak kaki untuk menaiki tangga impiannya. Bukan karena dia tak mampu tapi tak mau. Beratnya memulai adalah kendala terbesar yang pasti dirasakan semua orang. Kesuksesan sejatinya milik semua orang. Begitu juga halnya dengan kebahagiaan, semua orang punya peluang yang sama untuk meraihnya. Semua orang berhak untuk bahagia. Syaratnya adalah keberanian menapakkan langkah pertama.

Siapapun pasti pernah merasakan beratnya langkah pertama. Seperti mengayuh sepeda, kayuhan pertamalah yang terasa sangat berat dan menyiksa. Banyak orang gagal dalam hidup ini karena ketidakberhasilan memulai langkah pertama. Dia telah menyerah pada kayuhan pertama. Bahkan yang lebih ironis adalah kegagalan karena tidak pernah mengayuh sama sekali. Dia hanya menikmati kebahagiaan semu menjadi pembonceng di belakang. Dikayuhkan oleh orang lain untuk menempuh keberhasilan. Bergantung kepada orang lain dan jauh dari keinginan mandiri.

Ingat kita hanya harus memulai semua yang kita inginkan. Selanjutnya keringanan langkah akan kau dapati. Selamat memulai melangkahkan kaki menuju realisasi cita-cita. Walau terasa sangat berat, pijakan pertama harus dilangkahkan untuk bisa sampai ke tangga puncak impian. Semangat.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (10 votes, average: 9.80 out of 5)
Loading...
Staf di Bappeda Kabupaten Ketapang. Alumni FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak.

Lihat Juga

Ramadhan dan Cita-Cita Orang Beriman

Figure
Organization