Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Merefleksikan Kondisi Umat Islam Kekinian

Merefleksikan Kondisi Umat Islam Kekinian

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (muxlim.com/sari_wu)

dakwatuna.com – Permasalahan umat saat ini jika kita pikirkan dengan seksama tidak pernah kunjung habis. Bertubi-tubi tiap hari tiap waktu timbul permasalahan baru. Permasalahan satu belum selesai sudah muncul permasalahan baru yang menutupi. Sungguh miris ketika kita renungkan kembali, karena bangsa yang sangat terkenal dengan jumlah penduduknya yang mayoritas muslim ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan bangsa yang ada. Pribadi-pribadi muslim itu bak buih yang mengambang, tiada jelas arah dan tujuan, dan cenderung mengikuti arus zaman saat ini. Pribadi-pribadi itu tidak bisa membawa perbaikan dan perubahan ke hal yang positif buat kehidupan masyarakat saat ini. Jangankan masyarakat, di antara mereka ada yang tidak membawa kehidupan pribadi mereka menuju hal-hal yang baik. Seperti inikah kondisi negara muslim terbesar di dunia? Apa yang membuat hal ini bisa terjadi?

Fakta yang terjadi yang membuat kondisi umat ini semakin terpuruk dihimpit permasalahan adalah terdapat kelemahan-kelemahan pada individu-individu muslimnya. Mulai dari permasalahan aqidah, hingga masalah pergerakan dan pengorganisasian yang terus menerus di serang. Coba kita lihat sebagian besar muslim di Indonesia hanyalah muslim keturunan dan tidak memahami esensi dari menjadi seorang muslim itu sendiri, sehingga wajar jika nantinya banyak ditemukan orang-orang yang mengaku muslim tetapi memiliki konsep aqidah yang salah.

Lalu tidak hanya sebatas itu, kondisi umat saat ini juga bisa menggambarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang sangat buruk akan Islam. Tidak sedikit orang yang tidak mengerti mengenai tatacara ibadah sehari-hari umat Islam. Tidak sedikit pula yang tidak mengerti akan hukum-hukum syar’i dan muamalah yang ada di dalam Islam. Atau tidak sedikit pula yang tidak mengerti akan ilmu-ilmu dalam Islam (fiqih, tarikh, dll). Mereka semua lebih bangga ketika bisa mempelajari ilmu-ilmu dunia (yang terkadang sangat sedikit manfaatnya atau malah tidak bermanfaat sama sekali).

Selanjutnya permasalahan berlanjut pada dakwah Islam. Banyak muslim saat yang menganggap bahwa berdakwah dan menyampaikan tentang Islam adalah kerjaan para ustadz saja. Padahal sesungguhnya perintah berdakwah itu sama wajibnya dengan perintah sholat. Lalu kenapa kita mengingkari dan enggan untuk menyampaikan kabar tentang Islam? Malah kita sibuk dengan urusan pribadi yang hal tersebut juga bukan dalam hal meningkatkan kapasitas dan keilmuan kita. Menyedihkan!

Permasalahan berlanjut pada pengorganisasian dalam dakwah. Banyak umat Islam yang masih memiliki kapasitas keislaman yang terbatas merasa superior sehingga meninggalkan jama’ah dakwah. Perlu kita sadari bahwa ketika berdakwah kita tidak bisa sendirian, perlu jamaah yang berfungsi untuk nantinya mengingatkan ketika kita salah dan yang akan menguatkan ketika kita lemah. Bukankah berjamaah kita mendapatkan derajat yang lebih tinggi dari pada sendirian? Lalu apa alasan yang menyebabkan kita meninggalkan jama’ah?

Jika dibahas lebih mendalam lagi permasalahan pada umat ini tak akan ada akhirnya. Tidak dapat kita pungkiri bahwa memang seperti itulah kondisi umat Islam saat ini. Tetapi di tengah permasalahan itu, orang yang bijak akan selalu mencari solusi di tengah kemelut yang berkepanjangan ini. Setelah kita kritisi dan terjun lebih mendalam lagi atas kondisi umat Islam saat ini, maka sesungguhnya terdapat solusi yang dapat kita implementasikan. Tarbiyah dan Harakah islamiyah merupakan salah satu solusi yang ketika kita implementasikan insya Allah bisa mengatasi permasalahan umat saat ini. Dakwah Harakiyah yang integral (terus mengalami peningkatan) yang bersifat Rabbaniyah, Manhajiyah, Marhaliyah, Aulawiyah, Realisitis dan tawazun.

Rabbaniyah merupakan sifat dakwah yang menyempurnakan ilmu dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Sifat dakwah yang tujuannya hanya Allah SWT. Bukan untuk yang lain apa lagi hanya bertujuan pada manusia dan dunia.

Lalu Manhajiyah merupakan sifat dakwah yang sesuai dengan konsep dan metode pergerakan yang telah di tetapkan. Sehingga pergerakan yang kita lakukan benar-benar memiliki arahan yang jelas ke depannya. Dakwah juga memerlukan marhaliyah atau tahapan karena dakwah bukanlah kegiatan yang bersifat linear. Kita tidak bisa memprediksikan apa-apa yang akan terjadi pada dakwah ke depannya sehingga ketika sebuah proses gagal, maka yang kita lakukan adalah melanjutkan proses yang gagal tadi dan kita tidak perlu menyesali proses yang telah kita lakukan.

Selanjutnya sifat dakwah yang perlu kita tanamkan adalah aulawiyah atau prioritas. Dalam berdakwah kita harus punya prioritas. Memprioritaskan Kualitas atas Kuantitas; memprioritaskan pemahaman atas hafalan; memprioritaskan sesuatu manfaat yang lebih besar dan luas atas suatu manfaat yang kurang atau malah tidak bermanfaat; memprioritaskan hal prinsip atas hal furu’ (cabang); memprioritaskan wala’ (loyal) terhadap umat Islam atas wala’ terhadap kelompok atau individu; dan lain-lainnya.

Tidak hanya itu, dakwah juga harus sesuai dengan keadaan masyarakat yang ada. Misalnya kondisi masyarakat kita masih sangat miskin akan karakter kepemimpinan, maka yang perlu kita lakukan adalah berdakwah untuk menumbuhkan jiwa-jiwa kepemimpinan, bukan malah mendakwahkan untuk tetap menjadi buruh-buruh pekerja. Ketika permasalahan pendidikan di masyarakat kita adalah permasalahan pada ranah moral peserta didik maka yang kita dakwahkan adalah perbaikan moral melalui pendidikan bukan malah mendakwahkan metode-metode pembelajaran yang tidak ada kunjung kejelasan hasilnya. Ketika permasalahan yang terjadi pada perekonomian kita adalah karena terlalu banyak mengimpor barang dari luar dari pada mengekspor sehingga perekonomian semakin menurun maka dakwah yang kita lakukan adalah dengan menyerukan pada masyarakat untuk menggunakan produk buatan dalam negeri dan mulai untuk mengurangi mengkonsumsi produk-produk dari luar. Dan masih banyak lagi contoh-contoh dakwah yang sesuai dengan realitas atau kebutuhan masyarakat saat ini.

Dan yang terakhir sifat dakwah yang harus kita usung adalah tawazun yang berarti kita menyeimbangkan semua aspek yang ada dalam dakwah yang kita usung. Karena kita meyakini bahwa Islam itu menyeluruh, tidak bisa kita hanya ekstrem di salah satu sisi. Kita harus seimbang dan memfokuskan pada semua aspek.

Sehingga pada akhirnya ketika kita ingin melihat perubahan yang terjadi terhadap kondisi umat saat ini, maka yang perlu kita lakukan adalah memulai untuk melakukan dakwah harakiyah yang terus meningkat dengan karakter-karakter yang telah disebutkan di atas. Ketika karakter dakwah harakiyah tersebut terus kita jaga, maka insya Allah proses yang telah kita lakukan akan mengubah kondisi umat yang ada.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Riyan Fajri adalah mahasiswa yang kuliah di salah satu perguruan tinggi Swasta di daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Sekarang aktif berorganisasi di KAMMI dan saat ini mendapatkan amanah menjadi Ketua Umum KAMMI Madani Periode 2011 - 2012. Kritik dan saran buat penulis, bisa di kirim ke [email protected] atau FB : Riyan Fajri ([email protected])

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization