Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bait-Bait Kerinduan Keluarga Khairut Satir

Bait-Bait Kerinduan Keluarga Khairut Satir

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Foto penikahan Radwa, putri bungsu Khairut Satir. Tanpa kehadiran sang ayah tercinta. (ist)

dakwatuna.com – Apa yang dirasakan seorang anak tanpa kehadiran ayah dalam keluarga. Sosok yang seharusnya menjadi pelindung bagi putra-putrinya. Selama bertahun-tahun ia terpisah dari keluarga tercinta. Bukan karena kematian yang memisahkan. Melainkan kezhaliman penguasa yang memaksanya mendekam dalam penjara.

Tepat di penghujung Maret 2012, Ikhwanul Muslimin secara resmi menetapkan Prof. Dr. Khairat Satir sebagai capres yang akan maju dalam Pemilihan Presiden tahun 2012. Sebuah kabar yang mengejutkan banyak kalangan. Mengingat jauh-jauh hari ikhwan menyatakan tidak akan mengajukan calon untuk pilpres 2012.

Sejak itu, nama Khairat Satir seakan tak pernah terhapus dari media lokal Mesir bahkan international. Setiap hari Khoirut Satir menjadi nama yang paling banyak dibicarakan. Tidak hanya jejaring sosial bahkan di jalan-jalan di kota.

Lalu siapakah sosok Khairat Satir yang sesungguhnya? Satu di antara cerita pilu kehidupannya diungkap oleh sebuah media cetak di Mesir.  Menggambarkan pribadinya yang luar biasa. Termasuk ketabahan keluarga selama terpisah dari sang ayah tercinta.

Dia adalah salah satu tokoh ikhwan yang pernah merasakan kekejaman penjara Mesir semasa pemerintahan Husni Mubarak. Tercatat sebanyak 5 kali keluar masuk penjara. Atau selama 12 tahun dengan periode waktu yang berbeda-beda. Selama itu ia harus terpisah dengan istri dan delapan anaknya. Tak pernah sekalipun menyaksikan pernikahan anak-anaknya. Termasuk kelahiran 19 dari 21 cucunya. Melalui sepucuk surat, putri sulungnya yang bernama Zahra menyampaikan pesan kerinduan terhadap sang ayah. Surat yang ia tulis tepat di hari raya yang ke 21 tanpa kehadiran sang ayah. Dan inilah bait-bait kerinduan Zahra kepada ayahnya.

Duhai ayah…
bertahun-tahun telah kami jalani kesedihan ini
dan hari ini, tepat di hari raya ke 21 tanpa kehadiranmu di tengah-tengah kami
Tapi, seperti yang engkau ajarkan kepada kami, ayah.
Meskipun sepanjang malam kami bercucuran air mata
Tapi di jalan Allah hal itu adalah sesuatu yang biasa
 
Duhai ayah
hari raya kembali menyapa
Sebagai persaksian bagi kezhaliman yang mereka lakukan
Tidakkah kau tahu, bahwa hari raya ikut bersedih atas kekejaman yang mereka lakukan
Lalu dia mengadu kepada Allah atas kebohongan yang mereka katakan

Tahun 2009 ibunda Khairat Satir meninggal dunia. Ia meninggal setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit di kota Kairo. Tentang peristiwa ini sang istri berkisah. “Tidak ada satu keluarga pun yang menyampaikan kabar kematian ibunya, melainkan karena kedekatannya kepada Allah SWT yang membuatnya yakin bahwa saat itu ibunya meninggal dunia”. Kesedihan Satir terlihat jelas saat mengimami shalat jenazah untuk ibunya.

Belum kering air mata Satir karena kematian ibunya. Pada bulan Oktober 2010, putri bungsunya yang bernama Radhwa melangsungkan pernikahan. Dari balik penjara, ditulislah sepucuk surat untuk anaknya. Melalui surat itu ia ungkapkan kebahagiaannya atas pernikahan putrinya tercinta.

Wahai putriku tercinta… Jangan pernah menyangka aku tak akan bersama kalian lagi, karena belenggu penjara yang memisahkan.  Percayalah, perlahan waktu akan segera mempertemukan kita. Aku menikmati hidup sebagaimana kalian juga menikmati. Atau lebih dari yang kalian rasakan. Tak lain karena harapan yang senantiasa membawa kita kepada kebahagiaan. Tidak ada yang mampu memisahkan antara hati yang disatukan oleh cinta dan kebahagiaan. Dan begitulah hati, jiwa dan pikiranku yang selalu bersama kalian.

Anakku yang tercinta…. Pengantinku yang cantik nan rupawan. Kebahagiaan ini begitu besar. Hingga tak seorang pun yang mampu mengungkapkan. Hari ini kau akan memulai kehidupan. Era baru dengan segala kegembiraan. Aku selalu berdoa agar kau selalu dalam kebahagiaan dan ketaatan. Menjadi keluarga dengan karunia keturunan shalih yang membanggakan.

Senja menggantung di langit kota Kairo. Menutup dingin yang akan segera berakhir. Berganti semi dengan segala kesejukan. Di sela-sela pengumuman resmi pencalonan Khairat Satir sebagai Capres, Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin Muhammad Badi’ mengungkapkan, “Khairut Satir adalah orang yang paling banyak mengalami kezhaliman semasa pemerintahan Husni Mubarak. ‘Dan hari ini Allah SWT mengabulkan doanya. Karena doa orang yang terzhalimi adalah mustajab”.

Bukti dari jawaban atas doanya adalah saat dirinya menyaksikan sendiri penangkapan orang-orang terdekat Husni Mubarak setelah revolusi. Salah satunya adalah Habib Adli. Menteri Dalam Negeri semasa pemerintahan Husni Mubarak, kini meringkuk dalam penjara Mesir. Menempati sel yang sama yang pernah ditempati Khairut Satir dan rekan-rekannya. Dan begitulah Allah SWT membalas setiap keburukan dengan balasan yang setimpal. Wallahu a’lam bisshowab.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (12 votes, average: 9.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Penggemar sastra dan buku-buku Pemikiran Islam. Sekarang sedang menyelesaikan program master di Universitas Al-Azhar Kairo, Fakultas Pendidikan, Program Kependidikan Islam.

Lihat Juga

Bukan Mau tapi Siap, Inilah 4 Hal yang Wajib Dilakukan Muslimah Sebelum Menikah

Figure
Organization