Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menangis Dalam Pangkuan-Nya

Menangis Dalam Pangkuan-Nya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Aku Sujud Sementara Air Mataku Berlinang, Hatiku Risau atas Kesalahan-Kesalahan yang Telah kuperbuat, Sedih Terpejam, dan Penuh Penyesalan, Wahai Tuhan Dosaku Begitu Besar, Engkau Maha Tau Apa Yang Kuadukan, Engkau Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Kuasa, Maha Pemaaf, dan Maha Pemberi Ampunan ”

Menangis merupakan ekspresi emosi ketika seseorang merasa tersakiti baik mental maupun fisik, atau bahkan saat seseorang merasa sangat bahagia.

Menangis, terkadang aku berpikir bahwa menangis itu adalah hal biasa namun jika merabah saat menangis ternyata menangis itu merupakan buah kasih sayang dari lubuk hati yang dalam, tangisan inilah yang bisa menambah kasih sayang kepada seseorang. Jika dirabah lagi tangis itu ada dua macam:

1.  Menangis karena terharu, gembira, senang.

Misalkan menangis karena abah dan umi telah usai melaksanakan ibadah Haji, menangis karena si anak lulus meraih beasiswa ke luar Negeri, dan lain sebagainya, termasuk penulis saat lulus meraih beasiswa Sudan, dan maroko air mata pun menetes membasahi pipi rasa gembira tumbuh dari hati.

2. Menangis karena kesakitan, digigit anjing, terjatuh dan lain sebagainya.

Namun Tangisan yang paling indah adalah tangisan di saat engkau terbangun di saat anak manusia tidur dan engkau hanya mendengar detak detik jarum jam, sambil beristighfar….”Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dosa-dosa kedua orang tuaku, hamba ini penuh dengan dosa, hamba sering melalaikan kewajiban, hamba sering mengundur-undur waktu shalat, hamba sering menggibah orang lain ,hamba sering melihat sesuatu yang di haramkan Allah, hamba tahu pakaian ini haram, teman, sahabat, adik, kadang kami berantem, tali silaturahim kadang terputus hanya karena persoalan secuil, ya Allah Tuhan ku ampuni dosa hamba, tiada pengampun kecuali Engkau, Engkau Maha Penyayang, Maha Pemurah, maka ampunilah kesalahan-kesalahanku”

Kata demi kata terucap dari bibir yang manis penuh tasbih, air mata menetes membasahi pipi, di situlah engkau khusyu’ menghadap kepada Allah, berduaan dengan Allah, berkomunikasi kepada Allah, curhatlah kepada Allah…maka Allah akan mendengarmu…..

Bermohon ampunlah, kepada Allah di saat manusia hangat dengan balutan selimut, engkau fokus menghadap sang pemberi kasih sayang, maka kasih sayang Allah akan terus tercurah untukmu, itulah tangisan yang sangat berharga, tangisan yang tak sia-sia.

“Mereka itu tak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).” (QS. Al Imran: 113)

Betapa indahnya, malam jikalau digunakan untuk menghadap sang ilahi, mengeluh, dengan lantunan doa kepada-Nya, hati akan terasa kosong dari segala urusan duniawi, dan terasa seluruh diri ini hanya untuk Allah, segala urusan lillahi taala.

Suatu ketika hamba bermuhasabah, bertafakkur saat terbangun, untuk apa aku hadir di bumi ini, hamba kuliah di Negeri seribu benteng maroko, mengapa semua hal ini saya lakukan, dan ternyata semua akan fana (sia-sia) jika tak diniatkan karena Allah taala. Untuk apa tile LC, Master, Doktor, jika hanya untuk dijadikan ajang hiasan nama dalam panggung politik, atau ingin dikata, akan tetapi gunakan title-title nama itu sebagai cambuk, amanah bahwa ilmu yang telah diraih harus direalisasikan dengan “Ibda’ binafsik tsumma ligairih”, mulailah dari diri sendiri kemudian orang lain.

Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Pemimpin yang adil. Pemuda yang menyibukkan diri dengan ibadah kepada Rabbnya. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. Dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Begitu janji Allah SWT  bagi orang- orang yang selalu mengingat  Allah SWT di saat seorang hamba dalam keadaan  sendiri lalu bermuhasabah, merenungi dosa-dosa  yang telah membalut kehidupan, dan ditutup dengan tirai taubat yang penuh dengan butiran-butiran istighfar Kepada-Nya, hingga tetesan air menetes membasahi pipi, maka hamba seperti ini yang bakal mendapat naungan di hari tiada naungan kecuali naungan Allah SWT. Menangislah Bila Ingin Menangis, namun jangan di paksakan untuk menangis karena bagaimana pun Tersenyum lebih indah dari pada menangis.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (10 votes, average: 9.40 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Sidi Mohammed Ben Abdellah Fez, Maroko, Afrika yang Hobby Menulis

Lihat Juga

Menangisi Ketiadaan Raja Faisal

Figure
Organization