Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bukankah Perbedaan itu Indah?

Bukankah Perbedaan itu Indah?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (123rf.com / Maxim Kazmin)

dakwatuna.com – “Kita ini tidak ada keterpisahan, yang ada adalah perbedaan, yang penting kebersamaan, semua ini timbul dari percaya diri yang positif dan jangan lupa.”

Sering kita mendengar bahwa sesuatu yang berbeda itu sulit untuk disatukan, bahkan mungkin tidak akan pernah bisa disatukan. Banyak kita dengar bahwa perbedaan mengantarkan kita pada keterpisahan. Seumpama minyak dan air, kedua cairan ini tak dapat disatukan meskipun kita telah mengaduknya agar tercampur. Padahal bisa kedua cairan itu bersatu, tetapi membutuhkan sabun untuk menyatukannya. Ya, sabun sebagai penyambungnya. Begitu pula perbedaan yang kita miliki, rasa memahami dan bijaklah yang menjadi pemersatu perbedaan.

Menurut saya, sebenarnya perbedaan tak mesti kita satukan dan kita seragamkan. Perbedaan menciptakan harmoni kehidupan yang indah. Bukankah Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan alam raya yang luas ini dengan penuh keberagaman? Bahkan perbedaan yang Tuhan ciptakan ada pada satu macam, contohnya dalam spesies tumbuh-tumbuhan, ada berbagai macam tanaman dalam satu jenis tanaman. Pohon mangga, banyak variannya, ada mangga manalagi, mangga kweni, mangga harum manis, dan lain-lain. Buktinya perbedaan-perbedaan tersebut tidak membuat suatu yang buruk.

Setiap orang punya seribu alasan untuk berbeda. Tapi setiap orang pun juga memiliki jutaan alasan untuk bisa saling memahami setiap perbedaan tersebut. Ketika energi positif menjadi nyawa bagi dua kutub yang berbeda, toleransi dan saling pengertian bisa disepakati. Suatu rasa percaya diri yang positif akan membantu kita memahami bahwa setiap perbedaan itu bukanlah hal yang harus dihindari. Sebab kita tak mungkin bisa menghindarkan diri dari perbedaan. Yakinkanlah diri kita bahwa perbedaan ini adalah anugerah indah dari Tuhan yang harus kita sikapi dengan bijak. Sikap positif inilah yang mestinya ditiupkan pada jiwa-jiwa yang terlibat dalam suatu perbedaan pendapat maupun perbedaan sikap. Jangan lupa bahwa pikiran positif kita dapat mengarahkan kita untuk berperilaku positif juga termasuk bijak dalam menghadapi perbedaan.

Saya pernah mendengar kata-kata indah yang isinya “sesuatu perbedaan yang ada di antara kita adalah hal yang sesungguhnya bisa menyatukan kita”, setelah dicerna kembali, pernyataan itu memang benar. Lihat saja, toh ayah dan ibu kita yang hingga kini masih terus ada dalam kebersamaan sesungguhnya terdiri dari berbagai macam perbedaan. Namun, setelah bersatu dalam ikatan pernikahan, mereka lalu belajar untuk bijak menyikapi perbedaan itu. Mereka belajar memandang perbedaan sebagai sesuatu yang positif. Karena tak jarang, perbedaan membuat kita belajar, belajar banyak hal, belajar tentang perbedaan itu sendiri, belajar mensyukuri perbedaan itu, dan belajar untuk saling melengkapi, saling mengisi.

Diakui ataupun tidak, perbedaan yang telah mewarnai hiruk pikuk perjalanan kita adalah sesuatu yang sebenarnya menyatukan kita. Apakah harus selalu ada keseragaman? Tidak harus! Sebab keseragaman bukanlah hasil akhir dari sebuah perbedaan. Suatu harmoni tidak mesti seragam. Coba kita saksikan sebuah pertunjukan musik orkestra. Harmoni yang mereka ciptakan, bukanlah hasil keseragaman, tapi hasil dari perbedaan. Perbedaan alat musik, perbedaan suara, perbedaan peran, perbedaan aksi, perbedaan bunyi. Mereka sanggup meng-arrange segala perbedaan menjadi harmonisasi yang indah bagi kehidupan. Kalau mereka bisa menyatukan perbedaan-perbedaan itu menjadi suatu harmoni, kenapa kita tak bisa? Kalau kita mau, perbedaan dalam kehidupan kita akan menjadi sesuatu yang indah. Tak percaya? Buktikan saja sendiri…

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (15 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...
Salsabila Althafunnisa adalah nama pena dari Eka Hertika Rizky, putri pertama pasangan Didik Boediarto dan Mimin Kusmini. Perempuan berusia 21 tahun ini kini menetap di Bandung dan sedang menjalankan studinya di jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis juga biasa dikenal dengan nama Eky oleh teman-temannya. Hobinya menulis, membaca, berdiskusi, dan berorganisasi. Pemilik motto hidup "Khairunna Anfa'uhum Linnas ini kini sedang menyusun buku yang berisi kumpulan tulisannya.

Lihat Juga

Apakah Maksud di Balik Keberagaman Ciptaan Allah SWT?

Figure
Organization