Topic
Home / Pemuda / Puisi dan Syair / Tapak Menuju Roma

Tapak Menuju Roma

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com

Ceracau meriam bertebaran di langit-langit Roma
Beradu sengau bersama loncengan gereja
Kapel-kapel yang semulanya hanyut dalam cuak
Gereja-gereja yang sebelumnya bersimbah kepasrahan
sebebasnya tersulih oleh hingar bingar kemeriahan.
“La grande equila e morto”

Maka inikah makna kemenangan yang tahkik?
Yang direnggut tanpa perlawanan? Tanpa peperangan?
Hanya karena mengiratnya satu jiwa?

Duh, alangkah halusnya harga kemenangan tuan-tuan itu
Merelakan harga kematian Mahmed sebagai agunan keselamatan
Padahal, sungguh kematiannya sebagai Sang Penakluk bukanlah kedigjayaan
Karena kematiannya adalah garis-garis pembebasan yang terwariskan

Selembar surat kematian itu bukanlah terminasi dari segala jalan
Bukan kemunca dari segala ikhtiar
dan bukan kulminasi dari sebuah pertempuran
Karena selepas Bosnia ada jalan menuju Moldova,
selepas Moldova ada jalan meniti Albania
dan tak terlupa,
sehabis penaklukan Qustantiniyya
masih ada bisyarah menuju Roma

Percayalah, titian-titian itu tak akan berhenti merambat,
tidak akan tertahan dan terhambat
Ruang-ruang ekspektasi Sang Penakluk terlalu rumit untuk dihirap
Obsesi-obsesinya tak akan mati, bila bukan karena kematian itu sendiri

Maka, ketika satu tapak lagi menuju pembebasan kedua
Nyawa pimpinan terbaik itu melayang menemui Rabb Nya,
Menemui keabadian yang seabadinya.

Namun, itulah keadilan Nya
Ia meransum dua pahala pembebasan
Satu untuk Konstantinopel, dan satu untuk Roma.
Lalu, siapakah yang tertarik untuk menggenapkan bisyarah Rasul-Nya?

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...
Kuliah di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah.

Lihat Juga

Ramadhan: Mendidik Untuk Optimis

Figure
Organization