Topic
Home / Berita / Opini / Bersatulah Dunia Islam, Selamatkan Palestina! (Mengenang Peristiwa Nakba)

Bersatulah Dunia Islam, Selamatkan Palestina! (Mengenang Peristiwa Nakba)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Gambaran pengungsi Nakba kala itu (inet)

dakwatuna.com – Tanggal 8 Desember 1987 telah menjadi hari bersejarah bagi mujahid Palestina. Lebih dari dua dasawarsa silam, gerakan perlawanan meraksasa menjadi satu kesatuan gerakan total bagi seluruh elemen masyarakat. Yaitu sebuah gerakan pembebasan tanah suci para nabi, yang bangkit dari rasa ketertindasan oleh Zionis Israel. Inilah waktu dimana batu-batu menjadi peluru dengan tubuh menjadi tamengnya. Gerakan ini dinamakan Intifadhah.

Intifadhah dalam bahasa Arab bermakna “bangun mendadak dari tidur atau dari keadaan tak sadar”. Sejak Intifadhah Pertama, rakyat Palestina berperang bersenjatakan batu. Dan mulai dari saat itu, generasi baru pejuang Palestina dijuluki oleh banyak penulis sebagai “the Children of Stone” atau anak-anak batu. Mereka melakukan perlawanan dengan gagah berani menghadapi tentara Zionis yang bersenjata lengkap dan modern.

Gerakan intifadhah ini telah mengobarkan asa yang begitu mendalam. Melahirkan ribuan syuhada yang rela mati demi mempertahankan tanah suci para nabi. Telah banyak tokoh besar yang menjemput syahid. Dan dicatat dalam sejarah intifadhah ini. Sebut saja Imad Aqil, yang tentara Israel harus mengepung dan membunuhnya menggunakan panser dan helikopter. Juga Yahya Ayyash, sang insinyur yang menjadi musuh nomor satu Israel. Atau Syaikh Ahmad Yassin, pencetus dan penggerak intifadhah yang sangat kharismatik mengobarkan perjuangan dari atas kursi rodanya. Dan masih banyak lagi lainnya. Bahkan kini, terdapat jutaan pejuang-pejuang muda yang tumbuh menggantikan mereka.

Menilik sejarah, sejatinya Palestina terdiri dari dua etnis yaitu Arab dan Badui yang memeluk Islam dan Kristen, serta etnis Yahudi dengan ajaran Yudaismenya. Etnis yang memeluk keyakinan berbeda ini, hidup berdampingan dengan damai sejak ditandatanganinya perjanjian hudaibiyah. Namun, ternyata dalam kedamaian tersebut, Yahudi menyusun sebuah rencana keji dalam bentuk protokol Yahudi dimana menjadikan Palestina sebagai tanah umat Yahudi atau tanah yang dijanjikan. Sejak saat itulah darah terus mengalir. Dan kondisi ini diperparah dengan sikap diskriminatif lembaga internasional yang membela negeri Zionis ini.

Data mencatat bahwa sejak Intifadhah menggelora hingga akhir 1993, Israel membunuh 1.283 rakyat Palestina, dimana 130.472 luka, 481 diusir, 22.088 dipenjara dan 2.533 rumah dihancurkan. Dilanjutkan dengan agresi tahun lalu yang mensyahidkan lebih dari 1.300 penduduk ditambah dengan pembumihangusan seluruh aspek kehidupan di Gaza. Apa reaksi dunia? Sekedar keprihatinan saja!

Merumuskan solusi perdamaian antar Palestina-Israel adalah kemustahilan. Karena sejak kenabian Musa, Bani Israel telah distempel sebagai kaum pengkhianat bahkan diusir karenanya. Lalu, apa yang menjadi solusi terbaik untuk menyelamatkan Al-Aqsha?

Perdamaian adalah hal yang mustahil. Sejak perjanjian Hudaibiyah dikhianati, maka tidak ada lagi alasan mempercayai janji-janji Israel terkait perdamaian. Karena itu, opsi perdamaian dengan segala konsep yang dirumuskan kaum imperialis, tidak akan berhasil.

Saat ini, pilihan terbaik adalah menyatukan gerakan umat Islam dunia, untuk menyelamatkan Palestina dari genoside Israel. Dan menuju hal itu, dibutuhkan langkah-langkah di antaranya yaitu fokus pada gerakan baru yang dibentuk negara-negara Islam dengan rumusan-rumusan baru yang bebas dari pengaruh Amerika Serikat dan pendukungnya. Lalu, mendorong rumusan tersebut ke dunia internasional untuk diperjuangkan dengan komitmen yang kuat dan solid. Selain itu, gerakan ini juga merumuskan dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan pengembangan perekonomian negara Palestina, jaminan suplai makanan, penyediaan tentara penjaga perdamaian hingga dukungan politik di tataran internasional.

Memang disadari, apapun langkah yang diambil oleh koalisi negara Islam, akan sulit menembus dominasi AS, Israel dan sekutunya. Karena itu, poros baru ini juga perlu membuat blok baru di tingkat internasional untuk menyaingi lembaga internasional semacam PBB yang telah dikuasai rezim imperialis yang anti Islam. Mungkinkah? Kesatuan dien memudahkan umat Islam di dunia untuk menyatukan gerakannya. Tentunya dengan mengenyampingkan faksi-faksi yang ada, mengenyahkan kepentingan-kepentingan sesaat dan fokus pada perintah Illahi untuk menjaga kiblat pertama umat Islam. Relakah kita sebagai umat beriman melihat Al-Aqsha runtuh dan dikelilingi sinagog-sinagog. Saatnya memulai untuk menyatukan gerakan umat Islam sedunia untuk menyelamatkan pembumihangusan Palestina. Teruslah berjuang wahai intifadhah. Jika memang dunia Islam telah tuli mendengarkan suara-suara kalian, maka suara-suara kami, doa-doa kami di Indonesia akan menguatkan hati-hatimu yang berjuang mencari keridhaanNya.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 9.71 out of 5)
Loading...
Pecinta Kampanye Sedekah Alumni FH Unila 2001 dan Magister Media dan komunikasi Unair 2015

Lihat Juga

Doa dan Munajat untuk Keselamatan Dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Figure
Organization