Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menyambut Kemenangan

Menyambut Kemenangan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ ﴿١﴾ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا ﴿٢﴾ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا ﴿٣﴾

Ilustrasi (paksi.net)

dakwatuna.com – “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh Dia Maha Penerima tobat”. (QS. An-Nasr (110): 1-3)

Pada saat Rasulullah SAW ingin melancarkan serangan ke Mekah, mata-mata pasukan Madinah menyampaikan berita tentang keberadaan kafilah dagang Abu Sufyan di Wadi Dzadiran kepada Rasulullah. Pada saat itu, tidak ada kesempatan bagi pasukan Rasulullah untuk menghindari peperangan walaupun rencana peperangan baru akan dilakukan ketika pasukan Rasulullah tiba di Mekah. Sebab, jika Rasulullah membiarkan pasukan Mekah berhasil berkuasa, dengan mudah pasukan Mekah dapat memantapkan pasukan militernya, melebarkan pengaruh politiknya, memecah-belah persatuan umat Islam, dan dapat menimbulkan perasaan takut di hati umat Islam di Wadi Dzadiran.

Demikianlah latar belakang terjadinya peristiwa Perang Badar. Apabila kita lihat, sesungguhnya peristiwa Perang Badar tidak dikehendaki sama sekali oleh Rasulullah SAW. Pada saat itu rencana Rasulullah berperang di Kota Mekah, bukan di Badar. Namun, karena musuh sudah di depan mata, dan dengan pertimbangan kemashlahatan yang lebih besar, maka pasukan Rasulullah mendeklarasikan perang pada saat itu juga di Badar.

Walaupun pasukan Rasulullah tidak menghendaki adanya perang Badar, dengan segala keterbatasan pasukan Rasulullah akhirnya dapat memenangi peperangan itu. Kemenangan pada kubu kaum Muslimin dalam Perang Badar tidak lain adalah karena pertolongan Allah SWT. Pada saat itu Rasulullah berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan pertolongan, dan Allah pun menyambut doa tersebut dengan menurunkan firman-Nya:

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ ﴿٩﴾

Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS. Al-Anfaal (8): 9).

Pertolongan dan kemenangan yang Allah turunkan tentu tidak tanpa sebab. Setidaknya ada empat hal yang dapat dilakukan untuk menyambut kemenangan dari Allah SWT:

1. Loyalitas kepada Islam yang tinggi

Selama perang Badar banyak gambaran yang menunjukkan bukti keloyalitasan pasukan umat Islam. Dalam perang Badar, banyak Bapak yang harus berhadapan dengan anaknya sendiri, saudara berhadapan dengan saudaranya sendiri, sehingga kedua belah pihak harus saling menundukkan satu sama lain dengan mengangkat senjata. Salah satu contohnya adalah ketika Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu membunuh pamannya sendiri, Al-Ash bin Hisyam bin Al-Mughirah.

2. Kedekatan kepada Allah SWT

Pertolongan yang Allah berikan kepada pasukan umat Islam pada perang Badar karena adanya kedekatan yang sangat kuat kepada Allah SWT. Tatkala Rasulullah selesai merapikan barisan pasukan umat Islam, Rasulullah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan tiada henti-hentinya memanjatkan doa untuk diberikan kemenangan pada perang Badar.

3. Keimanan yang kuat

Perang Badar merupakan perang yang tidak dikehendaki oleh pasukan umat Islam. Dengan segala keterbatasan persiapan, Rasulullah dan pasukannya harus menghadapi musuh yang jumlahnya lebih banyak dan memiliki persiapan yang lebih matang. Namun, dengan keimanan yang kuat, pasukan umat Islam terus maju menghadapi musuh dengan mengobarkan semangat, keberanian, jiwa heroisme, dan keyakinan yang tinggi akan datangnya pertolongan dan kemenangan dari Allah SWT.

4. Usaha yang maksimal

Dengan segala keterbatasan yang ada, Rasulullah dan pasukannya harus mengerahkan segala bentuk usaha yang dimilikinya untuk menghadapi musuh. Pada saat itu Rasulullah memaksimalkan peran strategis dengan cara melakukan mata-mata, membagi pasukan menjadi dua bagian, menyelenggarakan majelis tinggi permusyawaratan militer, dan memutuskan posisi yang strategis sebagai base camp. Di samping usaha strategis itu, pasukan umat Islam juga memaksimalkan usaha operasionalnya sehingga banyak yang syahid dan terluka dalam perang Badar.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa MM Perbanas 2011, Ketua Forum Silaturahim Remaja Masjid dan Mushalla se-Cipinang Melayu, Ketua Karang Taruna RW 01 Kelurahan Cipinang Melayu, Ketua Bidang Kepemudaan DPRa PKS Cipinang Melayu.

Lihat Juga

Segudang Prestasi Muhamad Fathan Mubin

Figure
Organization